31.7 C
Jakarta

Kado HUT Ke-80 RI, Asuransi Berbasis AI Karya Mahasiswa UGM Jadi Juara 1 Kompetisi Inovasi Dunia di Singapur

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Berbasis kecerdasan buatan (AI), tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan inovasi skema asuransi untuk menjawab tantangan terkait inflasi biaya kesehatan. Di tengah suasana peringatan HUT ke-80 RI, inovasi ini mengantarkan Indonesia meraih juara pertama di ajang kompetisi asuransi tingkat dunia Singapura.

Skema berupa _dynamic copay_ bernama ORBIS ini dikembangkan tim Valuators dari Program Studi Ilmu Aktuaria UGM beranggotakan Rafael Wicaksono Hadi, Victorius Chendryanto, dan Dewa Ayu Maharani Adithi Kirana serta dibimbing dosen aktuaria UGM, Danang Teguh Qoyyimi.

Inovasi ini berhasil mengharumkan nama Indonesia dengan meraih Juara Pertama dalam ajang internasional GAIP Insurance Innovation Competition 2025 Global Final Round yang diselenggarakan di Nanyang Technological University (NTU), Singapura, Jumat (15/8/2025).

“Kompetisi bergengsi ini diselenggarakan oleh Global Asia Insurance Partnership (GAIP)
bekerja sama dengan NTU, dengan dukungan industri asuransi global. Kompetisi tahun ini diikuti oleh tim mahasiswa dari sepuluh negara: Singapura, Jepang, Hong Kong SAR, Australia, Chinese Taipei, Indonesia, Thailand, Vietnam, Tiongkok, dan Korea,” ujar Danang.

Ia menyatakan, ORBIS unggul dalam kompetisi tersebut karena dirancang untuk menjawab dua persoalan utama dalam asuransi kesehatan yakni inflasi medis yang terus meningkat dan ketidakefisienan cost-sharing.

“Dengan memanfaatkan Artificial Intelligence (AI), ORBIS menawarkan solusi pembagian biaya kesehatan yang lebih adil, adaptif, dan berbasis nilai,” ujarnya.

Danang menjelaskan, sistem ini terdiri dari empat lapisan utama. Pertama, Smart Health Triage Assistant (OrbisChat) yang membantu peserta menavigasi keluhan kesehatan secara cerdas. Kedua, Care-Value Score (CVS) yang menilai nilai klinis dan efisiensi biaya layanan kesehatan.

Selanjutnya adalah Dynamic Copay, sebuah sistem untuk menyesuaikan besaran copay secara real-time berdasarkan nilai perawatan. Terakhir, terdapat lapisan Behavioral Bonus Credits yang memberikan insentif kredit bagi perilaku sehat yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya di masa depan.

“Dengan inovasi ini, ORBIS tidak hanya berfokus pada pengendalian biaya klaim, tetapi juga pada peningkatan perilaku konsumsi layanan kesehatan yang lebih bijak, transparan, dan
personal,” ujar Danang.

Persaingan dalam kompetisi ini terbilang sangat ketat. Juara kedua diraih oleh tim dari
University of Melbourne (Australia) yang mengangkat inovasi di bidang kesehatan mental, khususnya perlindungan dan mitigasi risiko terkait penyebaran berita bohong (hoax) yang dapat memperburuk kondisi psikologis masyarakat.

Sementara itu, juara ketiga berhasil diraih oleh tim dari Nanyang Technological University (Singapura) yang membawakan topik Unemployment Insurance. Inovasi ini menyoroti
pentingnya perlindungan finansial bagi masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat ketidakpastian ekonomi global, disrupsi teknologi, maupun krisis kesehatan publik.

Namun inovasi UGM mengalahkan kedua finalis itu di sesi final karena dinilai mampu menggabungkan analisis mendalam dengan penyampaian yang sederhana, lugas, dan komunikatif.

Dalam keterangan pers, CEO GAIP Min Hung Cheng yang juga menjadi juri utama, menekankan bahwa kekuatan tim UGM
terletak pada kemampuan mereka untuk mengomunikasikan masalah yang kompleks secara mudah dipahami, sekaligus menghadirkan solusi yang relevan dengan tantangan nyata industri asuransi kesehatan.

“Slogan yang mereka sampaikan, bahwa pelayanan kesehatan seharusnya berfokus pada siapa yang mendapatkan perawatan yang tepat pada waktu yang tepat, dan untuk alasan yang tepat, sangat menyentuh karenainternasional mengingatkan kita bahwa inti dari layanan kesehatan bukan sekadar angka dan biaya, tetapi manusia dan kualitas hidup,” ungkap Cheng.

Selain itu, juri juga mengapresiasi gaya presentasi interaktif tim UGM yang melibatkan audiens sejak awal, serta penggunaan bahasa Inggris yang fasih dan percaya diri. Hal ini membedakan mereka dari beberapa tim negara lain yang cenderung masih terbatas dalam penyampaian ide karena menggunakan bahasa lokal pada tahap sebelumnya.

Dengan demikian, UGM mampu menunjukkan keunggulan tidak hanya dari sisi ide, tetapi juga kemampuan komunikasi internasional. (rilis)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!