BANJARMASIN, MENARA62.COM — Problem kebangsaan di negeri ini yang berada pada titik nadir adalah kesenjangan antara kaya dan miskin baik di perkotaan, perdesaan, maupun daerah terluar, terpencil dan tertinggal. Kesenjangan ini disebabkan oleh hal-hal yang bersifat struktural berupa kebijakan yang terkadang kurang berpihak kepada kelompok-kelompok miskin atau yang biasa disebut dhuafa mustadh’afin, dan pelaksanaannya yang masih diwarnai perilaku koruptif.
Tetapi juga faktor kultural masyarakat dan etos masyarakat itu sendiri yang masih memerlukan pendampingan dan pemberdayaan. Dalam konteks demikian maka pemberdayaan masyarakat dihadapkan pada tantangan yang tidak ringan dan memerlukan nafas panjang. Bagi Muhammadiyah, aktifitas pemberdayaan bukan saja panggilan kebangsaan, tetapi lebih dari itu, juga mengemban misi kerisalahan dan kesejarahan. Sebagai tugas kerisalahan maka pemberdayaan masyarakat harus diregenerasikan secara terus menerus. Di sinilah kegiatan Sekolah Kader Pemberdayaan Masyarakat menemukan peran strategisnya.
Demikian dikatakan Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Pusat (MPM PP) Muhammadiyah M. Nurul Yamin pada Pembukaan Sekolah Kader Pemberdayaan Masyarakat (SEKAM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Regional Kalimantan di Aula Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Kalimantan Selatan, Jumat (28/7/2017). Sekam yangakan berlangsung hingga Ahad (30/7/2017) diikuti 75 peserta utusan kader pemberdayaan wilayah se Kalimantan.
Kegiatan Sekam ini menampilkan tim instruktur dari MPM PP Muhammadiyah Drs. Bachtiar Dwi Kurniawan, MAP, Ahmad Ma’ruf;SE, MSi, Amir Panzuri, SS, Nasrullah, S.IP,M.Si. “Seorang kader pemberdayaan masyarakat dituntut memiliki tiga peran penting yakni sebagai inspirator, motivator, dan dinamisator,” kata M Nurul Yamin
Pembukaan Sekolah Kader Pemberdayaan Masyarakat MPM PP Muhammadiyah Regional dihadiri Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Selatan Drs H Tadjuddin Noor; Rektor Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, Prof Dr Kaharuddin,MA; dan Kepala Dinas Sosial Propinsi Kalsel Drs Adi Santoso, MSi yang mewakili Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor.
Dalam sambutan tertulis Gubernur Kalsel yang dibacakan Adi Santoso menyebutkan masih banyak masyarakat yang menyandang masalah sosial seperti kemiskinan dan problema sosial lainnya. Untuk itu peran civil society seperti yang dilakukan oleh Muhammadiyah patut diapresiasi dan pemerintah propinsi Kalsel siap bermitra dengan Muhammadiyah.
Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor mengharapkan agar fasilitator lulusan Sekolah Kader Pemberdayaan Masyarakat (Sekam) dapat menjadi inspirator dan motivator dalam mengembangkan jiwa sosial dan kewirausahaan. Munculnya, wirausahawan baru diharapkan akan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Sahbirin, Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi besar di Tanah Air, memiliki komitmen dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Pekerjaan ini merupakan bagian integral dari gerakan dakwah dan pembaharuan yang sejak awal menjadi landasan gerakan Muhammadiyah. “Sekam merupakan bentuk nyata dukungan terhadap pemerintah dalam pengembangan program pemberdayaan masyarakat,” kata Sahbirin.