DOLOK SANGGUL, MENARA62.COM – Film berjudul “Tulang Belulang Tulang” yang diproduksi oleh Adhya Pictures dan Pomp Films, kini udah mulai proses produksinya. Film yang ditulis oleh Sammaria Sari Simanjuntak dan Lies Nanci Supangkat ini melakukan pengambilan gambar perdana di Kab. Humbang Hasundutan, Sumatra Utara, pada 8 Mei 2023.
Skenario Film Tulang Belulang Tulang merupakan hasil inkubasi dari program Indonesiana Film 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) guna mendukung inisiatif-inisiatif masyarakat di bidang kebudayaan termasuk bidang perfilman.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra mengapresiasi pelaksanaan produksi film ini sebagai salah satu cara pelestarian dan pemajuan kebudayaan. Menurutnya, Indonesia memiliki budaya yang sangat kaya dan dapat diangkat menjadi suatu narasi kuat bernuansa lokal untuk dapat dikembangkan menjadi sebuah film.
“Selain menggambarkan nilai-nilai kehidupan pada masyarakat adat, film “Tulang Belulang Tulang” ini memiliki nilai kearifan lokal yang menarik untuk masyarakat. Untuk itu, Kemendikbudristek terus memprioritaskan kebebasan masyarakat dalam berkarya, tentunya untuk mengembangkan nilai-nilai budaya salah satunya melalui film,” ujar Mahendra dalam acara Media Gathering dan Syukuran Syuting Film Tulang Belulang Tulang, di Dolok Sanggul, pada Selasa (9/5).
Mahendra menuturkan, Kemendikbudristek terus berkomitmen melalui berbagai program strategis guna mendukung film berbasis lokal yang bernilai global. Hal ini dibuktikan, lanjut Mahendra, dengan berbagai kesempatan yang diberikan serta dukungan kepada para sineas Indonesia untuk bersaing di kancah internasional.
Contohnya adalah beberapa film hasil Kompetisi Produksi Film Pendek dari tahun 2021 dan 2022 yang memenangkan penghargaan bergengsi di luar negeri, di antaranya “Kabar Dari Kubur” yang menang pada Viddsee Jureee Asia Tahun 2022, “Heirlooms” yang menembus Gandhara Independent Film Festival 2023, serta “Teh Tawar Untuk Akong’’ dan ‘”Toya dan Roh Seninya’’ yang keduanya mendapatkan kesempatan tayang di market screening pada festival film Clermont-Ferrand.
“Pelaksanaan produksi film yang bermuatan lokal ini harus menjadi program utama yang perlu terus dilanjutkan. Untuk itu, film ini memiliki narasi muatan lokal yang sangat baik dan dapat dinikmati oleh seluruh pihak. Kita butuh karya-karya seperti ini tetap dilanjutkan,” ucap Mahendra dengan bangga.
Mahendra juga menegaskan bahwa film ini dapat memenangkan hati penonton baik pada tingkat nasional maupun internasional. “Besar harapan kami untuk membawa film ini diterima dan diapresiasi oleh masyarakat baik dalam negeri maupun luar negeri,” harap Mahendra.
Film Tulang Belulang Tulang Angkat Tradisi Mangokal Holi
Film ini terinspirasi dari upacara adat suku Batak ‘Mangokal Holi’ yakni adat istiadat dalam pemindahan tulang belulang para leluhur. Upacara adat ini dilakukan dengan membongkar kembali makam (udean) untuk mengumpulkan sisa tulang belulang (holi holi) dan menempatkannya ke bangunan tugu (simin). Mangokal Holi berlangsung dalam rangkaian upacara adat, baik sebelum, saat, dan setelah makam digali dan tulang belulang dikumpulkan.
Pada masyarakat Batak, upacara Mangokal Holi menjadi kebanggaan tersendiri bagi keluarga yang mampu melaksanakan upacara tersebut. Pasalnya, pelaksanan tradisi Mangokal Holi bukanlah tradisi yang sembarangan dan harus dilakukan sesuai dengan adat Batak.
Hal ini dikarenakan marga yang menggelar Mangokal Holi, harus menjamu seluruh keluarga besar dan tetangga kampung yang ada. Selain itu, mereka juga harus menyediakan kain ulos yang dilambangkan sebagai simbol pengharapan, agar keturunan orang yang meninggal tersebut selalu diiringi dengan keberkahan.
Chief Operating Officer Adhya Pictures, Shierly Kosasih selaku partner produksi film ini pun menuturkan alasan mereka tertarik untuk memproduksi film “Tulang Belulang Tulang”. “Ide cerita film ini sangat menarik, sebuah drama komedi keluarga yang sarat dengan pesan moral dan muatan lokal, tidak menggurui namun sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari karena kemasannya yang ringan. Kami yakin film ini bisa menjadi hiburan dan penambah pengetahuan budaya lokal,” ujar Shierly.
Skenario cerita dari film ini adalah sebuah keluarga Batak yang ingin melaksanakan tradisi Mangokal Holi, namun koper berisi tulang belulang Kakek Buyut (Tulang Tua) hilang di bandara. Keluarga Batak ini harus segera menemukan tulang belulang tersebut. Jika tidak, mereka akan dikutuk sang nenek (Opung) dan seluruh keluarga besar yang sudah menunggu siap berpesta di Danau Toba. Perjalanan mencari tulang yang hilang inilah yang menjadi kekuatan dari cerita film ini. Rencananya, film ini akan di tayangkan di bioskop di seluruh Indonesia pada akhir 2023