Jakarta – Menara62.com/Lazismu – Lazismu bersama Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) menggelar acara bertajuk penyaluran bantuan paket sembako kepada penyandang disabilitas, khususnya tuna netra.
Secara simbolis bantuan paket sembako, diserahkan oleh pihak Lazismu yang diwakili oleh Falhan Nian Akbar, selaku Manager Program Lazismu Pusat kepada penyandang tuna netra yang dalam hal ini diwakili oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Pertuni, Kramat Sentiong, Jakarta (10/8/2020).
Sementara ini, untuk anggota Pertuni di sini ada 30 paket sembako yang diberikan sebagai bantuan. Mudahan-mudahan program ini bisa berlanjut. Seperti disampaikan DPP Pertuni, masih ada tiga ribuan teman-teman Pertuni di Indonesia yang perlu mendapat perhatian. Untuk itu, kata Falhan Nian Akbar, selaku Manager Program Lazismu Pusat Lazismu, kami mengajak semua pihak bersama–sama membantu mereka yang terdampak. Terima kasih juga untuk para donatur khususnya bank Bukopin Syariah dalam bentuk sembako
Falhan Nian Akbar mengatakan, dampak pandemi Covid-19, tak hanya menyasar para pekerja di sektor formal dan informal. Di luar itu, para penyandang disabilitas terutama mereka yang tuna netra merasakan betul dampaknya. “Para penyandang tuna netra ini berprofesi sebagai penyedia jasa pijat,” katanya. Karena itu, Lazismu juga memberikan beberapa paket cairan pembersih tangan berupa hand sanitizer yang sangat dibutuhkan kawan-kawan tuna netra.
Di saat pandemi, lanjut Falhan, jasa pijat kian sepi, karena protokol kesehatan yang harus dipatuhi. Maka melalui organisasi penyandang disabilitas, terutama melalui Pertuni, Lazismu berkolaborasi untuk memberikan bantuan kepada mereka sebagai penerima manfaat.
Eka Setiawan Ketua III DPP Pertuni – Ketua Pertuni DKI, mengucapkan terima kasih kepada Lazismu dan seluruh donatur. Kebetulan di sini anggota Pertuni di DKI Jakarta yang diwakili oleh kawan-kawan telah menerima secara simbolis.
“Bantuan ini sangat bermanfaat bagi anggota pertuni, mereka rata-rata terdampak dampak Covid-19, maka mewakili teman-teman sekali lagi kami mengucapkan terima kasih dan sangat bermanfaat buat kami,” pungkasnya.
Eka menggambarkan, bahwa untuk di DKI Jakarta, kira-kira ada 700 lebih penyandang disabilitas tuna netra. Mereka tersebar di wilayah-wilayah yang ada di Jakarta. Usia mereka ada yang 17 tahun atau sudah menikah. Pekerjaan mereka sehari-hari sebagai pemijat, dan ada juga yang berkuliah meski jumlahnya dapat dihitung.
“Protokol kesehatan yang dicanangkan pemerintah melalui jaga jarak sosial dan fisik berakibat pada berhentinya tuna netra sebagai pemijat. Akhirnya kemampuan untuk menghasilkan daya sosial dan ekonomi mereka turut memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka untuk memenuhi kebutuha,” ungkapnya.
Eka berharap masyarakat dapat berpartisipasi melakukan pendampingan jika bertemu mereka di mana pun berada. Adapun Pertuni, lanjut Eka, hanya sebatas wadah organisasi yang berupaya memfasilitasi mereka untuk berbagi informasi. “Termasuk informasi perkembangan Covid-19 misalnya, kita berbagi info dari tuna netra ke tuna netra. Intinya saling berbagi info,” tandasnya.