28.2 C
Jakarta

Prof. Zakiyuddin Ingatkan: Pengentasan Kemiskinan Sia-Sia Tanpa Kebijakan Berpihak pada Kaum Lemah

Baca Juga:

SOLO, MENARA62.COM — Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag, mengingatkan bahwa program pengentasan kemiskinan hanya akan sia-sia bila tidak dibarengi kebijakan pemerintah yang benar-benar berpihak pada masyarakat miskin dan kurang beruntung.

 

Pernyataan itu ia sampaikan usai mengisi materi Teologi Al-Ma’un dalam kegiatan Baitul Arqam Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surakarta, Jumat (22/8), di Balai Besar Guru dan Tenaga Kependidikan Provinsi Jawa Tengah.

 

“Kalau kebijakan pemerintah tidak berpihak pada mereka yang miskin, papa, dan termarjinalkan secara ekonomi, sosial bahkan politik, maka kita akan sia-sia punya program pengentasan kemiskinan,” tegas Prof. Zakiyuddin.

 

 

 

Teologi Al-Ma’un Abad 21

 

Menurut Guru Besar UIN Salatiga itu, teologi Al-Ma’un dalam konteks abad ke-21 harus dimaknai lebih luas. Bukan hanya sebatas gerakan karitatif seperti memberi santunan atau bantuan langsung, tetapi juga mencakup pemberdayaan kapasitas masyarakat dan bahkan menyentuh ranah “kemiskinan otoritas”.

 

“Tugas kita membangun Al-Ma’un dalam konteks bermuhammadiyah, berislam, dan berbangsa itu semakin berat. Isu kemiskinan harus masuk ke ranah struktural, yaitu bagaimana pemerintah dibentuk dan dipengaruhi agar melahirkan kebijakan yang berpihak pada orang-orang miskin,” jelasnya.

 

 

 

Kebijakan Struktural Jadi Kunci

 

Prof. Zakiyuddin menegaskan, persoalan kemiskinan tidak bisa diatasi hanya dengan program filantropi. Tanpa transformasi kebijakan struktural yang menyentuh akar masalah, berbagai program akan bersifat tambal sulam dan tidak berkelanjutan.

 

Karena itu, ia menekankan pentingnya menjadikan spirit Al-Ma’un sebagai energi sosial yang menggerakkan warga Muhammadiyah dan umat Islam untuk ikut memengaruhi arah kebijakan publik.

 

Al-Ma’un: Dari Doktrin ke Gerakan Sosial

 

Lebih jauh, Zakiyuddin menyebut teologi Al-Ma’un bukan hanya sekadar doktrin keagamaan, melainkan juga harus diwujudkan dalam praksis sosial yang membela kaum lemah.

 

“Teologi itu harus hadir dalam ruang publik, menjadi pendorong lahirnya kebijakan yang adil dan berkeadilan. Kalau tidak, kita hanya sibuk memberi bantuan kecil tanpa mengubah struktur yang membuat kemiskinan terus berlangsung,” katanya.

 

 

 

Penutup

 

Dengan penekanan itu, Prof. Zakiyuddin mengajak warga Muhammadiyah untuk terus mengarusutamakan spirit Al-Ma’un dalam kehidupan berorganisasi, beragama, dan berbangsa.

 

“Substansi dari apa yang saya sampaikan sederhana: kemiskinan itu harus dihadapi secara struktural. Kalau tidak, semua gerakan kita akan terjebak pada rutinitas tanpa perubahan nyata,” pungkasnya. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!