JAKARTA, MENARA62.COM – Universitas Krisnadwipayana (Unkris) bekerjasama dengan Persatuan Dosen Penerima Hibah Indonesia (PDPHI) menggelar acara Webinar Nasional dengan tema Mewujudkan Kampus Berkompeten dan Unggul di Era Pandemi, Sabtu (10/7/2021). Acara tersebut dihadiri oleh Rektor Unkris, Dr. Ayub Muktiono M.Sip CIQaR, para dosen yang tergabung dalam organisasi PDPHI dan dosen-dosen dari Unkris. Para dosen dari lingkungan PDPHI yang hadir antara lain berasal dari Sulawesi Tenggara, Ambon, Banten dan Jakarta.
Acara yang sedianya hanya digelar selama 2,5 jam ini akhirnya menambah waktu hingga 3,5 jam karena antusiasnya para narasumber yang merupakan perwakilandari fakultas-fakultas yang ada di Unkris. Mereka adalah Dr. Susetya Herawati ST , M.Si dosen Magister Ilmu Administrasi Publik, Ika Widiastuti , SIP, M.AP, BBPA, CPRW, C.Gl Dosen Fakultas Ilmu Administrasi , Aries Abbas ST, MM, MT, IPM EAR dosen Fakultas Teknik, Dr. Sardjana Orba Manulang, dosen Fakultas Hukum, Dr, Abdullah Fathoni SE, MM Dosen Fakultas Ekonomi, dan Dr. Hotman Napitupulu SH, SE , MM Dosen Fakultas Ekonomi. Tampil sebagai moderator Lydia Darmayanti ST, MT dan didukung panitia lainnya Nurkim ST, MM, MT, Aditya Permata , ST serta Adam Hisbullah Sulaiman.
Rektor Unkris dalam sambutannya menyampaikan rasa terimakasih yang mendalam, bahwa acara webinar ini dapat terselenggara dengan baik dan semua fakultas hadir untuk memberikan pandangan-pandangannya dalam mewujudkan kampus kompeten yang unggul.
“Kehadiran para narasumber sangat penting tidak saja karena pandemi, tetapi tentu pemikiran mereka akan memberikan manfaat yang baik bagi Unkris ke depan,” kata Rektor Ayub.
Menurutnya apa yang sekarang kita lakukan ini menjadi bagian dari upaya dan ikhtiar kita sebagai umat manusia untuk berusaha dan mencintai apa yang kita lakukan di dunia akademis. “Tentu ini juga karena jalan dari keberkahan Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga patut kiranya terus memohon kepada-Nya,” lanjut Rektor.
Untuk dapat mewujudkan kampus yang unggul dan berkompeten di era pandemi, jelas Rektor, hal yang penting dilakukan adalah adanya niat yang didasari dengan norma-norma, etika, adat dan budaya. Selain itu juga harus terus mengembangkan teknologi, mengembangkan sumberdaya manusia, melakukan kerjasama dengan lembaga atau institusi lainnya juga komunitas.
“Sebab sebagai manusia kita tidak bisa hidup sendiri, melakukan networking dengan cara komunikasi yang baik terhadap lingkungan dan kita tidak boleh lupa terhadap kesejahteraan karyawan dan dosen,” tukasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ika Widiastuti, Ketua PDPHI yang juga dosen Fakultas Ilmu Administrasi Unkris menyatakan bahwa organisasi PDHI yang baru satu tahun berdiri ini beranggotakan para dosen dari seluruh Indonesia yang telah menerima dana hibah dari pemerintah. Tujuan pembentukan organisasi ini adalah untuk melakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat, melakukan penyuluhan dan penelitian. Selain itu, PDPHI yang telah memiliki legalitas, juga konsen dalam menyikapi perkembangan peradaban yang sangat cepat. Dengan berkumpulnya para dosen tentu akan lebih mudah menyerap aspirasi mereka demi kemajuan bangsa.
“Tidak menutup kemungkinan jika bapak dan ibu dosen lain ingin bergabung di PDHI dipersilakan,” jelas Ika.
Dengan menjadi anggota PDPHI, lanjut Ika, para dosen dapat mengembangkan diri dan lebih mudah aksesnya untuk menjadi narasumber.
Komitmen Pimpinan Perguruan Tinggi
Dalam materinya yang berjudul Upaya Peningkatan Akreditasi Kampus dalam Mewujudkan Kampus Berkompeten dan Unggul, Ika juga menyoroti perlunya komitmen untuk mewujudkan kampus yang berkompeten unggul. Yakni memiliki ahlak manusia terpuji, SDM yang berkualitas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, system/prosedur yang perlu dirampingkan, dana yang memadai, dukungan sarana dan prasarana, adanya usaha dan kerjasama serta dukungan antara semua pihak terkait, baik pemerintah, universitas, industri, dunia usaha, masyarakat, institusi dan perguruan tinggi luar negeri.
