30.6 C
Jakarta

Peran Umat Islam dalam Menghadapi Krisis Lingkungan Global

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM

Dalam rangka meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran umat Islam dalam menghadapi krisis lingkungan global, Santri Cendekia Forum menggelar kajian bertajuk “Peran Umat Islam Terkait Isu Lingkungan di Kancah Internasional” di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan pada Sabtu malam, 1 Februari 2025. Acara ini menghadirkan Parid Ridwanuddin, seorang aktivis lingkungan, Program Manager GreenFaith Indonesia, dan dosen di Universitas Paramadina sekaligus anggota Bidang Kajian Politik Sumber Daya Alam LHKP (Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sebagai pemateri utama.

Kajian ini merupakan bagian dari seri kedua Santri Cendekia Forum, setelah sebelumnya sukses menyelenggarakan kajian pertama pada 27 Januari 2025 dengan tema “Islam dan Lingkungan: Perspektif Manhaj Tarjih Muhammadiyah”. Pada kajian kali ini, Parid memaparkan berbagai tantangan lingkungan yang dihadapi umat manusia, khususnya dalam konteks krisis iklim yang semakin mengkhawatirkan.

Krisis Iklim: Ancaman Nyata bagi Umat Manusia

Parid membuka pemaparannya dengan mengutip Surah Ar-Rum ayat 41, yang menyebutkan bahwa kerusakan di darat dan di laut terjadi akibat tangan manusia. “Fasad atau kerusakan yang kita lihat saat ini, seperti banjir, longsor, dan pencemaran. Kerusakan ini tidak terjadi secara terpisah. Ini adalah hasil dari ketidakseimbangan yang disebabkan oleh eksploitasi terhadap alam,” ujarnya.

Menurut Parid, krisis iklim yang kita hadapi saat ini telah memasuki fase yang disebut sebagai “pendidihan global” (global boiling), di mana suhu bumi terus meningkat akibat emisi gas rumah kaca yang tidak terkendali. Data ilmiah menunjukkan bahwa emisi global terus meningkat, dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Cina sebagai penyumbang terbesar. “Industri militer dan perusahaan-perusahaan besar di sektor energi fosil menjadi kontributor utama emisi ini,” tambahnya.

Parid juga menyoroti dampak krisis iklim di Indonesia, yang tercermin dalam meningkatnya frekuensi bencana alam seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir, lebih dari 40 juta orang di Indonesia terpaksa mengungsi akibat bencana ekologis. “Ini adalah angka yang sangat mengkhawatirkan. Kita harus segera bertindak untuk melawan krisis iklim ini,” tegasnya.

Peran Umat Islam dalam Menghadapi Krisis Lingkungan

Parid menekankan bahwa umat Islam memiliki tanggung jawab moral untuk terlibat aktif dalam upaya pelestarian lingkungan. “Alam dalam Islam dianggap sebagai ayat kauniyah, tanda-tanda kebesaran Allah yang harus dijaga dan dilestarikan. Sayangnya, kesadaran ini sering kali terabaikan dalam kehidupan modern,” ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam gerakan lingkungan. “Kita perlu mengembangkan teologi lingkungan yang berbasis pada prinsip keadilan iklim (al-adalah al-munakhiyyah) . Ini adalah tanggung jawab kita sebagai umat Islam untuk memastikan bahwa bumi ini tetap layak huni bagi generasi mendatang,” tambahnya.

Parid menyarankan beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan oleh umat Islam, antara lain:
1. Pendidikan yang berbasis pada keadilan iklim: Memasukkan isu keadilan lingkungan dan atau keadilan iklim ke dalam kurikulum pendidikan, baik formal maupun non-formal, untuk menumbuhkan kesadaran kritis sejak dini.
2. Gerakan Lokal: Terlibat aktif dalam gerakan lingkungan, menggalakkan gerakan menanam pohon, mengurangi sampah plastik, dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijak, sekaligus membangun kedaulatan pangan.
3. Advokasi Kebijakan: Terlibat dalam proses penyusunan kebijakan yang berpihak pada lingkungan, seperti tata ruang yang adil dan berkelanjutan serta pengurangan emisi karbon.
4. Kolaborasi Lintas Agama: Bekerja sama dengan pemeluk agama lain untuk mengkampanyekan pentingnya menjaga lingkungan hidup.
5. Berdakwah dengan menulis: menulis opini berbasis data yang dipublikasikan di berbagai media.

Kajian ini diakhiri dengan sesi tanya jawab yang interaktif, di mana peserta diajak untuk mendiskusikan lebih lanjut tentang langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Parid menegaskan bahwa upaya pelestarian lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau aktivis, melainkan tanggung jawab bersama seluruh umat manusia.

“Kita harus mulai dari hal-hal kecil, seperti mengurangi penggunaan plastik, menanam pohon, dan mengonsumsi makanan lokal. Semua ini adalah bagian dari upaya kita untuk menjaga bumi sebagai amanah dari Allah,” pungkasnya.

Acara ini dihadiri berbagai kalangan, termasuk santri, mahasiswa, dan aktivis lingkungan. 91 orang hadir secara luring dan lebih dari 43 orang mengikuti live streaming di Youtube GreenFaith Indonesia. Diharapkan, kajian ini dapat menjadi langkah awal bagi umat Islam untuk lebih aktif berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan dan menghadapi krisis iklim global.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!