26.4 C
Jakarta

UAD Kukuhkan Dua Guru Besar, Prof Trikinasih dan Prof Solikhah

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengukuhkan dua guru besar, Prof Trikinasih dan Prof Solikhah di Amphitarium Lantai 9 Kampus 4 UAD Yogyakarta, Rabu (23/10/2024). Prof Dr DraTrikinasih Handayani MSi sebagai Guru Besar bidang Ilmu Pendidikan, dan Prof Dr Solikhah SKM, MKes bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat Sub Bidang Ilmu Epidemiologi dan Biostatistik.

Rektor UAD, Prof Dr Muchlas MT mengatakan saat ini, UAD telah memiliki 44 Guru Besar. Sebanyak 28 orang lahir dari rahim Universitas Ahmad Dahlan sendiri, sedang selebihnya Guru Besar dari perguruan tinggi negeri (PTN) yang diperbantukan pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS).

Lebih lanjut Muchlas mengatakan bersama Sholikhah masih ada 12 dosen yang mengalami delay atau penundaan dalam mendapatkan jabatan akademik tertinggi, Guru Besar. “Saya tidak tahu apakah ke 12 dosen yang delay ini akan menyesuaikan dengan peraturan yang baru, atau bagaimana. Kami mengikuti arahan dari Pak Kepala LLDikti,” kata Muchlas.

Selain itu, tambah Rektor UAD, ada 30 dosen yang sedang diinkubasi untuk mendapatkan jabatan akademik tertinggi, profesor. “Semoga tahun ini, meskipun fluktuasi kebijakannya sedang berubah kita berharap yang 30 dosen ini didampingi Biro SDM. Kepada bapak-ibu juga terus bersemangat dalam meniti karir akademik ini. Tugas dosen itu, memang meniti karir akademik,” kata Muchlas yang berharap dua Guru Besar dapat memberikan pengaruh positif terhadap lingkungan kampus.

Dalam pidato pengukuhan, Prof Trikinasih Handayani mengangkat judul ‘Tantangan Pendidikan Abad 21 Mewujudkan Indonesia Emas.’ Pendidikan merupakan salah satu pilar penting untuk membentuk masa depan suatu bangsa. Pada abad 21 dihadapkan pada berbagai tantangan yang beragam.

“Globalisasi telah merubah tatanan pendidikan secara signifikan. Sehingga perlu dipersiapkan pendidikan yang bisa mengatasi berbagai tantangan di masa depan. Salah satu tantangannya, generasi muda bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Teknologi telah mengubah cara belajar, berinteraksi, dan bekerja,” kata Trikinasih.

Sedang Prof Sholikhah mengangkat judul pidato pengukuhan ‘Precision Public Health : Pendekatan Epidemiologi dan Biostatistika untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Penyitas Kanker.’ Kanker masih menjadi tantangan dan implikasinya membutuhkan peran seluruh praktisi kesehatan, termasuk para ahli kesehatan masyarakat.

Kanker masih menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia. Berdasarkan estimasi Globocan 2020, terdapat 19,3 juta kasus baru kanker di seluruh dunia dan 10 juta di antaranya meninggal dunia. Angka ini menunjukkan jika masalah kanker menjadi tantangan yang harus segera diatasi oleh masyarakat global.

Di Yogyakarta, kata Sholikhah, selama tahun 2019-2020 tercatat 9.933 kasus kanker. Sebanyak 79,4 persen dialami wanita yaitu kanker payudara atau 30,7 per 1.000 populasi beresiko. “Untuk mencegahnya, masyarakat perlu ditingkatkan pemahamannya tentang kanker, temasuk kanker payudara,” kata Sholikhah. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!