29.2 C
Jakarta

111 Tahun, Voltase Kebaikan Muhammadiyah untuk Membangun Ketahanan Pangan

Baca Juga:

 

Oleh : Ace Somantri*)

BANDUNG, MENARA62.COM – Sangat inspiratif jejak langkah sang pencerah bumi pertiwi, gerak langkahnya penuh optimisme. Daya juangnya tak diragukan, voltase energi dalam jiwanya nyaris tak pernah berkurang. Justru semakin hari kian terus meningkat, alirannya terus menjalar ke berbagai ruang-ruang-ruang kosong yang tak berenergi. Setiap terminal ke terminal senantiasa menggerakkan jiwa-jiwa para pejuang agama dan negara. Tepat pada waktu yang diridloi Allah SWT di tanggal 18 Nopember tahun 1912 lahir sebuah rumah besar namanya Muhammadiyah, menjelang dan pada saat kelahirannya memang seolah ditunggu-tunggu banyak orang, terlebih bagi orang-orang miskin dan dhuafa. Sangat yakin sekali telepati orang-orang dhu’afa dan papa merasakan getaran energi kebaikan yang akan menyentuhnya karena disalurkan secara otomatis oleh voltase kebaikan yang terus mengalir dan bergerak ke seluruh jaringan-jaringan yang terkoneksi hingga ke titik area dalam satu frekuensi yang sama hingga kini tak pernah berhenti.

Semua orang warga Indonesia dan masyarakat dunia, baik muslim maupun non muslim, sangat merasakan betul kehadiran Muhammadiyah yang telah memberi harapan besar akan kehidupan manusia lebih baik dan sejahtera. Diakui atau tidak, usia yang cukup panjang perjalanan gerak dakwah perjuangan membangun manusia, entah berapa juta manusia yang merasakan dan menikmati aliran energi yang disalurkan hingga mampu menyalakan harapan hidup dan kehidupan setiap individu orang dalam mengisi ruang dan waktunya. Rasa terima kasih dan syukur bagi kita yang menerima manfaat dari kehadiran Muhammadiyah, entah berapa juta jumlah orang yang dapat mampu membaca huruf, menghitung angka dan merangkai kata dan kalimat hingga mampu merebut harapan dan asa, mengambil banyak hikmah dan manfaat dalam bentuk materi maupun immateri. Kita saat ini tidak ada alasan sebagai alumni TK ABA, pesantren, sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah tidak bersyukur atas merasakan nikmatnya dunia, karena ada aliran energi kebaikan yang telah dialirkan melalui jaringan organisasi dan amal usahanya yang terbentuk.

Tidak ada alasan untuk tidak bersyukur juga, bagi setiap orang yang diadvokasi dalam kesejahteraannya saat tinggal di asrama panti asuhan anak sejak bayi, usia dini, remaja hingga tumbuh dewasa dengan diberikan makan bernutrisi setiap hari hingga mendapatkan pendidikan yang layak. Termasuk para pasien klinik dan rumah sakit Muhammadiyah telah ikut memberi harapan hidup bagi orang-orang sakit dapat tertolong dan terobati, sekalipun masih belum sempurna pelayanan yang diberikan. Bahkan bagi siapapun warga masyarakat Indonesia yang hingga saat ini senantiasa tercatat atau tidak sebagai karyawan, guru, dosen, perawat, advokat, dokter, supir, kurir dan lain sebagainya yang selama ini menerima manfaat materi tidak ada alasan untuk tidak peduli dan peka terhadap gerak laju dakwah Muhammadiyah. Kepedulian yang diharapkan oleh Muhammadiyah bukan sekedar hanya memenuhi jadwal di tempat kerja, melainkan ada harapan bersama menggerakkan persyarikatan di masyarakat. Sekecil apapun kontribusi tenaga kita saat merasa bagian dari warga Muhammadiyah dengan tulus dan ikhlas, manfaatnya sangat besar. Apalagi secara penuh terlibat langsung praktis dengan harta dan jabatannya berkhidmat untuk kepentingan masyarakat dan umat atas nama sebagai warga persyarikatan.

Muhammadiyah lahir tidak prematur, apalagi hasil cesar dipaksakan. Jauh sebelum lahir, sosok pencerah cukup lama memberi harapan-harapan baru pada masyarakat di kala itu. Hanya untuk lebih memantapkan gerak dan lajunya, agar terjadi percepatan hasil gerakan dan memperkuat barisan untuk perjuangan lebih luas dan panjang. Maka dengan keyakinan dan optimisme yang visioner, dilahirkanlah Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan Islam. Hingga saat ini tidak terasa sudah 111 tahun silam bahwa Muhammadiyah tak berhenti menyinari bak mentari di pagi hari selalu memberi energi. Voltase kebaikan Muhammadiyah semakin meningkat dayanya, namun sangat berharap di tahun-tahun abad kedua ini persyarikatan Muhammadiyah dengan ribuan ilmuwan yang dimiliki mampu memberi energi super power pada negara untuk keluar dari berbagai jenis penjajahan asimetris yang membuat bangsa dan negara ini dalam kondisi kelimpungan tak memiliki arah, padahal bonus demografis bangsa Indonesia didepan mata. Jikalau Muhammadiyah cenderung tidak sigap, berjalan apa adanya sangat disayangkan saat tertentu Muhammadiyah hanya menyesali.

