27.8 C
Jakarta

Lima Pesan Bagi Kader Nasyiatul Aisyiyah pada Milad 94

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Ada lima pesan yang disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (NA), Diyah Puspitarini SPd, MPd kepada kader NA di Puncak Milad Nasyiatul Aisyiyah ke 94 di Amphitarium Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Ahad (24/7/2022). Puncak peringatan Milad NA ini mengangkat tema Merawat Damai, Menggelorakan Semesta.

Puncak Milad Nasyiatul Aisyiyah ke 94 ini dihadiri Prof Dr Hj Siti Chamamah Soeratno; Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR), Raja Juli Antoni PhD; Dra Hj Siti Noordjannah Djohantini, MM, MSi, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah; Prof Dr KH Haedar Nashir, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah; Rektor UAD, Dr Muchlas MT; kader NA dan segenap tamu undangan.

Pesan pertama, kata Diyah, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar, tidak berkutat pada ibadah saja. Tetapi Muhammadiyah, mengajak habluminallah dan habluminannas bersamaan. “Tidak membedakan apakah itu Muslim Muhammadiyah atau yang lain dan non Muslim. Sebab Islam itu rahmatan lil alamin, bukan rahmatan lil muslimin,” kata Diyah.

Diyah Puspitarini menyerahkan kenang-kenangan. (foto : heri purwata)

Kedua, kader NA harus memberi contoh. Kader perempuan atau perempuan muda, bisa menjadi salah satu contoh untuk meredakan konflik di berbagai bidang. Bukan konflik personal, tetapi konflik yang sifatnya sosial agraria dan kebijakan. “Kita tahu di pandemi ini, perempuan menjadi korban konflik, baik konflik rumah tangga atau konflik sosial. Bahkan yang menyedihkan konflik kepentingan, politik atau perseorangan,” jelas Diyah.

Pesan ketiga, lanjut Diyah, nilai damai sudah diajarkan dalam Islam dan sudah masuk dalam istilah Islam itu sendiri. Sehingga kalau ada yang mengatakan Islam itu tidak damai menjadi persoalan.

“Di Muhammadiyah itu sudah selesai. Karena Muhammadiyah yang memberikan pelayanan kepada seluruh umat manusia. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di luar negeri. Nilai kemanusiaan itu juga pendekatan atau moderasi yang diketengahkan dari pada kepentingan,” tandasnya.

Keempat, persoalan tidak hanya pada urusan manusia, tetapi lingkungan juga menjadi catatan pada akhir-akhir ini. Pemanasan global, persoalan hutan, pertanian dan lain-lain, memakan korban. Siapa? Perempuan dan anak selalu menjadi korban dari berbagai kepentingan.

“Maka tema peringatan NA ini kita sebagai kader NA mengajak seluruh elemen bangsa untuk memperhatikan lingkungan, tanggap terhadap kondisi yang ada. Walaupun ada bencana atau tidak, maka perempuan dan anak harus menjadi pihak yang juga dinomorsatukan,” katanya.

Kelima, mengajak kader NA harus siap berjejaring, bekerjasama dengan siapa pun dalam misi yang sama. Walaupun mereka lintas organisasi, lintas agama, dan lintas golongan. Karena kita mempunyai isu persoalan yang besar, dan barangkali bersama-sama dengan berbagai pihak bisa diselesaikan dengan cepat.

Contoh, tahun 2017, kata Diyah, NA sudah komitmen untuk menurunkan angka Stunting. Saat itu pemerintah belum menjadikan pemberantasan stunting sebagai gerakan nasional. NA mengajak organisasi lintas agama, ada Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu bersama-sama audiensi dengan Komisi VII, VIII, IX dan X DPR RI untuk menjadikan Stunting sebagai persoalan nasional. Penyakit degeneratif.

“Masa depan bangsa dapat dilihat dari anak-anak saat ini. Kalau tiga dari 10 anak itu stunting, bagaimana mereka menjadi pemimpin negara ini. Itu salah satu yang kami lakukan. Belum isu-isu yang lain, terutama isu sosial, kemasyarakatan, perempuan dan anak,” terangnya.

Upaya NA itu, kata Diyah, merupakan bagian dari ikhtiar kita untuk menjaga dan merawat damai. Sehingga hal itu bisa membangkitkan semangat dunia semesta ini baik manusia dan seluruh makhluk hidup lainnya merasakan Islam ini adalah damai. Bahwa NA dan juga Muhammadiyah mengajarkan nilai-nilai yang damai.

Sementara Rektor UAD, Muchlas MT mengatakan semoga kader NA bisa menjadi anak panah Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan tengahan yaitu gerakan yang kita bisa memposisikan diri untuk bisa mengayomi seluruh elemen. “Saya kira tema Merawat Damai, Menggelorakan Semesta merupakan bentuk implementasi amanah Ketua Umum PP Muhammadiyah,” kata Muchlas. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!