27.5 C
Jakarta

2 Dalang Cilik SD Muhammadiyah 1 Ketelan Akan Pentas di UMS

Baca Juga:

 

SOLO, MENARA62.COM – Sebanyak 2 dalang cilik sekolah budaya SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta digarap kekinian, akan dipentaskan di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dalam rangka hari jadi ke-63.

Kepala Sekolah Hj Sri Sayekti MPd melalui wakil kepala sekolah bidang Humas, Jatmiko mengatakan, pementasan akan memadukan berbagai unsur seni, diantaranya seni olah sabet wayang, di dukung Khosyi Athaya Al Hayuu (Trombone) berpengalaman Pra Event SIPA 2021 bersama Band Burnout, Orkes Keroncong Lentera pada tahun 2019. Dan Yeremia Caesar Omega (Saxophone) pernah tampil di Internasional gamelan festival 2018 (karawitan+musik). Sejalan Visi dan Misi UMS pada tahun 2025, di mana UMS menjadi Pusat Pendidikan dan Pengembangan IPTEKS yang Islami dan memberi arah perubahan.

Pertunjukan ini dikemas secara apik dengan pendekatan populis dan dakwah. Penyampaian dakwah melalui lagu telah menjadi kearifan lokal masyarakat sejak zaman Sunan Kalijaga.

“Besok sabtu malam ahad 13 November 2021, 2 Dalang cilik SD Muh 1 ananda Gibran dan Brama juga akan membawakan Gendhing Pepeling karya Ki Anom Suroto, bertujuan mengajak orang beribadah,” ujar Jatmiko, kepada para jurnalis, Jum’at (12/11/2021)

Pergelaran di kemas secara dinamis, atraktif, komunikatif, kekinian (populer) dengan sasaran penonton generasi milenial memanfaatkan YouTube, Instagram, dan sebagainya, sebelum akhirnya bisa fenomenal secara offline.

Seni pewayangan kini tak hanya dikuasai oleh orang dewasa saja. Saat ini sudah banyak lahir bibit-bibit yang menggemari wayang untuk menjadi dalang professional, sebut saja Ki Agung Dalang Muda Muhammadiyah berkemajuan.

“Di SD Muhammadiyah 1 Ketelan ada dalang muda berkemajuan Ki Agung Sudarwanto MSn, pernah bercerita ke saya bahwa dirinya pernah diundang pentas di rumah al marhum Ki Manteb Soedharsono di Karangpandan dan Ki Anom Suroto. Pada tahun 1991, di tunjuk TVRI Surabaya untuk siaran dengan lakon Babad Alas Mrentani. Lalu pentas di RRI Semarang dan di Sragen dengan arahan almarhum Ki Prenggo Darsono dan almarhum Ki Gondo Darman,” ujarnya.

Sementara itu Ki Agung menegaskan, dengan pentas ini juga untuk menunjukkan bahwa seni budaya, khususnya wayang kulit masih eksis.

Menurutnya, dalam kondisi apapun seni budaya harus dirawat dan dikembangkan, karena seni budaya harus mengikuti perkembangan zaman walaupun di tengah pandemic Covid-19.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!