31.4 C
Jakarta

Rektor UMS Ungkap Kebutuhan Reformasi Pendidikan Tinggi di Forum Online Scholarship Competition (OSC) Awards & Indonesia Rector Forum 2024

Baca Juga:

SOLO, MENARA62.COM – Rektor Universitas Muhammdiyah Surakarta (UMS), Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si menghadiri Online Scholarship Competition (OSC) Awards & Indonesia Rector Forum 2024, pada Kamis (19/12/2024) bertempat di Studio Grand MetroTV.

Kegiatan tersebut mengusung tema “Kolaborasi Perguruan Tinggi Menuju Indonesia Emas 2045″ yang dihadiri oleh para pemimpin dan tokoh inspiratif pendidikan indonesia, yakni Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Republik Indonesia, Kepala Badan Riset dan Inovasi Indonesia, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Direktur Kelembagaan Kemendiktisaintek, Kapuskurjar BSKAP kemendikdasmen RI, Para Rektor, Wakil Rektor, dan Perwakilan Universitas Mitra Penyedia Beasiswa OSC dan Rektor Perguruan Tinggi Negeri.

Dalam sambutannya, Direktur Utama Metro TV Arief Soeditomo mengatakan kegiatan spesial tersebut bertepatan dengan satu dekade Beasiswa OSC dan Media Group, mempersembahkan OSC Award 2024 hadir dengan konsep berbeda, bersamaan dengan Indonesia Rektor Forum 2024.

“Forum ini mengumpulkan para rektor perguruan tinggi untuk berdiskusi dan mempersiapkan generasi unggul yang dapat membawa Indonesia menuju kemajuan, menyongsong 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada 2045. Kolaborasi erat antar pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor industri diharapkan mempercepat transformasi untuk menciptakan ekosistem pendidikan tinggi yang berdaya saing dan siap menghadapi tantangan global,” ujar Arief

Dalam kesempatan tersebut, Rektor UMS mengungkapkan bahwa rasio lulusan Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) Sederajat terhadap minat lanjut studi di perguruan tinggi masih rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti, Thailand, Singapura dan Malaysia.

Berdasarkan data BPS 2023, Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi Indonesia mencapai 31,45% atau meningkat dibanding tahun 2022 yang mencapai 31,16 dan 31,19 di tahun 2021 serta 30,85 di tahun 2020. Namun, APK Pendidikan Tinggi Indonesia tersebut masih tertinggal dari beberapa negara ASEAN.

Dalam paparannya, Rektor UMS menyampaikan rendahnya minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi di Indonesia dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, sosial, dan informasi. Biaya pendidikan yang tinggi, keterbatasan finansial, serta kebijakan rasio SMK:SMA (70:30) membuat banyak siswa memilih untuk bekerja setelah tamat sekolah.

“Selain itu, kurangnya motivasi belajar, kualitas pendidikan yang belum optimal, serta pengaruh lingkungan yang tidak mendukung turut memperburuk situasi. Ketersediaan lapangan kerja dan minimnya informasi tentang prospek pendidikan tinggi juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi keputusan siswa,” ujarnya

Dalam kesempatan yang sama, Sofyan Anif mengungkapkan solusi dan berbagai upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi.

“Antara lain dengan menyediakan lebih banyak beasiswa, mempermudah akses ke perguruan tinggi, dan memperbanyak program studi vokasi. Pemerintah juga fokus pada peningkatan kualitas pendidikan di perguruan tinggi agar lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja,” tuturnya.

Di sisi lain, perguruan tinggi diharapkan menawarkan program studi yang sesuai dengan tuntutan industri serta memperluas penyediaan program studi dan vokasi untuk menciptakan lulusan yang siap kerja. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!