29.2 C
Jakarta

Polimedia Bertekad Menjadi Barometer Ekosistem Pengembangan Kewirausahaan Perguruan Tinggi Vokasi

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) memiliki potensi menjadi barometer ekosistem pengembangan kewirausahaan perguruan tinggi vokasi tingkat nasional. Alasannya, Polimedia memiliki sarana dan prasarana yang sangat lengkap mulai dari teaching factory, teaching industry, sumber daya manusia (SDM) dan lainnya.

“Kita di sini ada semua, sarana dan prasarana sangat mendukung. Kita punya dalam artinya ada badan hukumnya, ada SDM-nya, ada mesinnya, ada laboratoriumnya,” kata Direktur Politeknik Negeri Media Kreatif, Dr Purnomo Ananto, MM saat memberikan sambutan pada Webinar Kewirausahaan bertema Menumbuhkan Ekosistem Kewirausahaan di Kampus, Selasa (28/9/2021).

Beberapa sarana penunjang pendidikan yang dimiliki Polimedia antara lain bengkel kerja dengan peralatan seperti peralatan pra cetak, produksi cetak hingga pasca cetak. “Ada digital printing HP Indigo, OCE, simulator offset, offset sakurai 4 warna, image setter CTP dan CTF,” lanjut Purnomo.

Selain itu, Polimedia juga memiliki laboratorium pengujian bahan grafika, laboratorium computer, laboratorium motion capture, studio fotografi, studio penyiaran, hotel dan kitchen, studio televisi, radio, dan studi podcast.

Polimedia bahkan telah menjadi perguruan tinggi yang membangun kerjasama dengan dunia industri sejak awal berdiri. Tidak sekadar seremonial MoU tetapi juga sudah sampai ke praktiknya seperti yang diinginkan dalam kebijakan Kampus Merdeka.

Dengan sarana dan prasarana pendidikan yang sedemikian lengkap, jelas Purnomo, Polimedia harus menjadi barometer ekosistem pengembangan kewirausahaan perguruan tinggi vokasi di Indonesia. Cita-cita ini tentu harus didukung oleh stakeholder yang ada termasuk para dosen dan mahasiswanya.

“Semangat ini yang sedang dan terus kita tumbuhkan di kalangan mahasiswa dan dosen, bahwa memang kita harus jadi barometer ekosistem pengembangan kewirausahaan pendidikan vokasi,” tambah Purnomo.

Untuk mendorong Polimedia menjadi barometer ekosistem pengembangan kewirausahaan perguruan tinggi vokasi tingkat nasional, menurut Purnomo, penting dibangun sinergitas antar program studi. Tujuannya untuk menghasilkan inovasi-inovasi dan meningkatkan kualitas lulusan Polimedia. Misal mahasiswa prodi grafika, harus memiliki memampuan komunikasi, dan ini bisa didukung oleh prodi lain.

Purnomo menyebut saat ini Polimedia juga terus berjuang untuk menjadi PTN Badan Layanan Umum (BLU). Perubahan status menjadi PTN BLU sangat penting agar Polimedia memiliki keleluasaan mengelola keuangan sendiri.

Bagi Purnomo, berubah menjadi PTN BLU bagi Polimedia merupakan sebuah keniscayaan. Mengingat dari segi pendapatan, Polimedia memiliki sumber pendapatan yang cukup potensial untuk terus digali dan dikembangkan.

Direktur Polimedia Dr Purnomo Ananto MM didampingi Ketua P3M Dr. Tipri Rosa Kartika

“Naskah akademiknya terus kita lengkapi, persyaratan yang kurang juga kita lengkapi. Karena untuk menjadi BLU juga bukan masalah gampang. Di Indonesia baru ada 4 Politeknik yang berstatus PTN BLU dan itupun usia mereka sudah 30 tahun ke atas. Polimedia baru 13 tahun tetapi sudah menuju ke arah sana,” jelas Purnomo.

