JAKARTA, MENARA62.COM – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bekerja sama dengan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Baitut Tholibin menggelar kegiatan Training of Trainer (ToT) untuk Pengajar Al Qur’an Isyarat. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari yakni 23-24 September 2025 tersebut digelar dalam rangka memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional 2025 sekaligus membantu misi Kemendikdasmen dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.
Sebanyak 40 guru Sekolah Luar Biasa (SLB) mengikuti kegiatan yang berlangsung di aula Masjid Baitut Tholibin Kompleks Kemendikdasmen tersebut. Mereka berasal dari sekolah-sekolah yang berada di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
Dalam keterangannya, Ketua DKMI Bitut Tholibin Dr. Mariman Darto SE, M.Si menjelaskan saat ini banyak anak-anak difabel khususnya tuli yang tidak mendapatkan kesempatan untuk bisa membaca tulis Al Qur’an. Padahal sebagai seorang muslim, Al Quran merupakan kitab yang harus dipelajari dan dipahami oleh anak-anak difabel sebagai pedoman hidup.
“Inilah yang kemudian mendorong Kemendikdasmen melalui DKM untuk membuka akses seluas-luasnya bagi anak-anak difabel khususnya tuli untuk bisa belajar membaca dan menulis Al Quran,” ujar Mariman.
Data dari Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun 2024 menyebutkan angka buta huruf Al Quran umat muslim di Indonesia tercatat 72,25%. Jika merujuk pada hasil riset Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) tahun 2018yang menyebutkan sekitar 65% masyarakat Indonesia buta aksara Al-Qur’an, maka data 2024 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Oleh karena itu, Kemendikdasmen menargetkan pengajaran Al Qur’an bagi difabel sebagai bagian dari pengajaran yang harus segera ditangani. Tujuannya ingin memastikan bahwa tidak satu pun anak difabel yang terdiskriminasi dan tidak mendapatkan haknya untuk belajar Al Qur’an.
“ToT bagi pengajar Al Quran Isyarat ini hanya menjadi pintu masuk untuk belajar Al Quran. Karena kita tidak mungkin kan langsung mengajarkan kepada anak-anak difabel,” tambahnya.
Melalui ToT pengajar Al Quran Isyarat ini Mariman berharap akses bagi anak-anak difabel untuk belajar Al Quran semakin terbuka lebar. “Para trainer ini nantinya akan menularkan ilmunya kepada guru-guru lain. Karena kita tahu sekolah di Indonesia merupakan sekolah inklusif, sehingga tidak menutup kemungkinan ada siswa difabel tuli. Tentunya selain SLB,” jelasnya.
Meski animo guru-guru SLB untuk mengikuti ToT Pengajar Al Quran Isyarat ini cukup tinggi, namun untuk tahap awal Kemendikdasmen-DKM baru membuka kesempatan untuk 40 guru. Jika nantinya berdasarkan hasil evaluasi memang metode ini efektif untuk memperluas akses anak-anak difabel belajar Al Quran, maka tidak menutup kemungkinan akan dibuka bacth dua, bacth tiga dan seterusnya. Bahkan bisa saja ToT akan digelar di wilayah-wilayah lain di luar DKI Jakarta.
Mariman memastikan bahwa ToT pengajar Al Quran Isyarat ini terbuka bagi guru-guru dari sekolah manapun, baik itu negeri maupun swasta. “Intinya kegiatan ToT pengajar Al Quran Isyarat harus memberikan dampak bagi sekolah-sekolah lain di sekitar,” tutup Mariman.
