SOLO, MENARA62.COM – Tim mahasiswa Profesi Fisioterapis Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar kegiatan Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) bagi lansia di Taman Dewi Sri, Desa Kunden, Kecamatan Bulu, Sukoharjo.
Kegiatan ini bertujuan memberikan edukasi tentang pemilihan aktivitas fisik yang aman dan tepat bagi penderita hipertensi serta diabetes melitus, sekaligus meningkatkan kesadaran lansia akan pentingnya gaya hidup sehat.
Sebanyak 82 lansia dari berbagai wilayah sekitar Desa Bulu sudah berdatangan dengan penuh semangat. Mereka mengikuti senam bersama selama 40 menit dan dilanjutkan dengan penyuluhan bertema “Memilih Aktivitas Fisik Sehari-hari pada Hipertensi dan Diabetes Melitus” yang disampaikan mahasiswa Profesi Fisioterapis UMS.
Program ini menjadi bagian dari kegiatan Prolanis rutin yang difasilitasi Puskesmas Bulu bekerja sama dengan mahasiswa Fisioterapis. Prolanis sendiri merupakan program BPJS Kesehatan yang ditujukan bagi pasien dengan penyakit kronis, khususnya hipertensi dan diabetes melitus. Tujuannya adalah menjaga kualitas hidup lansia melalui langkah promotif dan preventif, bukan hanya kuratif.
Koordinator kelompok 1, Mahasiswa Profesi Fisioterapi UMS angkatan 10, Alfian Fernanda Ichwansyah, S.Kes., mengungkapkan bahwa materi yang disampaikan meliputi hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi, jenis olahraga ringan yang sesuai, prinsip FITT (Frequency, Intensity, Time, Type), hingga pencegahan komplikasi melalui gerakan sederhana.
“Selain itu, para lansia juga dikenalkan pada klasifikasi diabetes melitus dan langkah pencegahan dengan gaya hidup sehat. Mahasiswa turut menjelaskan peran Fisioterapis dalam masyarakat, mulai dari bidang pediatrik, geriatri, hingga olahraga,” ungkap Alfian, Jumat (3/10).
Penyampaian materi tidak hanya berbentuk teori, tetapi juga disertai praktik gerakan peregangan sederhana. Lansia tampak bersemangat mengikuti instruksi, meskipun masing-masing menyesuaikan dengan kemampuan tubuh. Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa edukasi sederhana bisa memantik partisipasi aktif peserta.
Bagi mahasiswa Fisioterapis, kegiatan ini menjadi sarana belajar langsung di masyarakat. Mereka tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga mendampingi lansia berlatih senam hipertensi sederhana yang bisa dilakukan di rumah. Mahasiswa menekankan pentingnya konsistensi aktivitas fisik, meskipun hanya berupa peregangan atau jalan santai.
“Tenaga kesehatan menilai kolaborasi antara mahasiswa, puskesmas, dan masyarakat memberikan dampak positif. Edukasi kesehatan dengan metode interaktif membuat lansia lebih percaya diri untuk memulai aktivitas fisik. Program Prolanis pun menjadi sarana penting untuk menjaga kesehatan sekaligus mempererat ikatan sosial antar warga,” papar Alfian.
Ia melanjutkan, melalui kolaborasi ini, diharapkan angka komplikasi hipertensi dan diabetes dapat ditekan serta kualitas hidup lansia semakin meningkat. Alfian menyebut, setelah dilakukan penyuluhan yang digelar pada Rabu (27/09) itu, skor pengetahuan peserta meningkat signifikan. Sebagian besar peserta dapat menjawab dengan benar bahwa jalan kaki rutin lebih bermanfaat dibanding olahraga berat.
Salah satu peserta Prolanis, Parjo (63 tahun), mengaku mendapatkan pencerahan dari kegiatan ini. “Biasanya saya jarang beraktivitas kecuali ada keperluan. Setelah ikut penyuluhan, saya jadi paham kalau jalan pagi 20–30 menit bisa membantu mengontrol darah tinggi. Saya berencana melakukannya secara rutin,” ujarnya.
Testimoni juga datang dari tenaga kesehatan Puskesmas Bulu, Lisa, yang menilai kegiatan ini sangat membantu. “Mahasiswa menyampaikan materi dengan bahasa sederhana dan praktik langsung. Lansia jadi lebih mudah menerima. Kehadiran mereka meringankan tugas kami dalam edukasi,” jelasnya.
Suasana semakin hidup dengan diskusi interaktif. Salah satu lansia menanyakan apakah penderita hipertensi boleh berenang. Pertanyaan ini dijawab dengan penjelasan bahwa berenang ringan tetap aman, selama dilakukan sesuai kondisi fisik. Beberapa peserta lain juga menanyakan tentang nyeri lutut yang mereka alami, sehingga suasana penyuluhan berlangsung komunikatif.
Menariknya, di akhir acara banyak lansia mengusulkan pembentukan kelompok jalan pagi bersama sebagai tindak lanjut kegiatan. Usulan ini mendapat dukungan dari tenaga kesehatan, yang berencana memfasilitasi olahraga bersama minimal sebulan sekali. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyuluhan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga memantik inisiatif gaya hidup sehat. (*)


