YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi mengatakan Bulan Syawal sebagai proses transformasi Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Sehingga AUM dapat memberikan manfaat yang lebih bagi umat, bangsa dan kemanusiaan.
Prof Haedar Nashir mengungkapkan hal itu pada Pengajian Syawalan Keluarga Besar Universitas Ahmad Dahlan (UAD) secara luar jaringan (Luring) terbatas dan dalam jaringan (Daring), di Amphitarium Kampus 4 UAD lantai 9, Yogyakarta, Kamis (20/5/2021). Pengajian Syawalan ini diikuti seluruh keluarga besar UAD melalui jaringan Zoom.
Lebih lanjut, Haedar Nashir mengharapkan agar UAD sebagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) terus dikelola secara amanah, dan good governance, betapa pun beratnya. Apalagi di masa pandemi Covid-19, beban itu semakin berat. “Jika semua orang yang ada di UAD dari pimpinan, dosen dan karyawan ikut merasa memiliki UAD di kala gembira maupun susah. Insyaallah kita bisa menyangga beban tersebut,” kata Haedar.
Semangat Syawal, jelas Haedar, adalah semangat menyangga kepentingan bersama. “Jangan ada di antara kita punya sikap insaniah, bekerja sesuai dengan jabatannya atau kontrak profesi. Misalnya, sebagai dosen ya tugasnya mengajar saja. Urusan yang lain urusan pimpinan dan BPH. Sikap seperti ini belum melakukan sikap transformasi,” kata Haedar.
Sementara Rektor UAD, Dr Muchlas MT menanggapi harapan Ketua Umum PP Muhammadiyah mengatakan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) selayaknya menjadi Center of Excellence. PTM harus melakukan kapitalisasi keunggulan agar memilliki nilai lebih dari perguruan tinggi lain.
“Kita memang mencari kompetensi-kompetensi yang kita miliki untuk menjadikan UAD sebagai Center of Excellence. Tentu, keunggulan itu tidak banyak. Kita sudah mengarahkan ke sana melalui program hilirisasi,” kata Muchlas.
Riset-riset yang dilakukan mahasiswa maupun dosen diarahkan ke hilirisasi. Riset yang dilakukan harus bisa mencapai tingkat pamungkas atau tingkat 9. Jenjang riset itu ada tiga yaitu 1-4, 5-6, dan 7-9.
Riset tingkat 1-4, jelas Muchlas, merupakan penelitian hanya untuk peneliti itu sendiri. Riset tingka 5-6 adalah penelitian untuk pembelajaran. Sedangkan riset 7-9 adalah penelitian yang bisa berdampak bagi peningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara.
“Inilah yang disebut sebagai Center of Excellence. Sebab Center of Excellence itu tidak ada gunanya bila tidak bisa memberikan manfaat bagi negara dan bangsa. Karena itu, riset di UAD kami arahkan untuk bisa mencapai level 7-9 atau tingkat kesiapan teknologi,” tandas Muchlas.
Riset tingkat 7-9 adalah penelitian yang bisa dikomersialisasi dan menjadi income generating baru bagi bangsa dan negara. Ini yang disebut sebagai pusat keunggulan perguruan tinggi. “Ini yang disebut kapitalisasi keunggulan-keunggalan yang ada,” kata Muchlas.