31.1 C
Jakarta

Era Digital, Ini Lima Tantangan yang Dihadapi Praktisi Komunikasi Perusahaan

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Founder and CEO LondonSchool Public Relations (LSPR) Prita Kemal Gani, mengatakan era digital memberikan tantangan dan peluang bagi para praktisi komunikasi perusahaan. Setidaknya terdapat lima tantangan sekaligus peluang yang harus dicermati agar komunikasi para public relations (PR) perusahaan berjalan efektif.

Kelima tantangan tersebut meliputi konvergensi media tradisional dan digital, bentuk komunikasi interaktif, informasi sekarang mengalir dengan cepat dan gratis,  segala sesuatu didukung oleh teknologi dan kecepatan perubahan dan kecepatan respon.

President ASEAN PR Network (APRN) ini menekankan bahwa aktivitas PR yang proaktif sangat dibutuhkan untuk membangun sebuah brand. Terlebih di era digital yang semakin heterogen dengan tampilnya new audience, new relations, new tool, serta new standard.

“Jelas, itu menjadi tantangan bagi pengelola brand maupun praktisi komunikasi,” ujar Prita pada acara MIX Marketing Gathering sekaligus memperingati HUT ke-16 Majalah MIX Marcomm bertema Ketika Jurnalis Ngomongin Brand yang digelar di auditorium LSPR, Rabu (26/2/2020).

Menurut dia, ada tiga strategi PR di era digital (3 PR insight on digital age) saat ini,  yakni pentingnya menjalin hubungan yang baik (build important relationship); melakukan endorse melalui orang-orang yang kompeten dan memiliki kredibilitas yang baik (endorse frienship) ; serta berupaya menciptakan image brand maupun kroporat yang juga baik (build good image).

Sharing session Ketika Jurnalis Ngomongin Brand yang digelar MIX

Dalam kata sambutannya, Prita juga memaparkan kompetensi yang harus dimiliki seorang PR di era digital saat ini hingga lima tahun ke depan. Kompetensi tersebut antara lain relationship skill; resources skill; management skill; leadership skill; multimedia development skill; research skill & analysis; written & verbal communications skill; multicultural & adaptable; entrepreneurial skill; serta finance & budgeting skill.

Sejumlah fakta tentang convergence media tradisional dan digital, penyampaian pesan brand dan customer yang semakin cepat, interaktif, dan semua orang bisa berkomentar di sosial media, dinilai Prita, adalah tantangan dan juga peluang.

“Yang paling penting adalah bagaiman pemilik brand dapat merancang strategi PR dengan jitu melalui orang-orang di bagian PR yang memiliki skill dan kompetensi yang andal,” imbuh Prita.

Lis Hendriani, Pemimpin Redaksi Majalah MIX, menambahkan peta media yang sekarang semakin clutter dengan kehadiran beragam channel di luar media mainstream menjadi tantangan baru bagi para praktisi komunikasi brand maupun korporat. Jurnalis sebagai pelaku earned media, katanya, seharusnya semakin meningkatkan kompetensinya dalam membuat berita yang berimbang untuk membedakannya dengan para selebgram, endorser, atau Key Opinion Leader (KOL) yang selama ini banyak yang diperlakukan sebagai paid media oleh brand/korporat.

Baca Juga: MIX Kupas Strategi Branding pada Era Digital

Sementara pihak korporat, katanya, seharusnya lebih menghargai berita yang ditulis para jurnalis yang lebih berimbang karena value-nya lebih besar (sebagai earned media).

Pada  acara sharing session tersebut tampil lima orang wartawan senior dari berbagai desk sebagai pembicara, yakni Dwi Wulandari, wartawan majalah MIX MarComm; Eny Wibowo, wartawan hidupgaya.co; Herning Banirestu, wartawan majalah bisnis SWA; Lilis Setyaningsih, wartawan Wartakota; dan M. Syakur Usman, wartawan Merdeka.com.

Para pembicara berbagi pengalaman terkait dalam kegiatan jurnalistik di lapangan, dari soal kesulitan menembus narasumber untuk wawancara, sikap narasumber yang “pelit” memberikan data, konten rilis yang minim informasi, persoalan sikap tertutup narasumber saat diterpa isu, dan persaingannya dengan para selebgram yang menjadi brand endorser.

Menurut para pembicara, pemilik brand atau korporat dan jurnalis sebenarnya saling membutuhkan. Bagi jurnalis, yang dibutuhkan adalah data atau statement dari pejabat yang kompeten terkait tema tulisan. Oleh karena itu, memberi akses seluasnya bagi jurnalis untuk menggali informasi menjadi tuntutan dan kebutuhan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam menjalankan praktek jurnalistik.

Baca Juga: MIX Gelar Talkshow Industri Rirel di Era Disrupsi

“Agar terjalin hubungan harmonis,  PR di korporat maupun pengelola brand mesti membuka akses seluasnya bagi jurnalis untuk memperoleh informasi. Ini bisa tercipta jika PR di korporat atau brand bersikap komunikatif dan interaktif dengan jurnalis, serta kreatif dengan menyuguhkan konten informasi yang lengkap dan detail,” tandas Dwi Wulandari.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!