SOLO, MENARA62.COM – Calon Presiden Koalisi Perubahan, Anies Baswedan menyampaikan orasi kebangsaan langsung di hadapan ribuan pendukungnya. Orasi dengan tajuk “Menatap Masa Depan Indonesia” itu dia sampaikan di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (4/11).
Pertemuan tersebut dikoordinir oleh Aliansi Masyarakat Madani (AMM), dengan Ketua Muhammad Da’i, dan Penasihat AMM Dahlan Rais.
Kedatangan Anies di Edutorium UMS, disambut dengan penuh antusias dan semangat menuju perubahan oleh para hadirin.
Dalam kesempatan tersebut, Dahlan Rais menyampaikan kerinduannya atas kehadiran sosok pemimpin yang mampu memberikan teladan kepada rakyatnya. “Merindukan pemimpin yang memberikan keteladanan. Berani memimpin itu artinya berani menjadi teladan,” tutur Dahlan Rais.
Dia juga menyampaikan, bahwa memimpin itu berarti memberikan keteladanan yang baik bagi rakyatnya, bukan memberikan contoh yang sebaliknya. “Ada pemimpin yang tidak paham tentang kepemimpinan, karena dia tidak memberikan teladan yang baik, justru kemaruk,” katanya.
Pada sosok Anies, Dahlan Rais melihat bahwa Anies adalah sosok yang pantas untuk menjadi pemimpin, lantaran Anies menyukai pelangi, yang menunjukkan keberagaman warna. “Anies Baswedan itu menyukai pelangi, rainbow. Jadi pada masyarakat majemuk, Indonesia seperti sekarang ini. Hanya pemimpin yang melihat pelangi itu indah yang pantas menjadi pemimpin,” ungkap Penasihat AMM itu.
Di dalam orasi kebangsaan, Anies Baswedan menyampaikan beberapa hal penting yang diperlukan untuk mendukung perubahan dan meniadakan ketimpangan. Menurutnya, negeri yang besar, tidak boleh timpang di berbagai urusan.
“Kita bersyukur hari ini berada di Solo, Semarang, Jogja, Bandung, Jakarta, mungkin itu kurang lebih setara pergerakan perekonomiannya. Akan tetapi begitu kita keluar dari kota besar, keluar dari kota besar, keluar dari pulau Jawa apalagi yang jauh jaraknya dari Jawa, maka kita akan menemukan ketimpangan yang luar biasa,” terang Anies.
Dia juga menegaskan bahwa Indonesia tidak didirikan untuk kepentingan sekelompok orang dan sebagian wilayah, tetapi Republik Indonesia ini didirikan untuk semua dan di mana saja. “Kita membutuhkan Indonesia yang tumbuhnya setara. Dan kita menginginkan Indonesia yang hukumnya tidak berat sebelah. Hukumnya adalah memberikan kesetaraan pada semuanya,” ujar Capres dari Koalisi Perubahan.
Maksud dari setara, adalah setara di bidang ekonomi, pertumbuhan daerahnya, dan adanya kesetaraan hukum yang menciptakan kepastian hukum. “Bila aturan hukum yang ada itu tidak memberikan kepastian tapi justru memberikan ketidakpastian, rusak tatanan kita,” tegas Anies.
Dia mengatakan bagaimana fenomena penegakan hukum saat ini adalah apabila kasus tidak viral, maka tidak dapat perhatian. Selain itu, apabila itu menyangkut yang kecil maka landhep, bila menyangkut yang besar maka tumpul, tambahnya.
Anies melanjutkan, bahwa pada lambang hukum adalah perempuan dengan penutup mata, yang diharapkannya tidak melihat siapa yang diadili dan tercipta keadilan. Sebagai rezim demokrasi, harapannya dapat mengembalikan kepercayaan publik kepada negara. Karena kepercayaan adalah tonggak dari rezim demokrasi. “Salah satu aspek yang ingin kita kembalikan, bicara tentang perubahan, adalah mengembalikan kepercayaan kepada institusi-institusi negara yang ada di Indonesia,” lanjut Anies Baswedan.
Sehingga institusi negara, lanjutnya, bekerja untuk kepentingan publik, bukan untuk kepentingan sekelompok orang, partai, apalagi kepentingan keluarganya sendiri. “Hal inilah yang harus dikembalikan,” tegasnya.
Mengakhiri orasi pertemuannya di Edutorium UMS, Anies Baswedan membawakan pantun serta mengajak para tamu untuk terus mendoakan bangsa Palestina. (*)