Dana Hibah Kemendikbudristek

Polimedia diakui Purnomo menjadi salah satu dari 27 perguruan tinggi vokasi yang mendapatkan dana hibah pengembangan kewirausahaan dari Kemendikbudristek untuk tahun 2021. Proyek yang diperebutkan oleh lebih dari 300 perguruan tinggi vokasi tersebut menyediakan dana stimulus senilai Rp250 juta.

“Capaian ini sungguh sangat membanggakan dan peluang ini tentu harus kita manfaatkan sebaik mungking,” kata Purnomo.

Ia mengingatkan bahwa flosofi dari pendirian Polimedia sejak awal adalah berbasis kewirausahaan. Polimedia dalam visi dan misinya tidak ingin melahirkan lulusan yang menjadi pekerja saja, tetapi justeru didorong untuk menciptakan lapangan kerja melalui semangat kewirausahaan. Dan saat ini, sekitar 5 persen lulusan Polimedia memilih menjadi entrepreneur, sebagian menjadi pekerja dan sebagian lagi memilih melanjutkan pendidikannya.

Pada kesempatan yang sama, Dr. Tipri Rosa Kartika, Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Polimedia menjelaskan untuk membangun ekosistem kewirausahaan sebagai bagian dari pemanfaatan dana hibah Kemendikbudristek, Polimedia telah menyiapkan sejumlah langkah strategis. Pertama adalah menyusun modul pembelajaran. Modul tersebut menyangkut motivasi, pengenalan apa itu entrepreneur, sampai bagaimana praktik di lapangan untuk menjadi seorang entrepreneur. Modul yang tersusun dalam 14 paket tersebut akan diajarkan kepada semua mahasiswa pada semester 3.

Langkah kedua adalah menggelar workshop dan seminar kewirausahaan dengan menghadirkan praktisi-praktisi startup yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa semester 3.

“Kita lebih fokus ke pengusaha startup, bukan seperti pengusaha Ciputra atau Chairul Tanjung ya. Karena kita akan lebih kepada upaya bagaimana membuka cara berpikir mahasiswa untuk menjadi seorang entrepreneur, bagaimana mahasiswa bisa membaca peluang yang ada di sekitarnya,” kata Tipri.

Karena itu dalam sesi webinar pertama, Polimedia menghadirkan Danu Sofwan, CEO PT Warisan Kuliner Indonesia yang juga Founder Es Teh Indonesia, Radja Cendol, Basreng Gonjreng, dan Ramu Indonesia. Selain itu juga Athalia Permatasari, Praktisi Kewirausahaan, Co-founder Mayer Food.

Kemudian langkah ketiga adalah membuat bootcamp. Mahasiswa yang sudah mengikuti workshop atau seminar, wajib menyusun bisnis model yang akan dikembangkan, kemudian mengimplementasikannya. Dalam bootcamp tersebut nanti mahasiswa diajarkan konsep bisnis, model bisnis dan lainnya.

Dan ujung dari semua proses tersebut adalah terciptanya incubator bisnis. Saat ini Polimedia tengah menyiapkan incubator bisnis yang nantinya akan menjadi wadah bagi mahasiswa untuk belajar menjadi seorang entrepreneur.  Dalam incubator bisnis ini kampus menyediakan dana pendampingan berkisar antara Rp5 juta hingga Rp25 juta per proposal. Bagi proposal yang memang sangat potensial bisa jadi akan dibantu untuk dihubungkan dengan pendanaan dari pihak luar.

Inilah sebagian dari daftar dunia usaha dan dunia industri yang bermitra dengan Polimedia

Tipri Rosa mengingatkan hal terpenting dari ekosistem kewirausahaan adalah bagaimana softskill mahasiswa bisa terbentuk dengan baik. Softskill tersebut antara lain kemampuan komunikasi, kemampuan bekerja dalam tim, kemampuan menjaga semangat, kemampuan mengelola emosi dan lainnya.

“Membangun bisnis itu ada proses jatuh bangun, sehingga mereka yang terjun ke dunia bisnis harus bersiap untuk bekerja keras, bersiap untuk keluar dari zona nyaman, bersiap untuk mengalami hal-hal yang tidak enak. Dan itu semua harus mampu diatasi melalui pengelolaan emosi diri,” tutup Tipri.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!