28.2 C
Jakarta

21 Sekolah Lansia Kepri Jadi Penggerak Program SIDAYA, Jamin Lansia Berdaya dan Bermakna

Baca Juga:

BATAM, MENARA62.COM — Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menegaskan 21 Sekolah Lansia di wilayahnya siap menjadi motor penggerak program quick wins SIDAYA (Lansia Berdaya). Program ini dirancang untuk memberdayakan lansia melalui peningkatan kualitas hidup dan partisipasi aktif dalam masyarakat. Sejak dibentuk pada tahun 2023, Sekolah Lansia telah tersebar di tujuh kabupaten/kota, menjadi salah satu indikator utama keberhasilan program ini.

Kepala BKKBN Kepri, Rohina, menjelaskan bahwa program SIDAYA berfokus pada tujuh dimensi lansia tangguh: spiritual, intelektual, fisik, emosional, sosial, profesi vokasional, dan lingkungan. Menurutnya, penguatan aspek spiritual dan sosial sangat krusial untuk menjaga kesehatan mental para lansia.

“Kita ingin para lansia tetap sehat, aktif, dan merasa dihargai. Mereka bukan beban, tetapi aset yang perlu diberdayakan,” ujar Rohina.

Program ini didukung oleh berbagai kegiatan, seperti pemeriksaan kesehatan, pembentukan kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL), serta pelatihan pendampingan bagi kader. Melalui aplikasi Sistem Informasi Keluarga (SIGA), BKKBN Kepri mencatat ada 291 kelompok BKL aktif yang menjadi garda terdepan dalam edukasi dan dukungan sosial bagi lansia. Kolaborasi lintas sektor dari Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, hingga perbankan juga turut mendukung keberlanjutan program.

Sebagai contoh, Avian Brands dan Tirta Kencana Tatawarna di Karimun memberikan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk menunjang kegiatan Sekolah Lansia “BKL Cerita” di Desa Pangke. Sementara itu, Sekolah Lansia “Tangguh” di Kabupaten Bintan didukung penuh oleh Dinas Sosial setempat. “Hal ini dapat menjadi contoh bagi sekolah lansia lainnya, khususnya di daerah Kepri,” jelas Rohina.

Rohina menambahkan bahwa program SIDAYA telah memberikan dampak positif yang nyata. Lansia mendapatkan akses lebih baik ke layanan kesehatan dan informasi gaya hidup sehat, serta kesempatan untuk terus beraktivitas.

“Lansia jadi merasa dihargai karena mereka bisa tetap berkontribusi dan tidak merasa sendiri,” ungkapnya.

Meskipun demikian, tantangan masih ada. Beberapa lansia masih enggan memeriksakan kesehatan karena minimnya informasi atau tidak adanya pendamping. Dukungan anggaran juga masih perlu ditingkatkan. Rohina berharap kolaborasi yang lebih luas antara pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat dapat memastikan kelancaran program ini.

Dengan tagline “Hidup Cuma Sekali, Jangan Menua Tanpa Arti”, program SIDAYA diharapkan menjadi gerakan bersama untuk menciptakan lansia yang sehat, mandiri, dan bermakna.

“Kami optimistis Kepri bisa menjadi contoh baik dalam memberdayakan lansia jika semua pihak saling mendukung,” tutup Rohina.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!