26.1 C
Jakarta

Trump dan Kotak Pandora al-Quds

Baca Juga:

Keputusan Presiden Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel telah membuka kotak pandora. Itulah tanggapan keprihatinan yang diungkapkan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhamamdiyah Haedar Nashir di Yogyakarta pekan lalu. Bukan hanya persyarikatan Muhammadiyah yang melakukan protes, dunia pun ikut mengutuk keputuran Trump.

Dunia menegaskan status quo, posisi kota tua itu yang punya arti sangat khusus bagi Israel dan Palestina. Mengapa kota ini penting bagi umat Kristen, Islam dan Yahudi – tiga agama yang sama-sama terkait dengan figur Ibrahim dalam kitab suci masing-masing, sudah sering diulas. Bahkan BBC dalam situsnya yang berbahasa Indonesia pun menurunkan ulasannya pekan lalu.

Sejak Trump mengumumkan soal pemindahan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem, protes pun langsung bergulir. Di Jakarta, sejak Jumat (8/12/2017) sampai Ahad (10/12/2017), terus bergulir demonstrasi di depan kedutaan besar Amerika Serikat di Jakarta.

al-Quds

Yerusalem, nama yang lebih dikenal untuk menyebut kota yang sarat dengan sejarah tiga agama monolitik. Namanya, terus bergema di hati sebagian umat Kristen, Yahudi dan Muslim. Keberadaan kota ini, sejak berabad-abad penuh dengan sengketa berdarah dan sejarah bersama.

Dalam bahasa Ibrani disebut Yerushalayim dan dalam bahasa Arab disebut al-Quds. Yerusalem merupakan salah satu kota tertua di dunia. Di masa lalu, kota ini pernah berulang kali direbut, ditaklukan, dihancurkan dan dibangun kembali oleh berbagai pihak. Kenyataan pahit ini, seakan menegaskan bahwa lapisan sejarah, yang menutupi bumi al-Quds, mengungkapkan berbagai potongan sejarah masa lalu yang membekas.

Pusat kota Yerusalem adalan bagian Kota Tua. Kota yang penuh dengan labirin gang-gang sempit dan arsitektur bersejarah, yang mirip dengan kondisi kauman di Indonesia yang berada di Yogyakarta maupun Kudus, Jawa Tengah. Labirin itu pula yang menandai empat penjuru kota menuju kawasan Muslim, Kristen, Yahudi dan Armenia. Kota tua ini dikelilingi oleh dinding batu berupa benteng tempat berdirinya sejumlah situs tersuci di dunia, yang paling dilindungi oleh setiap pemeluk agama dari ketiganya, Islam, Kristen dan Yahudi.

Setiap komunitas agama, memiliki wilayah sendiri. Wilayah itu memperlihatkan komunitas yang homogen dari pemeluk Islam, Kristen, dan Yahudi. Orang Kristen memiliki dua kawasan, karena komunitas Armenia yang mempunyai wilayah sendiri, juga beragama Kristen.

Kawasan Armenia ini, yang paling kecil dari tiga wilayah lainnya, merupakan salah satu pusat Armenia tertua di dunia. Keunikan komunitas ini, karena mereka berusaha mempertahankan budaya dan peradabannya di dalam Gereja dan Biara St James. Kawasan gereja ini, mencakup sebagian besar kawasan mereka.

Haram al-Sharif

Kawasan Muslim, merupakan area terbesar dari empat wilayah homogen di al-Quds. Di kawasan inilah, tempat keberadaan suci Kubah Batu (Kubah As-Shakrah, atau Dome of the Rock) dan Masjid al-Aqsa di dataran tinggi yang dikenal sebagai Haram al-Sharif. Masjid al-Aqsa ini, dikelola oleh lembaga wakaf. Masjid al-Aqsa ini merupakan tempat tersuci ketiga bagi umat Islam, setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Muslim meyakini, Nabi Muhammad SAW datang ke Masjidil al-Aqsa ini dari Mekkah dalam perjalanan malam Isra’ Mi’raj. Nabi Muhammad SAW sholat dan berdoa bersama ruh para nabi. Beberapa langkah dari masjid ini, terdapat Kubah As-Shakrah yang berisi batu pondasi yang diyakini umat Islam sebagai tempat titik bertolak Nabi Muhammad SAW menuju surga, dalam peristiwa Isra’ Mir’aj.

