YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Sebanyak 6.889 mahasiswa baru Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengikuti Program Pengenalan Kampus (P2K) 2022 di GOR Amongrogo, Selasa (13/9/2022). Mereka juga mendapat motivasi untuk mengikuti, menggali pengalaman soft skill dan menyelesaikan kuliah tepat waktu.
Rektor UAD, Dr Muchlas MT mengatakan mahasiswa baru akan belajar selama empat tahun, tidak boleh dari itu. “Selama empat tahun, adik-adik mahasiswa akan melaksanakan pembinaan diri. Karena itu harus belajar dengan keras. Ada satu modal yang perlu disematkan pada diri adik-adik mahasiswa yaitu pola pikir growth mindset dan mahasiswa tidak boleh takut dengan kegagalan,” kata Muchlas.
Menurut Muchlas, kegagalan dan kesulitan sebagai semangat untuk segera menyelesaikan studi. “Kalau diberikan tugas akademik oleh bapak/ibu dosen, anggap tugas itu sebagai tantangan. Jangan buru-buru mengatakan sulit. Gunakan spirit untuk mengerjakannya dan untuk mengekplorasi pengetahuan di UAD,” tambah Muchlas.
Muchlas mengharapkan mahasiswa akan terbentuk sesuai visi dengan UAD, menjadi perguruan tinggi yaitu unggul dan inovatif. Mahasiswa harus berupaya untuk menjadi sosok yang unggul dan inovatif. Mahasiswa yang memiliki keunggulan dan inovatif akan menjadi Dahlan muda yang inovatif dan menjadi lulusan UAD yang profesional.
Selain itu, mahasiswa wajib memegang teguh nilai-nilai keislaman. Artinya, mahasiswa harus menempa diri agar memiliki akhlakul karimah, memiliki tindak tanduk sopan dan santun, akhlak mulia berdasarkan nilai Islam dan Kemuhammadiyahan. “Kita mengabdi kepada kepentingan bangsa dan umat manusia. Artinya, mahasiswa UAD harus bisa mengembangkan diri, berkomunikasi, dan berkolaborasi dengan orang lain,” katanya.
Sementara Prof KH Haedar Nashir MSi, Ketua Umum PP Muhammadiyah mengharapkan mahasiswa baru bisa menjadi seperti burung Rajawali. Burung yang selalu terbang tinggi melintas batas sampai ke angkasa raya, tak terjangkau oleh siapa pun.
Tetapi Rajawali, kata Haedar, selalu hinggap dari satu negeri ke negeri lain. Di setiap negeri yang ditempati , dia selalu mengalirkan listrik perubahan dan kemajuan. “Itulah sosok sang pembaru, sang mujadid, dan sosok Ahmad Dahlan sebagai satu tokoh yang hadir di Republik ini. Maka ketika kalian berada di UAD, kalian sesungguhnya penerus-penerus Ahmad Dahlan,” tandas Haedar Nashir.
Ahmad Dahlan, lanjut Haedar, bukan hanya tokoh Muhammadiyah, Walidah Dahlan juga bukan hanya tokoh Aisyiyah. Tetapi Ahmad Dahlan dan Walidah Dahlan milik bangsa Indonesia, karena keduanya Pahlawan Nasional.
“Muhammadiyah telah melahirkan pahlawan nasional. Selain Ahmad Dahlan dan Walidah Dahlan. Ada Soekarno, Presiden Pertama RI anggota Muhammadiyah. Ada Fatmawati, penjahit Bendera Merah Putih, adalah Aisyiyah. Soedirman, kader Muhammadiyah, Ir Djuanda kader Muhammadiyah.Ada 23 pahlawan lahir dari Muhammadiyah,” tegas Haedar Nashir.
Artinya, tandas Haedar, mahasiswa baru UAD berada di kampus dan organisasi yang mempunyai tradisi besar (great tradition), modern, dan berkemajuan. “Karena kalian berada di lingkungan tradisi besar, maka rawatlah karakter, peliharalah akhlak mulia. Orang yang memiliki akhlak mulia, akan menjadi orang yang senantiasa dicintai dan diperlukan oleh siapa pun,” kata Haedar.
Dijelaskan Haedar, orang yang jujur, mandiri, gigih adalah bagian dari akhlak mulia. Mereka selalu berbuat baik, siapa pun memerlukannya. “Dengan karakter seperti itu, maka setelah lulus jadilah sarjana yang berakhlak mulia,” harapnya.
Dahlan muda, dan Walidah muda, lanjut Haedar, jadilah sosok yang selalu mencari kebenaran sejati. Ahmad Dahlan selalu mengutip ayat Alquran, Surat Az-Zumar tentang salah satu ciri manusia yang Ulil Albab. Artinya, orang yang selalu mencari kebenaran dari mana pun datangnya dan dia selalu mengambil yang terbaik.
“Temukan kebenaran dari banyak jalan, banyak perspektif, dengan banyak ilmu, sudut pandang. Jangan menemukan kebenaran yang parsial, kebenaran serpihan, karena kebenaran serpihan hanya akan membawa kalian ke lorong-lorong yang sempit dan gelap. Merasa benar sendiri, dan mudah menyalahkan orang lain. Itu yang dinamakan kebenaran serpihan,” katanya.
Agar bisa sampai pada kebenaran yang multi perspektif, perlu syarat yaitu cerdas berilmu. “Belajar ilmu apapun di kampus ini, fakultas apapun yang kalian pilih, kalian harus selalu berpikir cerdas. Gunakan akal pikiran dan selalu bertanya untuk mencari jawaban,” ujarnya. (*)