29.9 C
Jakarta

Ratusan Siswa SD Muhammadiyah 1 Solo Beri Penghormatan Terakhir untuk PB XIII

Baca Juga:

SOLO, MENARA62.COM – Ratusan siswa sekolah dasar (SD) Muhammadiyah 1 Solo, Jawa Tengah memberikan penghormatan terakhir kepada Raja Keraton Surakarta Paku Buwono atau PB XIII di sepanjang jalan Slamet Riyadi pelepasan jenazah dari Keraton menuju Lokasi transit di Loji Gandrung, Rabu (5/11/2025).

Kepala Sekolah Sri Sayekti sesuai Amanah meneruskan instruksi dari Walikota sebagai bentuk penghormatan terakhir terhadap Layon dalem SISKS PB XIII dihimbau untuk para siswa didampingi guru untuk bisa mengantar di sepanjang jalan yang menjadi rute iring-iringan Layon dalem SISKS PB XIII.

“Direncanakan keluar dari keraton jam 09.00 melalui Alun-Alun Kidul perempatan Gading ke barat, dilanjutkan ke perempatan ngemblekan terus ke arah nonongan sampai jalan Slamet Riyadi, kemudian ke barat sampai lodji gandrung,” ujar Sri Sayekti.

Jenazah Raja yang berkuasa selama 21 tahun itu diberangkatkan dari Keraton Solo pukul 09.00 WIB melintasi Magangan. Sebelumnya, pada pukul 08.30 WIB, putra mahkota KGPAA Hamangkunegara salah satu dari alumni sekolah yang berdiri sejak 1935 ini memberikan kata sambutan perpisahan kepada ayahandanya.

“Anak-anak terutama dari kalangan pelajar perlu di kenalkan The Spirit of Java. Jiwanya Jawa. Slogan ini mengangkat citra Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa, maka kita sebagai pendidik mengenalkan dan menghormati tokoh atau raja,” ujar pendamping siswa Ki Agung Sudarwanto.

Sementara itu, Dai Champions Standardisasi Majelis Ulama Indonesia Pusat, Dwi Jatmiko, mengatakan dalam konteks keraton terkhusus dari Kerajaan Mataram Islam, terkait pakaian kebesaran merupakan simbol budaya dan penghormatan terakhir, bukan bentuk kesombongan.

Terutama kain kafan yang sempurna bagi laki-laki ialah tiga lembar kain yang menutupi seluruh tubuh, dan boleh ditambah baju (qamis) serta surban.

Adapun bagi perempuan, yaitu kain sarung, baju, kerudung, dan dua lembar kain pembungkus. Jenazah boleh dikafani dengan apa pun yang boleh (layak) dipakainya ketika hidup (karena kedudukan atau kemuliaannya).

“Pakaian kebesaran merupakan simbol jabatan duniawi yang pernah diemban. Ketika dipakaikan di jenazah, niatnya bukan untuk kemewahan dan kegagahan, tapi untuk penghormatan terakhir. Itu tidak bertentangan dengan Islam,” ujarnya. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!