32.2 C
Jakarta

Kapal Pelat Datar, Harapan Baru Bagi Nelayan Indonesia

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM– Kapal bagi nelayan ibarat cangkul bagi petani. Jika tak memiliki kapal, bagaimana mungkin nelayan bisa melaut dan mencari penghasilan.

Tetapi itulah fakta yang terjadi dilapangan. Banyak nelayan kita yang hanya bermodalkan kapal pinjaman atau kapal sewa untuk mencari penghidupan. Alhasil, selain tak optimal, hasil yang mereka dapat pun sebagian besar habis untuk biaya operasional utamanya membayar sewa kapal.

Karena itulah, masalah ketersediaan armada kapal penangkap ikan yang murah dan berkualitas bagi nelayan, harus segera diselesaikan oleh pemerintah. Harapannya, dengan kapal murah dan berkualitas, para nelayan bisa memiliki kapal sendiri dan bisa mengoptimalkan hasil tangkapan.

Sebuah inovasi berupa Kapal Pelat Datar (KPD) atau flat hull ship kini menjadi harapan baru bagi para nelayan Indonesia. Kapal penangkap ikan hasil riset seorang dosen tehnik perkapalan Fakultas Tehnik Universitas Indonesia bernama Hadi Tresno Wibowo tersebut kini tengah dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi.

Disebut Kapal Pelat Datar, karena kapal ini memiliki konstruksi lambung berbentuk datar. Dengan lambung berbentuk datar, tentu proses pembuatan lambung kapal akan jauh lebih sederhana. Tidak membutuhkan peralatan khusus untuk bending pelat baja.

“Sederhana dan mudah dalam proses pembuatannya, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk membuat kapal ini lebih cepat dibanding kapal jenis lainnya yang memiliki lambung berbentuk kurva atau melengkung,” kata Hadi Tresno.

Pun dalam hal bahan materialnya, Kapal Pelat Datar lebih hemat akan kebutuhan bahan material kapal. Dengan demikian, imbasnya, biaya pembuatan kapal juga jauh lebih hemat.

Untuk bahan material baja saat ini tergolong mudah didapat, jumlahnya melimpah dan tidak perlu diimpor. Bahkan boleh dibilang Indonesia mengalami over suplay material baja.

Selain material yang mudah didapat, kerusakan seperti pelat pecah, misalnya, dapat diperbaiki dengan mudah. Pelat yang pecah dipotong kemudian diganti dengan pelat baru. Bahkan nelayan sang pemilik kapal, dapat melakukannya tanpa bantuan keahlian khusus.

Biaya pembuatan Kapal Pelat Datar ternyata juga jauh lebih rendah. Bandingkan dengan kapal dengan ukuran yang sama yakni 10 GT (Gross Tonnage), harga kapal kayu 10 GT mencapai Rp 350 juta, sedang harga kapal berbahan fiber mencapai sekitar Rp 470 juta. Tetapi kapal pelat datar hanya berharga sekitar Rp 270 juta.

Keunggulan lainnya bahwa Kapal Pelat Datar memiliki daya tahan atau jangka waktu penggunaan hingga puluhan tahun. Life timenya dua kali lipat daripada fiber, bisa mencapai  20 tahun lebih mengingat kekebalan baja yang begitu tebal dengan kekuatan baja yang sangat tinggi.

Dengan berbagai kelebihan dari Kapal Pelat Datar tersebut, Menteri Ristek dan Dikti Mohammad Nasir, yakin bahwa kapal ini dapat diandalkan untuk membangun kekuatan maritim Indonesia dimasa depan.

“Ketersediaan kapal yang berkualitas dengan harga terjangkau bagi nelayan harus kita utamakan, sehingga bisa menunjang pertumbuhan sektor perikanan dan maritim di Tanah Air,” kata Nasir.

Ia meyakini bahwa dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, Kapal Pelat Datar akan mampu bersaing di Indonesia dan kelas dunia.

Karena itulah, melalui kerjasama dengan PT Gunung Steel Group dan Juragan Kapal, Kemenrsitek Dikti terus mengembangkan Kapal Pelat Datar ini.

Direktur PT Gunung Steel Group Ken Pangestu, mengatakan untuk memproduksi secara massal Kapal Pelat Datar sangat mudah. Salah satu alasannya karena kapasitas baja nasional Indonesia saat ini berstatus over supply.

“Bahan materialnya lokal, mudah didapat dan kita tidak perlu impor. Ini akan menjamin ketersediaan kapal,” kata Ken Pangestu.

Sementara Adi Lingson, Pendiri PT Juragan Kapal Indonesia yakin bisa memenuhi target produksi 3.500 kapal tahun ini, bila pemerintah setuju menggunakan kapal pelat datar. Sebab, dalam sehari, pihaknya mampu memproduksi 10 kapal.

“Sepuluh kapal dalam sehari, maka setahun tentu sudah tercapai jumlah 3.500 kapal,” katanya.

Kapal Pelat Datar ini diakui tidak hanya untuk kebutuhan nelayan menangkap ikan. Kapal ini bisa juga untuk kapal wisata, kapal patroli bahkan kapal perang.

Kapal yang berbahan baku lokal ini memiliki kapasitas 3 Gross Tonage (GT) dan bermesin 170 PK yang saat diuji memiliki kecepatan 240 knot atau setara dengan kapal 350 PK. Penggunaan konsep “W” kapal pelat datar membuat laju kapal semakin cepat sehingga penghematan terhadap bahan bakar juga semakin tinggi.

Konsep “semi- trimaran” yang digunakan pada Kapal Pelat Datar ini belum dikembangkan oleh ahli perkapalan di mana pun di dunia sehingga diharapkan dapat menjadi identitas kapal Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia.

Pemerintah menargetkan pada tahun ini, Kapal Pelat Datar sudah bisa diproduksi massal. Tentunya setelah proses sertifikasi produk selesai dilakukan. *in

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!