31.3 C
Jakarta

Sektor Pariwisata Membutuhkan Sentuhan BIG

Baca Juga:

BOGOR, MENARA62.COM – Peran Badan Informasi Geospasial (BIG) dalam menunjang sektor pariwisata sangat besar. Karena itu untuk pertamakalinya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengajak BIG untuk bekerjasama memajukan sektor pariwisata Indonesia.

“Saya menyadari bahwa pariwisata tidak bisa stand alone, diperlukan dukungan dari kementerian dan lembaga lain,” tutur Menteri Parekraf Wishnutama usai berkunjung ke kantor BIG kawasan LIPI Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Kamis (20/2/2020).

Pertemuan tersebut membahas berbagai persoalan di bidang pariwisata termasuk peluang pemanfaatan informasi geospasial untuk meningkatkan pariwisata di Indonesia.

Ia menjelaskan, peran BIG sangat strategis untuk membantu memahami sekaligus menyusun Rencana Induk Pariwisata Nasional Terpadu yang ditargetkan selesai sebelum ulang tahun ke-75 Republik Indonesia. Karena itu Kemenparekraf akan menyusun rencana yang implementatif untuk menjadi panduan bagi para stakeholder di bidang pariwisata.

“Perencanaan ke depan harus lebih tepat, di situ pemetaan menjadi penting. Kami ingin melihat the lowest hanging fruit,” tutur Wishnutama.

Ia mencontohkan Bintan dan Belitung yang telah terhubung dengan Bandara Internasional Changi. Dengan sedikit ‘sentilan’, kawasan tersebut bisa lebih cepat maju dan menyerap wisatawan mancanegara. Hal tersebut akan jauh lebih efisien dibanding membangun kawasan wisata baru yang masih memiliki banyak PR.

Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik (BIG) Antonius Bambang Wijanarto menjelaskan perencanaan pembangunan kawasan wisata dapat memanfaatkan spatial modelling. Kajian tersebut akan memberikan insight bagaimana perubahan pemanfaatan ruang akan berdampak pada pola kehidupan masyarakat hingga tingkat kesejahteraannya.

“Kita pun mesti ingat bahwa Indonesia tergolong rentan bencana. Peta bencana mutlak dibutuhkan sebagai acuan pembangunan berkelanjutan,” jelas Antonius.

Mengenai kebutuhan informasi geospasial, Wishnutama menyampaikan pihaknya membutuhkan peta travel pattern. Pola perjalanan wisatawan yang lebih sederhana dapat meningkatkan length of stay yang secara otomatis meningkatkan pendapatan devisa negara.

“Yang terpenting adalah konektivitas, bagaimana kemudahan untuk menjangkau lokasi-lokasi wisata di Indonesia,” jelas Wishnutama.

Sementara itu Kepala BIG Hasanuddin Zainal Abidin menyambut baik rencana tersebut. Ia menjelaskan bahwa BIG terbiasa bekerja di balik layar menyediakan informasi geospasial yang dimanfaatkan oleh berbagai kementerian dan lembaga. Ia pun menganjurkan agar Kementerian Parekraf mengampu peta wisata dan terlibat dalam Kebijakan Satu Peta (KSP).

“Perpres KSP yang baru akan mengakomodasi tambahan tema dari 85 peta tematik yang telah terintegrasi. Kemenparekraf boleh mengusulkan tambahan peta wisata. Hal tersebut akan memperkaya analisis pemanfaatan ruang,” jelas Hasanuddin.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!