JAKARTA, MENARA62.COM – Wisatawan yang datang ke Gunung Kidul, Yogyakarta bisa tetap mengonsumsi sate klatak, makanan khas daerah tersebut tanpa perlu khawatir terkena penyakit antraks. Meski beberapa waktu lalu penyakit ini sempat menjadi kasus kejadian luar biasa (KLB).

“Kalau ada ungkapan nggak usah ke Gunung Kidul karena ada antraks itu tidak tepat, boleh makan sate, mau makan sate klatak silakan, tapi pastikan yang sehat,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Senin (20/1/2020).

Dia menerangkan hal itu karena hingga saat ini kasus kejadian luar biasa (KLB) antraks di Gunung Kidul sudah terlewati. Selain itu pula hingga saat ini sejak tahun 2020 tidak ada laporan kasus antraks baru.

“Kami sepakat tidak ada larangan ke Gunung Kidul, tidak ada yang perlu dikhawatirkan tapi kewaspadaan perlu ditingkatkan,” ujar Anung.

KLB antraks ditetapkan di Gunung Kidul karena dalam waktu dan tempat yang sama terjadi kasus antraks sebanyak 21 kasus dengan satu orang dilaporkan meninggal dunia.

Orang yang meninggal tersebut merupakan warga peternak kambing yang mati pertama kali terkena antraks. Satu orang yang meninggal dikarenakan meningitis, namun tidak bisa dipastikan apakah meningitis yaitu peradangan selaput otak yang disebabkan oleh kuman antraks atau bukan karena tidak dilakukan autopsi.

Pada Januari 2020 memang masih dilaporkan kematian pada tiga kambing dan dua sapi yang kelimanya dinyatakan positif antraks melalui uji laboratorium. Namun tata laksana hewan yang mati karena antraks tersebut sudah dilakukan dengan benar untuk mencegah penyebaran kuman.

Kemenkes bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat pun sudah memberikan obat antibiotik pada 579 warga yang terpapar atau memiliki riwayat kontak dengan hewan ternak.

Kemenkes juga sudah memberikan edukasi pada masyarakat untuk lebih waspada apabila ada hewan ternak yang sakit dan mati, dan memberikan pelatihan pada tenaga kesehatan di Gunung Kidul untuk memiliki kemampuan mendiagnosis dan menangani kasus antraks.

Penyakit antraks tidak ditularkan dari manusia ke manusia, melainkan dari hewan ke manusia. Penularan bisa melalui kontak dengan hewan, memakan daging hewan, dan menghirup spora bakteri antraks yang terbang di udara.