JAKARTA, MENARA62.COM– Sudiyatmi sudah renta. Tetapi pada usianya yang menginjak angka 63, nenek dengan dua cucu tersebut masih terlihat sehat. Ia pantang meminta ditengah kehidupannya yang serba kekurangan.
Saat menerima tim IZI yang membawakan paket sembako, Sudiyatmi yang tinggal di rumah berdinding kayu triplek tersebut mengembangkan senyum. Gembira sekaligus lega, karena menjelang puasa tiba, kebutuhan makan untuk sebulan penuh sudah ada.
“Alhamdulillah, tidak perlu bingung mikir sahur dan buka puasa,” kata Sudiyatmi saat menerima bingkisan sembako yang diserahkan Direktur Utama Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Wildhan Dewayana, Kamis (25/5/2017)
Ia mengaku sudah 12 tahun menempati rumah yang boleh dibilang tak layak huni ini. Selain sempit, rumah dengan tinggi tak lebih dari 2 meter tersebut juga pengap akibat tak berjendela.
Di rumah yang hanya berjarak selangkah dari badan jalan tersebut, Nenek Sudiyatmi tinggal bersama anak, menantu dan dua cucu serta dua anak yatim yang ditampungnya. Sempit memang, tetapi apa boleh dikata. Ekonomi yang serba pas-pasan membuatnya tak mampu merenovasi rumahnya.
“Suami saya meninggal di usia 81 tahun. Baru kemarin memperingati 100 hari kematiannya,” kata ibu yang bekerja serabutan yang dibantu anak dan menantunya.
Rumahnya terletak di belakang stasiun televisi swasta nasional di Jalan Mundu, Lubang Buaya, Jakarta Timur. Hanya itu satu-satunya rumah yang mepet jalan. Tak jauh dari situ ada dua gereja batak berdiri. Tempat tinggalnya sempat diperkarakan oleh ketua rukun tetangga namun tak berlangsung lama karena ia berdiri di tanahnya sendiri.
Tiap hari rumahnya tak pernah ada kata sepi, bahkan hingga dini hari. Selalu ada bunyi mesin kendaraan bermotor. Suatu kali, ketika ia berniat mengambil air wudhu untuk sholat malam, ia mendengar suara yang mencurigakan. Sudiyatmi pun mencari sumber suara itu, ternyata ada seorang laki-laki berniat memperkosa perempuan. Bergegas ia memanggil suaminya. “Laki-laki yang berniat jahat itu pun langsung ditimpuk bapak!” katanya menggebu.
Dengan bentuk rumah yang memprihatinkan itu, Sudiyatmi yang berkartu identitas Jakarta itu tetap betah dan tidak berniat kembali ke kampung halaman ke Jawa Tengah.
Meski kondisi demikian, tak lantas ia kerap dapat uluran tangan.
“Yang sering ngasih sih biasanya IZI. Sering ngasih sembako ke saya,” kata Sudiyatmi.
Listrik rumah dayanya ia dapatkan dari tetangga di seberang tembok jalanan. Ia hanya perlu membayar ke Pak Sugeng, nama tetangganya, sebesar Rp 70 ribu.
Direktur utama IZI Wildhan Dewayana mengatakan untuk tahap awal bulan Ramadhan tahun ini IZI menyiapkan 1500 paket yang diberikan kepada keluarga dhuafa. Hal itu dilakukan untuk menyambut bulan suci Ramadhan.
Tradisi tersebut sudah diadakan sejak awal berdirinya IZI. Yang agak berbeda, kata dia, dengan tahun sebelumnya paket Ramadhan kali ini diselenggarakan di awal Ramadhan.
“IZI melakukan ini sehingga diharapkan ketika awal ramadhan penerima manfaat ini bisa merasakan manfaatnya di awal,” ujarnya.
Orang seperti Sudiyatmi lah salah satu yang menjadi target penyerahan zakat IZI apalagi di bulan suci. IZI berniat menjemput bola tanpa harus merepotkan mereka yang menerima manfaat zakat.
Sudiyatmi pun mengenalkan Dimas Ramadhan, cucunya yang lahir di hari kedua bulan Ramadhan tahun kemarin. Lahir dengan mudah di kamar mandi, semudah berbagi kebaikan.