Ketika mendengar hafalan Rohman mulai merambat diangka 11 juz, rasa ayem dan asa mulai menjalar diseluruh tubuh. Bahkan sampai ubun-ubun.
Pagi itu, kendati mentari malas bersinar. Tertutup kabut di sana sini, namun hatiku berbunga-bunga.
Dari gagang HP aku bayangkan wajah Rohman. Ketekunan dan prihatinnya.. hingga bisa tembus diangka 11 juz. Meski belum sesuai ekspektasi awal, namun capaian itu patut untuk diapresiasi .
“Bapak kesini kapan, Sabtu besok ya pak. Bawakan geprek pedes. Sambil lihat aku maen bola,” siap bos. Jawab ku setengah bergurau. Tanpa sadar aku mengangkat tangan kanan dg sikap hormat. Persis saat hormat bendera.
‘” Ibu dan mas, ikut gak pak?”
“Insyaallah besok bapak ajak. Bawa geprek,”
” Kuncinya apa bisa sampai bisa 11 juz,”
Rohman kemudian menjelaskan laksana ustadz muda . Kuncinya memang di disiplin. Disiplin membaca, juga menjaga sholatnya. Menjaga hati, pikiran dan pandangan.
” Itu kata ustadz, aku hanya menirukan. Tapi beneran kok pak, maka kalau bapak menghafal 1 juz saja gak hafal – hafal mungkin ada yang salah ..niatnya pak,” kata Rohman menohok ulu hatiku. Karena memang benar, aku menghafal surat-surat dalam Al Qur’an belum semata karena Nya. Masih terbersit pikiran biar di bilang ustadz, pinter agama dan semacamnya. Sebenarnya rasa itu saya ingin kubur dalam-dalam, tapi sering muncul tanpa diundang.
” Ya semua bertahap pak,” katanya lagi. Tanpa sengaja menasehatiku
” Kok diam, pak? Bapak menangis?” tanya Rohman. Mungkin mendengar isak tangis tertahan.
Benar. Selain mengakui kesalahan ku akan niat menghafal surat-surat dalam Al Qur’an . Aku menyesali usia mudaku.
“Bapak belum terlambat untuk menghafal.. kuncinya terus dibaca. Dah ya pak ketemu Sabtu dengan ayam gepreknya. Ini mau gantian temen lain. Antri juga”
Assalamualaikum..Kata kata terakhir Rohman menutup pembicaraan via VC pondok. Aku terpaku. Mengingat hidungnya, matanya dan rambutnya yang ikal .^^