26.5 C
Jakarta

Membumikan Muhammadiyah; Melangitkan Cita-Cita dan Tujuannya

Baca Juga:

Oleh : Ace Somantri

BANDUNG,MENARA62.COM – Tidak akan berhenti selama urat nadi masih berdenyut, gerak langkah kaki dan seluruh tubuh menapaki jalan penuh optimis dan memasuki ruang-ruang kosong dengan percaya diri untuk memanfaatkan waktu dalam masa berharap penuh manfaat. Begitulah Muhammadiyah sejak didirikan hingga kapanpun dunia ini masih ada, gerakan tubuhmu terus menggerakkan dengan sekuat tenaga, sorot cahayamu menerangi menjadi pencerah setiap insan yang ada ada dalam kegelapan. Muhammadiyah dengan ajaran Islam sebagai hidayah yang penuh rahmat, berupaya keras membumikan risalah Ilahiyah agar umat manusia selamat dunia akhirat. Berbagai rumusan dan kaidah-kaidah sebagai algoritma aplikasi gerakan dibuatkan sebagai bentuk pembaharuan agar mampu mengikuti dinamika kehidupan umat.

Membumikan Muhammadiyah adalah mengurai ajaran Islam yang ternaktub secara tekstual dalam mushaf-mushaf agar dapat dipahami umat manusia dari zaman ke zaman untuk dapat diamalkan dalam kehidupan di dunia dengan praktik amaliyah mengikuti perkataan utusan-Nya, menduplikasi perbuatan utusan-Nya dan mentaati setiap ketetapan yang diputuskan oleh utusan-Nya. Bermuhammadiyah sama dengan berIslam, membumikan Muhammadiyah sama dengan membumikan Islam. Tidak diragukan apalagi meragukan, jalan panjang Muhammadiyah telah banyak memberi paham keislaman yang universal dan komprehensif dengan manhajnya sangat metodologis hingga dapat dipahami oleh setiap manusia, tanpa ada sekat batas-batas suku, ras, agama, bangsa serta negara. Siapapun manusia yang hidup di muka bumi ini, mereka yang tertarik dan masuk pada ruang persyarikatan maka diberikan keleluasaan untuk bermuhammadiyah.

Dengan banyaknya orang terlibat di Muhammadiyah, hal tersebut menunjukan keberadaan atau kehadiran persyarikatan memberi rasa haus dan dahaga akan paham Islam yang menggerakkan potensi dan kekuatan manusia hingga tersadarkan akan konsekuensi dari keberadaan hidupnya. Tidak terbayangkan entah bagaimana jadinya sebagian umat muslim tidak memiliki paham Islam dari konsep dan rumusan dari manhaj Muhammadiyah yang hanya sekedar sebatas mengetahui, jauh dari paham dan tafaquh fiddin berkemajuan secara rinci dan detil. Sangat cerdas dan cerdik gagasan strategis kyai Dahlan, sangat visioner yang sulit ditandingi pada jamannya. Bahkan, generasi berikutnya belum tentu memiliki kemampuan daya berfikir yang sama sehingga mampu membuat gagasan baru yang dapat melipatgandakan visi sebelumnya. Akan mengalami kesulitan hal demikian dikarenakan, generasi setelah kyai Dahlan lebih fokus ditekankan menjaga dan memelihara yang sudah dibangun.

Muhammadiyah benar-benar membumi, segala ketentuan rumusan beragama diwujudkan dalam kebijakan dan tata aturan kaidah organisasi sangat aplikatif. Seperti syari’at yang terkandung dalam Q.S. Al Ma’un menjelma menjadi tiga aplikasi yang membumi sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh manusia-manusia yang pantas dan patut menerimanya. Lebih dari jutaan umat manusia mendapatkan layanan pendidikan dan kesehatan yang mampu menyelamatkan keterpurukan kesejahteraan hidup. Sekalipun layanan tersebut menjadi hal luar biasa kehadiran Muhammadiyah di tengah maayarakat, sehingga dinobatkan sebagai NGO terbesar di dunia yang memiliki gerakan filantropi sosial berbasis amal usaha yang berorientasi pada keumatan dan kemanusiaan. Lebih dari itu ternyata, Muhammadiyah didirikan dengan visioner memiliki cita-cita dan tujuan sangat melangit, namun tetap rasional, logis dan realistis.

Melangitkan cita-cita dan tujuan menjadi bukti bahwa kyai Dahlan sosok visioner, hampir tidak ada sosok manusia di Indonesia memiliki gagasan yang melahirkan dan mendatangkan aset triliyunan rupiah, namun bukan milik pribadi melainkan milik organisasi yang didirikannya. Tidak ada satu kata pun wasiat dari mulutnya bahwa setiap jengkal lahan dan ruang aset yang akibatkan dari organisasi persyarikatan memberikan royalti kepada dirinya dan kepada keturunan ahli warisnya. Kekayaan yang dimiliki persyarikatan ahli warisnya adalah para pejuang fiisabilillah yang istiqomah membumikan Muhammadiyah secara turun temurun tanpa harus ada garis nasab geneologis, melainkan garis nasab ideologis. Siapapun berhak melanjutkan untuk menjaga, merawat, memelihara, mengembangkan dan memajukan hingga meningkatkan jumlah kuantitas dan kualitas nilai aset yang dimiliki persyarikatan untuk kemashlahatan umat manusia dimuka bumi tanpa disekat batas-batas wilayah.

