29.9 C
Jakarta

UMS Bangun Sistem Hilirisasi Riset Terpadu untuk Dampak Lebih Luas

Baca Juga:

SOLO, MENARA62.COM – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) melalui Lembaga Riset dan Inovasi (LRI) melaksanakan kunjungan akademik ke Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 15–16 Juli 2025. Kegiatan ini difokuskan untuk memperdalam pemahaman dan praktik hilirisasi riset serta pengelolaan pusat studi, sebagai bagian dari upaya memperkuat ekosistem riset dan inovasi di UMS.

 

Dipimpin langsung oleh Wakil Rektor V Bidang Riset, Inovasi, Reputasi, Dampak, Kemitraan, dan Urusan Internasional, Prof. Supriyono, S.T., M.T., Ph.D., delegasi UMS menyambangi beberapa unit strategis milik ITB yang berperan dalam pengelolaan riset dan inovasi.

 

“Selama dua hari, kita belajar banyak hal, khususnya terkait hilirisasi riset. Pada hari pertama, kita mengunjungi Direktorat Kawasan Sains dan Teknologi (DKST) ITB, yang menjadi tempat pengelolaan riset yang sudah siap dilirik oleh industri,” jelas Supriyono, Jumat (18/7).

 

Kunjungan dilanjutkan ke Direktorat Riset dan Inovasi (DRI) ITB, yang membawahi pengelolaan pusat-pusat studi dan riset dengan tingkat kesiapan teknologi (TKT) 1 hingga 6, terdiri dari riset dasar (TKT 1–3) dan riset terapan (TKT 4–6).

 

“ITB memiliki struktur yang jelas dalam pengelolaan pusat studi, yaitu terdiri atas Pusat, Pusat Penelitian, dan Pusat Unggulan Inovasi. Ini memberikan inspirasi bagi UMS dalam membangun sistem pengelolaan riset yang lebih terstruktur dan efisien,” tambahnya.

 

Pada hari kedua, rombongan UMS berkesempatan berkunjung ke PT LAPI ITB, sebuah holding company milik ITB yang mengelola kegiatan bisnis berbasis riset.

 

“LAPI ini mampu mengonsolidasikan seluruh sumber daya di ITB untuk menghasilkan pendapatan di luar SPP mahasiswa. Kita belajar bagaimana sebuah perguruan tinggi bisa mengembangkan income melalui hilirisasi hasil riset,” ujar Supriyono.

 

Delegasi UMS terdiri dari perwakilan LRI, LPMPP, perwakilan pusat studi, serta para peneliti penerima hibah PRPB (Program Riset Pembangunan Berkelanjutan). Kegiatan ini mengalokasikan anggaran khusus untuk studi hilirisasi riset.

 

Dalam kesempatan tersebut, Supriyono juga menjelaskan arah pengembangan pusat studi di UMS ke depannya.

 

“Saat ini kita telah melakukan klasterisasi pusat studi berdasarkan tahapan risetnya. Ada tiga klaster yaitu riset dasar (TKT 1–3), riset terapan (TKT 4–6), dan klaster divisi yang memiliki produk siap hilirisasi (TKT 6–9),” terangnya.

 

Ke depan, pengelolaan pusat studi akan disesuaikan dengan pendekatan struktur kelembagaan baru di UMS. Riset dasar dan terapan akan dikelola di bawah Deputi Riset, Inovasi, dan HAKI, sedangkan pusat studi dengan potensi hilirisasi akan berada di bawah Deputi Pengabdian Masyarakat dan Hilirisasi.

 

“Model ini kurang lebih meniru struktur di ITB, hanya saja kita tidak menggunakan istilah direktorat, melainkan deputi di bawah satu direktorat induk,” tambah Supriyono.

 

Saat ini tercatat terdapat 37 pusat studi di UMS yang telah teridentifikasi, meskipun belum seluruhnya memiliki sistem koordinasi terpusat. “Ke depan kita harap ada satu koordinator atau sistem terpusat, mungkin di bawah kasubdit riset dengan dukungan BIC (Business Innovation Center),” jelasnya. (Fika/Humas)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!