Makam Kudus

Di dalam kawasan komunitas Kristen, terdapat Gereja Makam Kudus. Gereja ini menjadi tempat ziarah penting para penganut Kristen di seluruh dunia. Di tempat itulah diyakini, menjadi lokasi yang sangat penting dalam kisah Yesus: kematiannya, penyalibannya dan kebangkitannya yang dipercaya oleh pemeluk Kristen.

Dalam kepercayaan tradisi Kristen pada umumnya, Yesus disalibkan di sana, di bukit Golgota, atau bukit Kalvari, dan makamnya terletak di dalam bangunan pekuburan yang juga diyakini sebagai tempat kebangkitannya. Keyakinan ini, terus dipelihara dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Gereja Makam Kudus dikelola bersama oleh perwakilan aliran Kristen yang berbeda. Ada  aliran utama Kristen yang menjadi pengelola gereja ini. Aliran itu terutama Patriarkat Ortodoks Yunani, kaum biarawan Fransiskan dari Gereja Katolik Roma dan Patriarkat Armenia, serta kalangan kristen Ortodoks Etiopia, Koptik dan Suriah.

Tidak heran kalau Gereja Makam Kudus ini menjadi salah satu tujuan ziarah utama bagi orang Kristen di seluruh dunia. Mereka datang untuk berdoa dan mengunjungi lokasi yang dipercaya sebagai makam kosong Yesus tersebut.

Tembok Barat

Di kawasan komunitas Yahudi, terdapat Kotel, atau Dinding Ratapan, atau Tembok Barat. Tembok ini berupa sisa dari dinding tempat berdirinya Bait Suci zaman dulu. Di dalam tempat suci itu, terdapat Ruang Maha Kudus, situs paling suci dalam agama Yahudi.

Umat Yahudi percaya bahwa inilah tempat batu pondasi penciptaan dunia, dan tempat Abraham, atau Nabi Ibrahim, siap mengorbankan anaknya Ishak, atau Ismail. Banyak orang Yahudi yang percaya bahwa Dome of the Rock adalah tempat Ruang Maha Kudus itu.

Saat ini, Tembok Barat merupakan tempat orang Yahudi bisa berdoa di lokasi terdekat ke Ruang Maha Kudus tersebut. Situs ini sekarang dikelola oleh Rabi dari Tembok Barat dan setiap tahun menampung jutaan pengunjung. Orang-orang Yahudi dari seluruh dunia pun mengunjungi tempat ini untuk berdoa.

MUI

Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Muhyidin Junaidi pada Jumat (8/12/2017) lalu mengatakan, MUI akan menginisiasi pembentukan komisi khusus pembebasan Baitul Maqdis (Al-Quds/Haram Asy-Syarif). Ia menyampaikan, rencana itu berdasarkan masukan berbagai kalangan yang masuk ke MUI.

Nantinya, kata Muhyidin, jika disetujui oleh rapat pimpinan MUI, komisi itu terdiri dari berbagai macam ormas dan organisasi yang konsen terhadap isu Palestina. Komisi ini akan memberikan masukan pada MUI dan Pemerintah. “Selain itu, juga melakukan koordinasi, pertemuan lintas organisasi untuk membantu pembebasan al-Quds asy-Syarif,” ujarnya di Kantor MUI, Jakarta.

Muhyidin menegaskan, bagi umat Islam urusan Palestina sudah tidak bisa ditawar lagi, bahwa sesungguhnya al-Quds asy-Syarif adalah kiblat pertama umat Islam, harus dibebaskan dari penjajahan.

“Kalau itu sampai jatuh ke tangan Israel kita akan sulit berkunjung ke Masjidil Aqsha,” ujarnya. (dirangkum dari berbagai sumber)

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!