Sementara itu Aries Abas dalam materinya yang berjudul Penguatan Sumber Daya Manusia di Abad 21 menyatakan bahwa masih terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kualitas SDM Di Indonesia masih rendah. Hal ini karena kurang meratanya fasilitas pendidikan yang mendukung, rendahnya minat membaca, minimnya teknologi yang berada di Indonesia dan kurangnya akan kesadaran pentingnya pendidikan. Untuk itu menurut Abas perlu adanya dua komponen yang harus dikembangakan, untuk meningkatkan SDM dibidang pendidikan abad 21 yaitu komponen tenaga pendidik dan siswa.
Hotman Napitupulu yang mengangkat makalah berjudul Kampus Merdeka Unggul Di era Pandemi menyatakan bahwa kompetensi yang dibutuhkan di masa depan itu sangat dinamis, sehingga kita juga harus punya fleksibilitas dan adaptabilitas yang tinggi atau agile learners. Tujuan pembelajaran saat ini tidak lagi membangun kompetensi yang sudah baku, tapi menyiapkan lulusan sarjana yang flexible, adaptive, self-directed, creative, complex problem solver, dan tidak terlepas dari karakter yang kuat. “Jadikan kampus sebagai kawah candradimuka,” katanya.
Sedangkan Abdulah Fafhoni melalui makalahnya yang berjudul Kompetensi di Era Pandemi, mengutip yang disampaikan Presiden Joko Widodo, ada lima syarat yang harus dipenuhi dalam mewujudkan kompetensi yaitu Dedikasi untuk memajukan bangsa, Menciptakan lapangan pekerjaan, Ilmu pengetahuan dan teknologi, Inovatif dan karakter pembelajar. MenurutnyaeEra pandemic ini telah melemahkan semua sector tidak saja ekonomi tetapi juga pendidikan yaitu ancaman terhadap tertularnya menjadi sakit, pendidikan yang digelar secara daring dengan berbagai tantangannya, hambatan adanya keterbatasan akses dan gangguan menurunnya semua aktivitas. Solusi yang ditawarkan Fathoni adalah dengan Gerakan 3 CB (cara Bertindak ) yaitu CB1 Proses belajar mengajar tranfer knowlage secara online, dilanjutkan dengan CB2 yakni tambahan penugasan secara daring dan selanjutnya untuk menambah knowlage mahasiswa dilakukan webinar-webinar .
Herawati dalam webinar tersebut mengangkat judul Menguatkan Pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi. Ia menyatakan bahwa dirinya bulan Juli tahun 2020 pernah menghadiri undangan DPR RI dari Komisi X dalam Rangka Rapat Dengar Pendapat terkait Perbaikan UU Sisdiknas tahun 2013. Ini merupakan upaya dari masyarakat dan para pendidik lain untuk memberikan masukan perbaikan UU Sisdiknas dalam rangka mewujudkan pendidikan yang lebih sesuai untuk masyarakat Indonesia.
Lebih Lanjut disampaikan Herawati bahwa dia setuju dengan tugas Perguruan Tinggi dalam menegakkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Menurutnya jenjang ini sudah tepat dimana aktivitas dimulai dari pendidikan kemudian penelitian. “Hal ini tentu saja akan menghasilkan berbagai jenis tenaga ahli. Produksi tenaga -tenaga ahli tersebut secara tidak langsung sudah mengabdi kepada masyarakat sejauh keahilan tersebut memang sesuai dengan pembangunan,” tegasnya.
Tri Dharma Perguruan Tinggi menurutnya akan dapat berjalan dengan baik jika kepemimpinan dalam perguruan tinggi tersebut mampu menciptakan sebuah sistim dinamis yang mengadopsi perkembangan budaya sebagai salah satu pengaruh yang sangat signifikan. Berpikir dinamis dalam budaya adalah dengan mampu berpikir kedepan artinya visioner , mau mengkaji ulang dengan cara mengevaluasi setiap apa yang sudah diputuskan untuk perbaikan dan juga mau melihat dan belajar dari organisasi lain baik dari dalam maupun luar negeri untuk kemajuan.
“Selain itu pemimpin perguruan tinggi harus mampu menyatukan visi dan misi untuk dapat dilaksanakan oleh para stakeholder yaitu dosen, mahasiswa, dan tenaga pendidik,” tukas Herawati.
Orba Manullang dalam makalahnya berjudul Melahirkan Ide, Aplikasi dalam Karya dan Hargai Kekayaan Intektual, menyatakan bahwa saat ini siswa ajar selain harus kritis juga harus mempunyai kreativitas dalam menghadapi jaman ‘now” yang berubah dengan sangat cepat. Kemampuan beradaptasi dengan jaman harus dibangkitkan, salah satunya dengan kreativitas di dalam beradaptasi dengan jaman dan tetap berfikir kritis.
Lebih lanjut disampaikan Orba, dosen harus mampu mengikuti perkembangan tersebut dengan membidani lahirnya ide-ide dari para mahasiswa dan juga mampu menyemangati agar ide-ide dari mahasiswa tersebut menjawab persoalan masyarakat. Mahasiswa juga perlu diberikan pemahaman bahwa dari ide- ide yang kreatif setelah diinovasikan akan menjadi suatu kekayaan intektual dengan memahami intektual ini mahasiswa akan mampu menghargai pemikiran dan gagasan dari orang lain.
“Dan selanjutnya mereka akan meniru untuk melakukan dengan ide- idenya,” tutup Orba.