33.5 C
Jakarta

Perjalanan Sosok Buya Syafii Maarif Menjadi Seorang Jurnalis

Baca Juga:

Banyak orang yang mengenal sosok Ahmad Syafii Maarif atau yang akrab disapa Buya Syafii sebagai negarawan dan tokoh pemikir, namun siapa sangka Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2000-2005 juga pernah menjadi seorang jurnalis.

Situs Muhammadiyah.or.id melansir, Buya Syafii tercatat sebagai jurnalis di Majalah Suara Muhammadiyah, media yang kini usianya sudah beranjak 103 tahun itu menjadi wadah awal Buya Syafii mengembangkan pemikiran tentang kebangsaan.

Selain itu, bergabungnya Buya ke Majalah Suara Muhammadiyah saat itu, juga untuk menopang ekonomi keluarga yang pada saat itu waktu itu kondisinya cukup sulit.

Di majalah Suara Muhammadiyah, Buya merintis karier sebagai korektor pada tahun 1965-1972. Kemudian ia diangkat menjadi staf redaksi hingga 1982. Buya lalu didapuk menjadi pemimpin redaksi tahun 1988-1990. Dan puncaknya Buya saat ini dipercaya menjabat sebagai pemimpin umum Suara Muhammadiyah.

Saat masuk ke Suara Muhammadiyah, Buya menuturkan kondisinya kala itu kacau balau. Ia alamiah saja menjadi wartawan demi menyambung hidup sebagai anak kampung yang baru hijrah dari Padang ke Yogyakarta. Ditambah karena pendidikan dasar formalnya saat itu juga sempat tersendat sendat baik pendidikan dasar dan menengah karena faktor sulitnya ekonomi.

“Saya amat terlambat dalam semua, makanya S3 baru bisa tercapai di usia 47 tahun,” ujar lulusan Chicago University tahun 1978 saat peluncuran buku ‘Ahmad Syafii Maarif Sebagai Seorang Jurnalis’, yang digelar Suara Muhammadiyah, pada Sabtu (24/2/2018) di Yogyakarta.

Profesi Buya sebagai jurnalis, mengantarnya berinteraksi dan belajar dengan banyak tokoh nasional seperti Roeslan Abdulgani dan AH Nasution.

“Dari para tokoh nasional itu saya belajar untuk berani bersikap dan jujur pada prinsip,” pungkas Buya.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!