Oleh : Machnun Uzn
Hari ini tanggal 29 Mei diperingati secara nasional sebagai hari lanjut usia ke-25. Lanjut usia bahagia bersama keluarga menjadi tema utama. Sebuah tema sederhana namun tidak mudah mewujudkannya dalam kondisi saat ini dimana situasi bergeser kepada kesibukan mencari penghidupan, dan terkadang tidak serumah.
Biasanya sebagian perantau lebaran menjadi waktu terbaik untuk menjenguk orangtua, membersamai sesaat untuk beroleh semangat menapaki sebelas bulan berikutnya. Namun, dalam kondisi pandemi saat ini dua lebaran terlewati tanpa kebersamaan bersama keluarga dikampung halaman.
Tentu ada kesyukuran dalam keluarga dimana orangtua yang memasuki usia lanjut usia masih hadir bersama kita, ataupun jika berjauhan komunikasi masih menjadi bagian bentuk perhatian bagi mereka Sebagaimana wawancara kami melalui sambungan media sosial bersama HM. Jafron salahseorang wakil ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Timur yang membawahi Majelis Pelayanan Sosial untuk menjadi inspirasi bersama.
Naluri seorang anak selalu mengharap doa dari orang tua, Bapak dan Simbok (sebutan Ibu dikalangan masyarakat Jawa). Naluri orang tua selalu pingin nyawang (baca:melihat) putra putrinya. Inilah yang menimbulkan ikatan cinta luar biasa.
Saya sebagai anak yang relatif sudah berumur karena sudah umur 58 tahun tetap selalu ada rasa rindu terhadap Bapak dan Simbok di Yogjakarta. Jarak yang jauh tidak membuat hati juga berjarak .
Dengan usia bapak dan simbok yang sudah sepuh (tua), bapak kami usia 88 tahun dan simbok 82 tahun membuat semakin ingin disamping beliau, ingin membahagiakan. Akan tetapi hal itu tidak bisa saya lakukan karena pekerjaaan di Samarinda.
Bagaimana cara membahagiakan beliau?
Beberapa cara yang saya lakukan mungkin bisa menjadi satu inspirasi bersama. Dengan kemajuan teknologi saat ini maka video call minimal setiap hari ahad pagi atau sore menjadi pelepas rindu sebagai bentuk perhatian kami.
Disaat video call itu, kami semua, istri anak dan menantu semua berkumpul karena biasanya bapak atau simbok akan mengabsen satu persatu. Disitulah beliau senyum bahagia jika semua telah mengabarkan.
Di bagian lain selalu kami minta doa, maka wajah simbok sangat bahagia dengan torehan senyum sepuh dengan logat jawanya, dan kami mengaminkan.
Disamping hal diatas kami selalu memberikan advice jika beliau berdua ada keluhan sehingga merasa terhibur karena apa yang di keluhkan kami ikut membersamainya.
Kadang kami tanya kabar perkembangan kampung, tetangga, masjid atau aktifitas pengajian yang masih diikutinya. Disitu orangtua kami akan antusias berbagi cerita.
Senada dengan pengalaman HM. Jafron, Psikolog dari Pusat Pembelajarn Keluarga (PUSPAGA) Kalimantan Timur Siti MAhmudah Indah Kurniawati, S.Psi., Psikolog mengatakan, “ Intinya siapkan ruang dan waktu untuk orang tua kita, jangan biarkan mereka menahan rindu kepada anak anaknya. Apalagi dalam era teknologi saat ini, komunikasi sangat dimudahkan dengan media sosial meskipun juga tidak seratus persen menggantikan sebuah kehadiran secara langsung.”
Lanjutnya, “Sediakan waktu untuk bertemu. ketika sudah bertemu jadilah pendengar yang baik bagi mereka. Karena setua apapun kita, tetaplah anak bagi orangtua kita. Berikan kejutan sederhana mulai dari mengajak makan bersama diluar rumah, atau membelikan hadiah semisal jilbab bagi ibu kita.”
Bagaimana dengan kita hari ini? Sudah kita sapakah orangtua kita, Selamat Hari Lansia, Lanjut Usia Bahagia Bersama Keluarga.
Palangkaraya, 290521