JAKARTA, MENARA62.COM– Pemerhati budaya dari Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB) Dr Bambang Pharmasetiawan mengatakan pembangunan budaya lebih banyak pada pembangunan artefak atau benda serta bukan pada pembangunan nilai-nilai.
“Kita lebih banyak membangun artefak dibandingkan menanamkan nilai-nilai budaya kita sendiri pada generasi muda,” ujar Bambang di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Rabu (9/8)
Akibat kondisi itu, generasi muda lebih mencintai kebudayaan yang masuk dari luar contohnya seperti Korean Pop atau K-pop yang berasal dari Korea Selatan, dibandingkan kebudayaan sendiri.
Padahal dalam lagu kebangsaan sendiri, lanjut dia jelas tertera bahwa yang perlu dibangun terdahulu adalah jiwanya, baru badannya.
“Seringkali, kita terjebak dalam pembangunan artefak tapi melupakan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya itu sendiri,” lanjutnya.
Menurut dia pendidikan karakter yang digaungkan oleh pemerintah saat ini, akan lebih tepat dilakukan jika dilaksanakan melalui berbagai kegiatan budaya. Jadi tak hanya penanaman pendidikan karakter tetapi juga nilai budaya bangsa sendiri. Dalam hal ini, orang tua sangat berperan penting.
Sementara Ketua Forum Komunikasi Putra Putri TNI-Polri (FKPPI) , Pontjo Sutowo mengatakan pembangunan di bidang budaya terbilang lambat jika dibandingkan bidang lainnya.
” Pembangunan budaya kalah dibanding pembangunan ekonomi. Padahal pembangunan budaya ini lebih penting dibanding lainya,” kata Pontjo.
Oleh karenanya pihaknya beserta YSNB, Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) dan Mabes TNI AD, menggelar simposium yang bertujuan untuk merumuskan strategi budaya jangka panjang.
“Jika kita ingin bertahan hingga 1.000 tahun lagi, maka kita harus mampu mengidentifikasi apa saja yang dibutuhkan untuk bisa bertahan,” kata Pontjo