JAKARTA, MENARA62.COM – Profesi guru merupakan profesi yang berkaitan erat dengan bidang komunikasi. Karena dalam proses mengajar, seorang guru harus mampu membawakan materi dengan baik, memengaruhi cara berpikir, bersikap dan bertindak dari siswa yang dihadapinya.
Komunikasi antara guru dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran terjalin dalam satu kelompok meski target perubahan perilakunya bersifat individu. Itu sebabnya penting bagi guru untuk menguasai kompetensi komunikasi terutama kemampuan public speaking.
Upaya meningkatkan kompetensi komunikasi guru, SMK Negeri 19 Jakarta menggelar kegiatan Pengembangan SDM: Pelatihan MC bagi Guru Manajemen Perkantoran. Kegiatan yang digelar pada 11 September 2024 tersebut menghadirkan narasumber praktisi public speaking sekaligus dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Dr. Nurlina Rahman, S.Pd, M.Si.
Selain praktisi dan dosen, Dr. Nurlina Rahman juga dikenal sebagai wakil ketua Afiliasi Pengajar, Peneliti Budaya, Bahasa, Sastra, Komunikasi, Seni dan Desain (APEBSKID) Komisariat DKI Jakarta periode 2024-2028.
Kegiatan yang dihadiri Kepala SMK N 19 Jakarta Sri Muljani tersebut merupakan kegiatan rutin yang digelar sekolah untuk meningkatkan kompetensi para guru. Selain guru Manajemen Perkantoran, pelatihan juga diikuti guru bidang studi Perfilman, Agama Islam, Sejarah, Matematika, Produktif Akuntansi, Produktif Manajemen Perkantoran dan Kejuruan Manajemen Perkantoran dengan total 11 guru.
Dalam materi berjudul Tugas & Fungsi Pewara/MC dalam Teknik dan Penerapan, Dr. Nurlina membukanya dengan pembahasan terkait 3 tugas pokok dan fungsi pembawa acara yang meliputi membuka acara, memandu jalannya acara dan menutup acara. “Membuka acara adalah tugas pertama yang harus dilakukan seorang pewara atau MC,” ujar Nurlina.
Tugas ini dapat dimulai setelah menerima isyarat dari petugas protokol/ panitia bahwa acara akan dimulai. Pewara dapat membuka dengan salam dan saapaan penghormatan kepada tamu kehormatan (VIP/VVIP) serta undangan/hadirin. “Dalam hal ini sebelum acara dibuka resmi, pewara atau MC dapat juga menambahkan kalimat-kalimat lain sesuai dengan spesifikasi acara yang dipandunya,” jelas Nurlina.
Terdapat berbagai versi pembukaan acara yang dapat digunakan, tergantung pada acara apa, serta siapa audiens-nya dan di mana acara diselenggarakan. Kalimat atau bahasa yang biasa digunakan untuk membuka acara antara lain hadirin, hadirin yang kami hormati dan lainnya.
Tugas kedua adalah memandu jalannya acara. Dalam konteks ini, pewara atau MC bertugas untuk menyilakan seseorang, baik menyampaikan sambutan, laporan atau berpidato, atau berceramah. Pewara atau MC cukup dengan mengkonsentrasikan diri pada judul acara dan nama pembicara (bila orang tersebut memiliki gelar atau pangkat, maka sebutlah gelar/pangkat tersebut dengan benar). “Untuk acara resmi ditingkat instansi atau kenegaraan kata “disilakan” dan ucapan “terima kasih” tidak diperlukan,” jelas Nurlina.
Dan tugas terakhir seorang pewara atau MC adalah menutup acara. Untuk tugas ini, juga terdapat beberapa versi bahasa/kalimat penutup. Misalnya mengunakan kalimat ‘dengan selesainya acara tadi, maka sampai di sini pula acara kita pada hari ini, selamat siang/malam dan sampai jumpa’.
Dalam kesempatan tersebut, Nurlina juga menyampaikan hal-hal terkait persiapan fisik yang harus dikuasai oleh pewara atau MC. Dari segi teknis, pembawa acara/MC tidak dibenarkan menyebutkan tamu/hadirin satu persatu, kecuali tamu-tamu VIP (Very Important Person). Pembawa acara/MC juga tidak dibenarkan memberikan ulasan/komentar terhadap hal-hal yang dikatakan pembicara lain.
