SOLO, MENARA62.COM – Program Studi Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar kegiatan kepaniteraan preklinik sebagai bentuk pembekalan bagi mahasiswa sebelum terjun langsung ke lapangan. Kegiatan ini dilaksanakan di Auditorium Mohammad Djazman, Senin (28/7).
Sebanyak 166 mahasiswa semester 7 angkatan 2022 akan menjalani preklinik yang tersebar di 37 lahan praktik yang mencakup berbagai wilayah seperti Surakarta, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, DIY, Karanganyar, Salatiga, Madiun, Ponorogo, Magelang, Semarang, Bandung. Preklinik ini dijadwalkan berlangsung pada 4-28 Agustus 2025.
Kalab Program Studi Fisioterapi, Taufik Eko Susilo, S.Fis., M.Sc., menjelaskan bahwa preklinik bertujuan mengenalkan proses fisioterapi kepada mahasiswa S1 agar mendapatkan pengalaman di dunia klinik sebelum melanjutkan ke tahap profesi. Ia menekankan pentingnya pemahaman lapangan sebagai bekal pembelajaran mahasiswa.
“Harapannya mereka bisa belajar banyak di rumah sakit itu bagaimana sistemnya, terus mereka menghubungkan dengan apa yang ada di kampus. Semoga tidak terlalu kaget,” ujar Taufik.
Taufik juga menambahkan bahwa preklinik menjadi pengalaman pertama mahasiswa untuk praktik di lapangan. Diharapkan mereka dapat menyerap ilmu sebanyak mungkin saat menjalani praktik di berbagai fasilitas kesehatan.
“Mahasiswa mampu melakukan proses fisioterapi dengan pendampingan di lahan praktik,” tutur Taufik menyampaikan tentang capaian pembelajaran mahasiswa.
Sebagai pendukung kegiatan ini, Prodi Fisioterapi UMS telah menyiapkan buku panduan yang dapat digunakan mahasiswa sebagai acuan selama menjalani preklinik. Buku tersebut menjadi pedoman dalam memahami prosedur dan standar praktik yang akan dilakukan.
Dalam kesempatan tersebut, Kaprodi Fisioterapi UMS, Farid Rahman, SSt.FT., M.Or., turut mengingatkan mahasiswa untuk menjaga sikap selama menjalani preklinik, karena mereka membawa nama baik institusi.
“Sehingga apapun perbuatan yang dilakukan teman-teman yang menyangkut profesional teman-teman itu secara otomatis akan melekat pada institusi, sehingga dijaga baik-baik ya sikapnya, saya yakin teman-teman bisa,” pesan Farid.
Ia juga mengimbau mahasiswa agar tertib mengikuti jadwal serta memperhatikan kondisi fisik mereka, terutama karena adanya tambahan mobilisasi ke lokasi praktik.
“Mahasiswa bisa tertib mengikuti jadwal preklinik dan selalu berhati-hati terutama dengan tambahan mobilisasi, diharapkannya tidak membuat para mahasiswa terlalu lelah,” imbuhnya.
Salah satu mahasiswa asing, Asem Abdullah asal Yaman, menyatakan kesiapan dan antusiasmenya dalam mengikuti preklinik. Ia mengaku memiliki pengalaman pertolongan pertama di negaranya, sehingga merasa telah memiliki dasar pengetahuan selain dari perkuliahan.
Namun, Asem juga mengungkapkan tantangan yang dihadapinya ketika berkomunikasi dengan masyarakat lokal, terutama terkait penggunaan bahasa Jawa krama. Terlebih Asem akan menjalani preklinik di IBEST Solo.
“Saya merasa tertantang ketika bertemu dengan orang tua yang pakai bahasa Jawa krama. Jadi saya kesulitan ketika nanyai keluhannya apa padahal salah satu diagnosis kita di fisioterapi harus paham keluhannya apa biar bisa kasih program yang bagus,” ungkap Asem.
Meski begitu, ia tetap optimis dan yakin bahwa dirinya siap menjalani proses preklinik tersebut dengan baik. (*)


