31.4 C
Jakarta

Angka Stunting Ditargetkan Turun Menjadi 14 Persen pada Akhir 2024

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Staf khusus Wakil Presiden RI Bambang Widianto mengatakkan, pemerintah berkomitmen akan menurunkan stunting pada akhir 2024 menjadi 14%. Sudah tentu ini adalah tantangan terbesar, karena sebelumnya belum pernah menurunkan angka stunting secepat itu dalam kurun waktu 5 tahun.

Permasalahan stunting pada tahun 2007 masih sangat tinggi yaitu 36,8%, tetapi semenjak 5 tahun terakhir stunting dapat diturunkan, pada angka terakhir 2019 dapat diturunkan ampai ke 27,7%, namun angka 27,7% masih sangat besar.

“Saya ingin menekankan bahwa masalah stunting itu adalah masalah yang multi dimensi. Bukan hanya masalah sektor kesehatan dan masalah sektor pendidikan saja, tetapi ini adalah yang betul-betul multi dimensi,” kata Bambang Widianto selaku Staf Khusus Wakil Prsiden RI/Sekretaris Eksekutif (AD Interim) TNP2K, pada Rapat Koordinasi Teknis (Rakortek) Nasional Percepatan Pencegahan Stunting, Rabu (21/10)

Bambang mengatakan, sebab-sebab yang paling utama stunting adalah dari praktek pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses makanan bergizi, dan kurangnya akses air bersih dan sanitasi.

Dalam pemaparannya Bambang mengatakan, dalam menangani stunting Pemerintah menetapkan 5 pilar pencegahan stunting.

Pilar pertama adalah komitmen adalah komitmen dan visi kepemimpinan nasional dan daerah. Pengalaman dari berbagai negara komitmen pimpinan sangat menentukan penurunan prevalensi stunting.

Pilar kedua adalah kempanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku.  Ini sangat penting karena kampanye, sosialisai, pemberian informasi yang baik  terhadap edukasi stunting merupakan hal-hal yang kritikal.

Pilar ketiga mendorong konvergensi program ditingkat pusat dan daerah. Ini merupakan titik penting dan pokok yang harus diketahui. Konvergensi merupakan titik kunci untuk menurunkan prevalensi stunting.

Pilar keempat adalah ketahanan pangan dan gizi.

Pilar kelima adalah pemantauan evaluasi, ini merupakan sesuatu yang penting karena agar bisa memastikan semua pogram yang dilakukan pemerintah dapat dipastikan semua kegiatan pemerintah dapat diterima ditingkat rumah tangga.

“Inti dari berbagai macam program kegiatan ada dua, yang pertama adalah intervensi gizi spesifik, dan kedua intervensi gizi sensitif” tambah Bambang.

Intervensi gizi spesifik ditunjukan pada anak dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Intervensi spesifik bersifat jangka pendek hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek.

Intervensi gizi sensitif yang ditunjukan berbagai kegiatan pembangunan  diluar sektor kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum. Ini merupakan intervensi pendukung, seperti penyediaan air bersih, penyediaan sanitasi, dan edukasi. Intervensi gizi sensitif berkontribusi 70% dalam penurunan prevalensi stunting.

“Ini adalah tantangan terbesar kita, program ini sebenarnya ada semua di pemerintahan pusat sampai pemerintahan desa. Sekarang bagaimana kita bisa memastikan bahwa program tadi dapat dilakukan disuatu desa atau daerah,” tutup Bambang.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!