Dari segi fisik, seorang pewara atau MC harus memperhatian pakaian yang dikenakan, dandanan, wajah, gerakan yang wajar, serasi, sopan dan tampil dengan pembawaan tenang, berwibawa, simpatik dan mengesankan.
Sedang dari segi suara, seorang pewara atau MC harus memperhatikan suara yang lunak, jelas, wajar, tidak dibuat-buat terutama dalam logatnya. Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti hadirin, hindarkan istilah-istilah asing yang jarang dipergunakan dalam bahasa lisan atau ucapan. “Berbahasalah dengan mempergunakan kalimat kalimat yang komunikatif,” ujar Nurlina.
Persiapan Non Fisik
Selain persiapan terkait fisik, jelas Nurlina, persiapan mental atau non fisik juga harus diperhatikan dan dikuasai seorang pewara/MC. Karena sesungguhnya, tugas pembawa acara/MC merupakan panggilan lahir dan bathin yang selanjutnya dikembangkan dalam suatu profesi yang mantap (disamping bakat, ditambah latihan-latihan).
“Di samping mempunyai suara yang baik, tenang, tahu tentang maksud dan tujuan acara agar mencapai sasaran seorang pewara juga harus menguasai hal-hal terkait sopan santun, penampilan yang meyakinkan, cara berpakaian, posisi duduk/berdiri. Tentunya penting pula memiliki pengetahuan yang luas,” pesan Nurlina.
Untuk menjadi pewara atau MC yang baik, menurut Nurlina, seseorang harus memiliki pendidikan dan pengalaman luas tentang kehidupan dan orang (broad education and experience of life and people), memiliki kecerdasan (intelligence), memiliki rasa humor (sense of humor), memiliki kesabaran (patience), memiliki kemampuan berimajinasi (imagination), etusiasme (enthusiasm), sikap kerendahan hati ditemukan pada kepercayaan diri yang tulus (humility found on genuine confidence), serta kemampuan untuk bekerja dengan tim (the ability to work with a team).
Usai pelatihan, Kepala SMK Negeri 19 Jakarta Sri Muljani S.Pd mengatakan pelatihan yang berlangsung sekitar 5 jam tersebut disambut sangat antusias oleh para guru. Mereka senang belajar tentang kompetensi menjadi seorang pewara langsung dari praktisi. “Ada banyak hal yang kami makin pahami bagaimana menjadi seorang pewara yang baik dan professional. Selain penting untuk kompetensi pribadi, tentu ini penting juga diajarkan kepada peserta didik,” ujar Sri Muljani.
Diakui Sri Muljani, belajar menjadi pewara yang baik dan professional memang akan lebih mengena jika langsung dari praktisi. “Alhamdulillah, Bu Nurlina selain dosen juga seorang praktisi public speaking yang pengalamannya sudah sangat banyak. Jadi guru belajar tidak hanya teori tetapi juga diajak berpraktik langsung,” tambah Sri Muljani.
Ia berharap kerja sama untuk mengisi materi pelatihan kompetensi public speaking bagi guru-guru tidak hanya berhenti kali ini saja. “Pada kesempatan mendatang kami berharap Bu Nurlina bersedia menjadi narasumber di sekolah ini,” tandas Sri Muljani.
Tanggapan serupa juga disampaikan sejumlah guru-guru peserta pelatihan. Christine Rambing, guru Produktif Manajemen Perkantoran mengakui metode dan strategi pembelajaran yang digunakan Nurlina sangat keren. “Saya juga jadi tahu terkait olah vocal yang perlu dikuasai oleh pewara,” ujarnya.
Sumantoro Kasdhani, guru Perfilman berharap jika ada pelatihan serupa, durasinya lebih diperpanjangan. “Yang jelas, sangat menarik cara penyampaiannya. Wawasan saya juga makin terbuka lebar terkait Teknik pewara,” katanya.
Sedang Endang Sukasih, guru Matematika berharap pelatihan menjadi MC ini bisa dilanjutkan dengan narasumber yang sama. Mengingat narasumber mampu memperbaiki wawasan peserta dan materi yang disampaikan juga langsung mengena sasaran.
“Saya awalnya tidak percaya diri saat tampil menjadi pewara. Tetapi setelah tahu ilmunya kini saya makin percaya diri dan saya yakin bisa,” tutup Lilik Priyatmi, guru Produktif Akuntansi.