29 C
Jakarta

Di Era Data, Iman dan Logika Harus Jalan Bersama

Baca Juga:

Di Era Data, Iman dan Logika Harus Jalan Bersama

Oleh: Budiawan – KAM Institute

 “Kalau lo pinter, kenapa gak kaya?”
 Kalimat itu menampar, menyentak, tapi jujur.
 Banyak anak muda pintar, cerdas, dan penuh perhitungan, tapi tetap terjebak di titik yang sama — sibuk menghitung risiko, margin, dan peluang, tapi jarang benar-benar melangkah.

MENARA62.COM – Di era data ini, pertanyaan itu bukan sekadar provokasi — tapi cermin.
Apakah kita benar-benar berani memadukan akal dan hati, logika dan iman?

Pagi itu saya duduk di meja kecil, dikelilingi catatan dan dokumen. Layar laptop menampilkan Excel yang rapi: biaya produksi, proyeksi margin, simulasi risiko. Namun di satu sel kosong, kursor berkedip: keberuntungan.

Saya tersenyum. Semua angka itu bisa menghitung untung-rugi, tapi tak bisa menakar doa, keberkahan, atau waktu yang tepat. Spreadsheet bisa memproyeksikan laba, tapi tidak bisa mengukur takdir.

Sekecil apa pun bisnismu — warung, laundry, konten digital — logika itu penting. Namun pengalaman mengajarkan: kadang hujan turun tanpa rencana, pelanggan tiba-tiba batal, algoritma berubah semalam. Di titik-titik seperti itu, iman mengambil alih. Logika menuntun langkah, iman menjaga hati tetap tegar.

Banyak anak muda bermimpi menjadi “Elon Musk berikutnya”, padahal tak semua lahir dengan akses, roket, atau jaringan. Bahkan Bill Gates dan Steve Jobs pun bukan hasil semalam. Mereka memiliki kombinasi langka: skill tinggi, ide revolusioner, kerja fokus, disiplin, reinvestasi, dan sejumput keberuntungan. Probabilitasnya kecil — mungkin tak sampai satu persen.

terlalu banyak orang pintar berhenti bukan karena gagal, tapi karena takut mengambil risiko. Mereka ingin semuanya pasti dulu baru melangkah. Padahal dalam hidup, yang pasti hanyalah kematian. Selebihnya — kita belajar percaya, berani, dan mencoba.

Saya pernah melihat contoh yang membumi: seorang penjual barang bekas di Pondok Bambu. Lapaknya sederhana, tapi mobil di parkirannya mewah. Ia paham satu prinsip: uang besar bukan dari omzet besar, tapi dari perputaran cepat dan biaya serendah mungkin. Ia menekan pengeluaran, bekerja efisien, dan mempercayakan hasilnya pada Allah.

Allah berfirman:

وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang beriman.”
(QS. Al-Māidah [5]: 23)

Logika menuntun kita berhitung, iman membuat kita bertahan. Kadang yang membuat seseorang berhasil bukan sekadar kepintaran, tetapi keberanian menghadapi risiko yang tak pasti.

Thomas Edison pernah berkata:

Opportunity is missed by most people because it is dressed in overalls and looks like work.

Generasi Gen Z dan Alpha hidup di era ketika data menjadi semacam agama baru. Algoritma, AI, dan prediksi pasar — semuanya bisa dianalisis. Namun beberapa hal tetap berada di luar jangkauan kalkulasi: keberanian, doa, timing, dan keberkahan. Iman bukanlah lawan logika, tapi penyeimbangnya.

Imam Al-Ghazali pernah menulis:

“Amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan, ilmu tanpa amal adalah kesombongan, dan amal dengan ilmu adalah cahaya hati.”

Bisnis mikro seperti kuliner rumahan, jasa antar, fotografi, atau kerajinan tangan memang sederhana. Tapi dengan strategi, disiplin, dan keyakinan, mereka bisa mencapai kemerdekaan finansial.

Sukses bukan soal menyalip orang lain, tapi menemukan harmoni antara doa dan disiplin, kalkulator dan keyakinan.

Actionable Insights untuk Gen Z dan Profesional Muda

Bangun skill langka & bernilai tinggi: Fokus pada kompetensi yang diminati pasar tapi jarang dimiliki orang.
Main di bisnis high-margin: Prioritaskan margin, bukan hanya omzet.
Bangun personal brand & jaringan otentik: Relasi nyata lebih berharga dari sekadar data followers.
Ikhtiar & tawakal: Hitung risiko, tapi tetap pasrah pada proses dan hasil yang tak terlihat.

Allah berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًاۙ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۚ
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(QS. Ath-Thalāq [65]: 2–3)

Hidup adalah lembar Excel yang selalu menyisakan satu kolom kosong: untuk doa, keberkahan, dan waktu yang tepat. Di antara perhitungan dan harapan, di sanalah manusia belajar terbang dengan dua sayap — logika dan iman.

Ketika keduanya berjalan seimbang, kita menemukan kemerdekaan sejati: finansial, mental, dan spiritual. Dunia bukan hanya milik mereka yang tahu cara berhitung, tetapi juga milik mereka yang berani percaya, mencoba, dan berserah di antara angka-angka itu.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!