26.8 C
Jakarta

Digitalisasi Bisa Timbulkan Kesenjangan antara Dosen dan Mahasiswa

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM– Digitalisasi telah memberikan bentuk tantangan baru dalam dunia pendidikan tinggi. Terutama dalam hal proses pembelajaran yang melibatkan dosen dengan mahasiswa.

Tantangan yang dihadapi antara dosen dengan mahasiswa dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran adalah adanya gap atau kesenjangan penguasaan teknologi informasi.

“Sebagian besar dosen adalah produk generasi lama yang kurang familiar dengan teknologi. Sementara mahasiswa adalah pihak yang sehari-harinya sangat akrab dengan teknologi. Jadi disinilah persoalan bisa timbul,” kata Rektor Unika Atma Jaya Dr. A. Prasetyantoko di sela Talkshow Akhir Tahun bertema Indonesia 4.0.

Dosen, mau tidak mau, suka atau tidak suka harus beradaptasi dengan tren yang terjadi dihadapannya. Yakni kelompok mahasiswa generasi milenial yang sangat akrab dengan teknologi. Tanpa adaptasi maka sepintar apapun dosen, akan ditinggalkan oleh mahasiswa.

Tetapi disisi lain, mahasiswa juga harus bisa memahami cara-cara yang mungkin agak tradisional dari para dosennya dalam memberikan perkuliahan. Mahasiswa harus belajar untuk ‘tenang’ di ruang kelas dan mengikuti sesi tatap muka dengan dosennya.

Diakui Rektor, kehadiran internet dengan segala macam informasi telah mengubah gaya belajar mahasiswa. Mereka tidak lagi bertanya kepada dosen jika menemukan masalah atau kesulitan, tetapi bertanya kepada internet.

“Tutorial ada dimana-mana, internet menyediakan cukup lengkap dan ini yang banyak dikunjungi generasi muda saat ini termasuk mahasiswa,” lanjut Rektor.

Fakta tersebut tentu menjadi tantangan bagi para dosen dan kampus. Ketersediaan tutorial dan sumber belajar di dunia maya mau tak mau akan membuat mahasiswa mencari informasi dari internet. Bisa jadi, mahasiswa lebih tertarik untuk belajar melalui tutorial yang tersedia di internet dibanding harus berhadapan dengan dosen untuk mengikuti pembelajaran secara konvensional.

Meski demikian, Prasetyantoko yakin proses pembelajaran di ruang kelas masih tetap dibutuhkan. Interaksi antar dosen dan mahasiswa, kehadiran mahasiswa dilingkungan kampus masih tetap diperlukan dalam proses pembelajaran di level pendidikan tinggi.

Ia mengakui sistem pembelajaran secara online untuk pendidikan tinggi sudah pernah ada di Amerika Serikat. Tetapi tren yang kemudian terjadi adalah orang kembali ke pendidikan cara-cara konvensional, pendidikan di dalam ruang kelas.

“Ya, pendidikan yang sepenuhnya dilakukan secara online ibaratnya seperti mengkerdilkan orang,” tambah Rektor.

Unika Atma Jaya lanjut Rektor saat ini tengah mencari titik keseimbangan antara perkuliahan konvensional dengan perkuliahan yang memanfaatkan internet. Perkuliahan berupa kursus daring atau Massive Online Open Course (MOOC) yang dikembangkannya untuk tahap awal menyediakan 6 modul pembelajaran untuk psikologi, kedokteran, science communication, finansial dan data science. Program ini dapat diakses secara bebas dan gratis oleh siapapun yang menginginkan.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!