Visi dan misi persyarikatan Muhammadiyah dapat diperbaharui sesuai tuntutan zaman, namun untuk cita-cita dan tujuan tidak ada perubahan selama belum tercapai. Hingga saat ini, wujud nyata kehidupan manusia masih jauh dari apa yang dicita-citakan kyai Dahlan sebagaimana yang ditulis dan ditetapkan dalam tujuan organisasi persyarikatan yang didirikan, masih butuh kerja keras dan kerja cerdas para pejuang penggerak Muhammadiyah diberbagai level tingkatan pimpinan, maupun para penggerak diunit-unit amal usaha milik persyarikatan Muhammadiyah. Tidak ada alasan apapun ahli waris kyai Dahlan atau para generasinya berleha-leha, apalagi berbuat yang buruk dengan merusak ekosistem organisasi. Membumikan langkah-langkah nyata program persyarikatan dengan cara yang unik dan menarik, memformulasikan kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai daya saing tinggi bermutu dengan berdimensi nilai ruhaniyah, baik yang berjangka pendek taktis maupun berjangka panjang strategis. Muhammadiyah perahu besar seperti kapal milik nabi Nuh alaihi salam yang mampu menyelamatkan semua mahluk hidup tanpa kecuali.

Gerak langkah Muhammadiyah wajib dinamis, tidak terus melulu digerakkan oleh mereka yang bersikap oportunistik dan pragmatis. Dinamisasi ahli waris tidak berhenti di kalangan mereka yang mengklaim diri paling bermuhammadiyah namun nyatanya tidak disadari perlahan dirinya sebenarnya telah merusak ekosistem persyarikatan. Untuk menjaga dinamisasi organisasi tetap sehat, wajib hukumnya ada regenerasi kepemimpinan yang cepat, kepemimpinan persyarikatan tidak terus berputar di antara mereka yang nyatanya telah menghambat kaderisasi. Termasuk dalam ranah unit-unit amal usaha tidak dibudayakan berputar silih berganti di antara mereka yang satu koloni dan kelompok tertentu dengan klaim diri paling Muhammadiyah dan berhak menjadi pimpinan. Jika putaran pimpinan masih terus berputar di antara mereka berkeliling, regenerasi tidak terjadi maka konsekuensinya bakal banyak penyakit instiusi dan organisasi. Sehingga laju gerak kemajuan tidak terjadi, justru yang muncul manuver dan intrik licik, bahkan kaidah sering dijadikan tameng dengan berlindung dibalik kaidah beribu alasan dijadikan dalih kebijakan dan keputusan institusi dan organisasi.

Membumikan Muhammadiyah memiliki rmakna menjalankan paham dan kaidah-kaidah persyarikatan Muhammadiyah dalam lingkup kegiatan bersyarikat, baik dalam program kegiatan rutin maupun insidental yang sifatnya sesaat atas dasar kebutuhan mendesak. Terbukti dan teruji kehadiran Muhammadiyah selalu memberi solusi kehidupan umat, sekalipun masih jauh dari harapan dari cita-cita yang dimimpikan, namun komitmen dan konsisten atau istiqomah tetap hadir diatas bumi ikut berpartisipasi menjaga dan merawat penghuninya sesuai kaidah-kaidah kemanusiaan dan kealaman. Begitupun sikap dan tindakan langitan Muhammadiyah berupaya keras untuk tidak melanggar kaidah sunnatullah bersifat syar’i. Setiap rumusan dan ketentuan petunjuk pelaksanaan dan teknis praktik saat menjalankan paham ajaran Islam senantiasa merujuk pada sumber teks nash al Qur’an dan as-Sunnah sohihah serta mengacu pada kajian-kajian ilmiah kontemporer berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi.

Muhammadiyah melangitkan cita-cita dan tujuan menjadi salah satu bentuk komitmen keberagamaan, Islam sebagai ajaran inti dalam bermuhammadiyah. Sikap dan tindakan yang membentuk kepribadian Muhammadiyah benar-benar atas dasar nilai-nilai ajaran Islam sebenar-benarnya. Sehingga sangat inspiratif gagasan kyai Dahlan, karena pada saat memahamkan ajaran Islam dengan pendekatan humanisme sesuai kondisi situasi kebathinan budaya masyarakat, baik kebutuhan dasar jasadi maupun ruhani serta nilai-nilai budaya yang dianut. Hal demikian kyai Dahlan memahamkan ajaran Islam kepada umat benar-benar diharapkan cepat terinternalisasi dalam diri melalui perangkat-perangkat seni budaya yang mampu menggugah rasa dan pikirian setiap orang. Langitan cita-cita Muhammadiyah harus menjadi nilai ideologi warga Muhammadiyah sebagai platform hidup yang terus diwariskan kepada setiap generasi dan dikawal hingga tercapai pada tujuan utamanya. Aamiin. Wallahu’alam.

Bandung, Januari 2025

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!