YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Himpunan Mahasiswa Program Studi Doktor Rekayasa Industri (HMDRI), Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) menjalin kerjasama sistematika literatur review dengan Universitas Gadjah Mada (UGM). Sistematika literatur review merupakan sebuah bahan konferensi yang bisa dijadikan paper sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi doktoral atau S3.
Dr (Cand) Ahmad Padhil, Ketua HMDRI Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) periode Februari 2024 – Februari 2025 mengemukakan hal tersebut di Yogyakarta, beberapa waktu lalu. Dr (Cand) Ahmad Padhil mendapat mandat menjadi Ketua HMDRI dari Prof Dr Ir Elisa Kusrini, MT, CPIM, CSCP, Ketua Program Studi Rekayasa Industri Program Doktor, FTI UII.
Menurut Ahmad Padhil joint collaboration tentang sistematika literatur review sangat penting bagi mahasiswa doktoral. “Jadi hal-hal seperti itu kedepan harus ditingkatkan dengan banyak perguruan tinggi,” kata Ahmad Padhil yang juga Dosen Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar ini.
Lebih lanjut Padhil mengatakan kehadiran HM DRI akan fokus pada penelitian dan pengabdian, serta mendukung kebutuhan mahasiswa untuk penyelesaian program doktoralnya. “Di berbagai perguruan tinggi, hal yang menjadi kendala mahasiswa S3 adalah bagaimana menyelesaikan studinya. Sehingga kegiatan yang dilakukan HMDRI ini untuk mendukung penyelesaian studi mahasiswa S3,” kata Padhil.
Dijelaskan Padhil, mahasiswa S3 itu sebagian besar sudah bekerja sehingga mereka memiliki waktu yang terbatas. Kehadiran HMDRI ini memberikan rumah, tempat diskusi, tempat memperkaya khasanah, dan tempat brandstorming. “Sehingga ketika ada mahasiswa S3 menghadapi masalah ada wadah untuk memecahkan masalah mereka,” kata Padhil.
Berdasarkan pengalaman Padhil, dirinya tidak mengalami permasalahan saat kuliah S3 di Prodi Rekayasa Industri UII. Sebab secara profesional, FTI UII telah menyiapkan fasilitas, baik berupa infrastruktur, tenaga pengajar yang cukup. Waktu yang diberikan oleh dosen-dosen, promotor juga sudah sangat cukup bagi mahasiswa.
“Ketika saya ngumpul dengan mahasiswa S3 lain, sering ada Curhat. Ini sulit. Tetapi saya tidak bisa menceritakan sulitnya. Karena apa yang saya lakukan tidak ada kendala berarti,” kata Padhil.
Padhil menambahkan, secara kurikulum, Prodi S3 Rekayasa Industri FTI UII sudah disusun dengan baik. Setiap semester masing-masing mahasiswa telah diberikan beban target-target agar bisa menyelesaikan pendidikan tepat waktu.
“Tetapi mahasiswa S3 Rekayasa Industri memiliki kondisi yang berbeda-beda. Di sinilah salah satu fungsi HMDRI mengedukasi mahasiswa yang memiliki masalah dalam menyelesaikan studi. Kita jangan sampai jalan sendiri, tetapi bersama-sama. Ini yang menjadi semangat dibentuknya, HMDRI,” kata Padhil.
Ahmad Padhil merupakan alumni S1 Teknik Industri Universitas Muslim Indonesia (UMI). Setelah bekerja enam tahun, Padhil melanjutkan studi di S2 Teknik Industri FTI UII. “Saya sebetulnya, jalurnya bukan akademisi total. Jadi setelah kuliah S1, pernah karir di profesional selama enam tahun. Baru memutuskan ke dunia pendidikan,” katanya.
Ide masuk ke dunia pendidikan ini muncul ketika FTI UII memberikan fasilitas untuk S2. Program ini membuat Padhil tertarik dan melanjutkan ke Magister Teknik Industri FTI UII. Setelah menyelesaikan pendidikan S2, Padhil memutuskan terjun ke dunia pendidikan dan menjadi salah satu dosen di Teknik Industri Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.
Padhil memiliki bidang kepakaran Ergonomi dan K3. Penelitian-penelitian yang digeluti pun banyak ke arah Ergonomi. “Saya sendiri spesialisasinya lebih ke Ergonomi Makro yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),” tandas Padhil.
Penelitian terbarunya, fokus pada bagaimana meningkatkan kesadaran keselamatan kerja di sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Selama ini, orang berbicara K3 selalu berpikiran di industri besar. Padahal berdasarkan data, fenomenanya keselamatan kerja itu lebih banyak di UMKM dan kecelakaan kerja juga lebih banyak di UMKM.
“Hal ini kurang tersentuh, sehingga saya mencoba memberikan model, bagaimana K3 diterapkan di UMKM. Selain itu, selama ini, orang melihat program K3 itu merupakan pemborosan. Padahal itu merupakan investasi jangka panjang,” kata Padhil. (*)