Di abad kedua, usia Muhammadiyah satu abad lebih telah mengabdi dan merawat penduduk bumi. Puluhan ribu lembaga pendidikan baik pesantren dan sekolah, lembaga kesehatan baik klinik maupun rumah sakit dan lembaga sosial kesejahteraan untuk memberi kesempatan kepada warga Indonesia tanpa membeda-bedakan SARA, energi kebaikan terus menyalakan harapan anak-anak bangsa. Di saat bersamaan, kontestasi kepemimpinan nasional sudah mulai berjalan dengan skema demokrasi sebagai pilihan sistem pemilu yang dianut bangsa Indonesia. Berharap banyak Muhammadiyah proaktif mengawal sistem kepemimpinan benar-benar melalui hasil yang beretika dan beradab. Muhammadiyah wajib menegur, memperingatkan dan memberhentikan sikap kepemimpinan bangsa yang ugal-ugalan tanpa mengindahkan rambu-rambu lalu lintas konstitusi. Muhammadiyah pengawal moral bangsa, sikap dan kebijakannya senantiasa untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sebenar-benarnya yang adil dan beradab. Tidak ada alasan Muhammadiyah absen dalam percaturan dinamika politik bangsa, jangan terulang masa lalu yang sempat mengkhawatirkan persyarikatan, kala itu hampir-hampir akan dibubarkan Muhammadiyah karena dianggap menjadi ancaman oleh pihak-pihak elit politik yang merasa terancam.

Muhammadiyah lahir untuk bangsa, negara dan dunia. Voltase kebaikannya harus terus ditingkatkan, selain tiga pilar yang menjadi keunggulannya. Peran dan kontribusi terhadap bangsa dan negara lebih dikonkritkan terhadap produk-produk unggulan berbasis ketahanan pangan yang dapat dijadikan rujukan kebijakan pemerintah. Ratusan pakar dan ahli pangan dan yang terkait berkolaborasi untuk merancang bangun platform dan ekosistem kedaulatan pangan Indonesia. Swasembada pangan yang sempat viral masa Soeharto nampaknya hanya isapan jempol semata bersifat sesaat, nampaknya jikalau gagasannya yang fundamental dirumuskan dan dibuat formula oleh Muhammadiyah dengan portofolio yang genuine, sangat yakin menjaga keberlanjutan ketahanan pangan di Indonesia akan menjadi rujukan. Potensi sumber daya alam dan iklim yang dimiliki tidak ada alasan Indonesia untuk tidak berdaulat dalam hal pangan. Begitupun Muhammadiyah tidak ada alasan untuk tidak mampu memformulasi ekosistem ketahanan pangan, selain bekal dasar sumber daya manusia dari berbagai perguruan tinggi yang tersebar diberbagai daerah seluruh Indonesia juga fasilitas infrastruktur yang dibuatkan pemerintah dapat digunamanfaatkan, daripada dimanfaatkan oleh pihak luar bangsa Indonesia.

Bahan dasar dan bahan baku yang dapat dikembangkan di atas tanah Indonesia hampir dipastikan semua jenis tumbuhan dapat tumbuh dengan baik karena tanahnya subur dan gembur. Selain bahan dasar pangan berbasis tumbuhan, ketahanan dan kedaulatan pangan bersumber dari lautan. Apalagi Indonesia negara maritim terbesar di dunia, sangat keterlaluan dan tidak rasional anak-anak Indonesia kurang gizi karena nutrisi tidak dinikmati. Jutaan ton ikan setiap hari diambil yang terdapat di dalam lautan Indonesia entah kemana? Sempat viral puluhan kapal pencuri ikan dari warga asing dan aseng ditenggelamkan oleh ibu Menteri Susi, itu menunjukan Indonesia selama ini lautannya hanya dinikmati bangsa lain. Muhammadiyah sangat menarik jikalau sungguh-sungguh mengambil gerakan masif membuat ekosistem ketahanan pangan bersumber dari daratan dan lautan sepertinya tidak akan habis-habisnya karena saking luasnya kepulauan dan lautan Indonesia.

Sangat prihatin dan mengerikan saat Boikot produk pangan milik zionis Israel, ternyata ratusan produknya telah menjadi kebutuhan dasar bangsa Indonesia, hal itu menunjukan bahwa selama ini warga tidak menyadari sikap konsumerisme hanya untuk bangsa lain, kebijakan Indonesia sangat minim keberpihakan kebangsaan dalam hal kedaulatan pangan di negerinya sendiri. Kiranya sangat mulia dan strategis andaikan Muhammadiyah bergandeng tangan seluruh kekuatan anak bangsa membuat ekosistem ketahanan pangan secara masif, berbagai instrumen kendali diberdayakan dengan maksimal. Andaikan masih banyak kelemahan terus menerus diperbaiki, bangsa ini butuh peran Muhammadiyah terkait hal ini. Buktinya dengan kekuatan yang dimiliki pemerintah, program food estate yang akan dijadikan program unggulan terlihat oleh semua pihak gagal total, dan itu telah menyerap anggaran tidak sedikit. Bahkan terindikasi anggaran sebagian besar menguap masuk kantong koruptor, moga ini menjadi perhatian khusus Muhammadiyah sehingga ada kepedulian untuk mengambil alih program ketahanan pangan untuk Indonesia maju dan sejahtera lahir bathin. Selamat milad Muhammadiyah semoga semakin maju dan unggul berkiprah ditengah-tengah masyarakat Indonesia dan warga dunia. Wallahu’alam.

Bandung, 18 Nopember 2023

*)Wakil Ketua PW Muhammadiyah Jawa Barat.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!