32.5 C
Jakarta

Program PembaTIK Makin Diminati, Tahun 2021 Catat 80 Ribu Peserta

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Pandemi Covid-19 mendorong peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada berbagai sektor, salah satunya pendidikan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) juga terus hadir mengupayakan beragam sarana pembelajaran yang membantu guru dan murid menavigasi dunia belajar di tengah wabah.

Pembelajaran Berbasis TIK (PembaTIK), membuat bahan ajar berbasis TIK (MembaTIK), serta optimalisasi portal Rumah Belajar merupakan beberapa inisiatif yang dilakukan untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih relevan dan menyenangkan.

“Sepuluh tahun lalu, kita sering diskusi dampak negatif teknologi. Tapi sekarang, setelah pandemi, dampak positif teknologi terhadap pembelajaran makin nyata,” ucap Kepala Pusat Data dan Informasi Kemendikbudristek, Hasan Chabibie dalam Silaturahmi Merdeka Belajar Episode 14: “Guru Makin Jago TIK, Belajar Lebih Seru” secara daring, Kamis (4/11).

Program PembaTIK awalnya dimulai pada 2017 dengan jumlah 1.020 peserta dari 34 provinsi, dan dilaksanakan secara luring di provinsi masing-masing. Kini, diungkapkan Hasan, kemajuan PembaTIK begitu pesat dengan partisipasi 80 ribu peserta pada tahun 2021.

Diharapkan Hasan, lewat PembaTIK, para guru makin cakap berkreasi, berbagi, dan berkolaborasi mengembangkan konten-konten belajar lewat media berbasis TIK. “Apapun saluran yang dipakai dalam PJJ daring, yang penting proses pembelajarannya tetap berjalan dan transfer pengetahuannya tetap sampai,” ungkap Hasan.

Ditambahkan Hasan, pandemi Covid-19 memberikan hikmah peningkatan skala program peningkatan kapasitas TIK yang dilakukan Pusdatin. Biasanya Pusdatin setiap tahunnya menyelenggarakan pelatihan kepada 10 ribu guru, tetapi di saat pandemi, pelatihan dapat menyasar lebih banyak guru melalui fasilitas TIK. “Karena Covid-19 ini, pelatihan malah bisa jadi diikuti 100 ribu guru. Ini sedikit banyak berkah di balik pandemi,” ucap Hasan.

Tak hanya PembaTIK, Pusdatin pun juga menggelar Sayembara Membuat Bahan Ajar Berbasis TIK atau MembaTIK. Dalam lomba ini, seluruh elemen masyarakat diajak mengembangkan media-media pembelajaran dengan dukungan TIK.

Pengalaman Para Guru Jago TIK

Hendrik Hermawan, Alumni Membatik 2019 asal Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menyampaikan pengalamannya. Kini, setelah jadi alumni peserta lomba, dirinya malah didaulat sebagai salah satu Anggota Dewan Juri Membatik.

“Sebagai guru, dulu saya mengalami masalah di mana siswa bosan dengan pembelajaran yang saya sampaikan. Maka, saya kemudian berusaha mengembangkan media pembelajaran berbasis TIK. Alhamdulillah, Pusdatin di tahun yang sama menggelar Membatik. Alhasil, media yang saya gunakan untuk solusi belajar di kelas, saya ikutsertakan di Lomba Membatik,” jelas Hendrik.

Diakui Hendrik, sebagai Guru SD, ia menguasai produksi berbagai konten belajar berbasis video, permainan digital, dan teknologi augmented reality. “Awalnya saya belajar TIK bukan untuk dilombakan, tapi untuk membantu siswa saya belajar, agar tidak bosan. Tapi, akhirnya malah saya tiap minggu ditagih siswa. Mereka penasaran, permainan edukatif baru apa lagi yang saya ciptakan,” ucapnya sambil tersenyum.

“Apalagi di masa pandemi ini, kita sebagai guru juga harus tambah kreatif dan inovatif,” imbuh Hendrik.

Kepada para Peserta PembaTIK, MembaTIK, dan Duta Rumah Belajar, Kapusdatin berpesan mengenai pentingnya relevansi pendidikan. “Kita mengingat perkataan Sayiddina Ali, didiklah anak sesuai zamannya. Bapak dan Ibu Guru tidak hidup membersamai anak muridnya, dan waktu kita terbatas untuk mendidik mereka,” tutur Hasan.

“Maka, kita harus beradaptasi dan menyiapkan anak menghadapi zamannya. Anda sekalian adalah etalase berjalan praktik baik pemanfaatan teknologi dalam pendidikan, dan teknologi yang kita pakai sekarang akan membantu kita melompat mempersiapkan SDM 20-30 tahun ke depan,” tambah Hasan.

Portal Rumah Belajar sebagai portal resmi pembelajaran Kemendikbudristek hadir sejak 2011 dengan alamat situs belajar.kemdikbud.go.id, guna menyediakan sumber pembelajaran yang memanfaatkan teknologi bagi guru, siswa, maupun masyarakat umum secara gratis. Rumah Belajar merupakan wadah evaluasi pembelajaran digital dan melayani kelas digital pendidikan terbuka serta jarak jauh. Program PembaTIK juga difasilitasi lewat Rumah Belajar.

“Guru matematika pasti yang paling paham konten matematika, atau guru bahasa pasti paling menguasai konten bahasa. Pusdatin hanya membantu memoles dan mengarahkan dari sisi TIK, seperti grafis dan sarana yang paling tepat untuk penyampaiannya secara daring. Kalau bahan bakarnya sudah baik, kemudian dilatih lewat PembaTIK, dan hasilnya diunggah di Rumah Belajar, ini akan menjadi ekosistem belajar yang baik bagi kita semua,” ungkap Kapusdatin.

Merespon hal tersebut, duta Rumah Belajar Provinsi Lampung, Nuvis Melodiana, menceritakan manfaat PembaTIK bagi karyanya sebagai guru, diceritakan Nuvis, amat besar. “Dalam situasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas, kegiatan di kelas pun ikut terbatas dan kurang bisa totalitas. Dengan PembaTIK dan jadi Duta Rumah Belajar, saya bisa menerapkan model-model belajar yang inovatif. Sebagai guru kita tetap bisa melanjutkan pembelajaran di rumah dengan media-media digital yang interaktif. Nah, di sekolah tinggal berdiskusi, mengerjakan soal, dan ulangan,” papar Nuvis.

“Untuk sekarang ini, bukan cuma hanya guru TIK yang harus belajar TIK. Sebagai guru seni budaya, karena saya memanfaatkan TIK, belajar jadi tambah lebih seru. Ketika anak-anak belajar, ada hasil yang dihasilkan dan dibagikan di media sosial, karena anak-anak memang sekarang seperti itu,” tutur Nuvis.

Menyoal pengalamannya sebagai duta, Nuvis sepakat dengan pernyataan Hasan sebelumnya. “Kami sebagai Duta Rumah Belajar menjadi etalase pendidikan, seperti kata Pak Hasan. Kalau dulu, selesai mengajar saya pulang bersama keluarga, kali ini, saya pulang sekolah, berbagi di Zoom bersama rekan-rekan seprofesi, menebar dan mendapat ilmu dari dan ke seluruh Indonesia,” ucap Nuvis.

Sahabat Rumah Belajar asal SMA Negeri Plus Satu Atap 1 Merauke, Khoirul Anam, mengungkapkan, tantangan pembelajaran masa pandemi tak menyurutkan semangatnya mengajar.

“Sebagai pendidik, kita harus punya kompetensi baik, supaya bisa menjadikan anak didik kita baik juga. Dengan PembaTIK, kami sebagai guru bisa lebih berinovasi dan berkreasi dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar dari Kemendikbudristek, seperti: Rumah Belajar, TV Edukasi, dan Radio Edukasi, sehingga siswa bisa belajar dari mana saja dan kapan saja,” terang Khoirul.

Terkait tantangan teknis seperti sinyal yang buruk dan akses internet, Khoirul mengatakan, bahwa dirinya selalu mempersiapkan sumber-sumber belajar sebelum memulai pembelajaran agar materi dapat diserap siswa dengan baik. “Misalnya saya mengunduh dulu bahan-bahan digitalnya dari Aplikasi Rumah Belajar dengan memanfaatkan Tablet Afirmasi pemberian Kemendikbudristek,” ucap Khoirul.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!