29.9 C
Jakarta

Dikdasmen PDM Tangerang Selatan Angkat bicara meninggalnya Siswa SMPN 19 Tangerang Selatan

Baca Juga:

Tangerang Selatan, MENARA62.COM – Tragedi meninggalnya Siswa SMPN 19 Tangerang Selatan (Tangsel) merupakan korban perundungan atau bullying yang terjadi dilingkungan sekolah, Perlu kemudian dikaji mengenai tragedi tersebut untuk mendapatkan pandangan yang lebih konprehensif terutama agar menemukan sudut pandang yang lebih luas.

Kemudian bisa jadi ada semacam kegagalan melihat siswa sebagai subjek yang utuh (holistik), yang memiliki dimensi emosional, latar belakang sosial, dan potensi konflik. Sekolah terlalu memprioritaskan dimensi kognitif (akademik).

Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Tangerang Selatan Bidang pendidikan Drs. Kosep Mulyadi mengatakan bahwa kalau ini dikaji berdasarkan sosialogi pendidikan yaitu Kegagalan sekolah memberikan lingkungan yang layak belajar, kita perlu menjaga sekolah dengan dasar-dasar agama sebagai panduan moral, maka kedepan sekolah di kota Tangerang selatan perlu kiranya me-redesain tentang tata kelola pembelajaran, membangun ekosistem lingkungan antara guru, sekolah, orang tua dengan pendekatan kepekaan sosial dan karakter moral.

Menurut Ahmad Taofik Saimima Ketua Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Non Formal Muhammadiyah Kota Tangerang Selatan mengatakan bahwa tragedi tersebut merupakan sejarah kelam pendidikan di Tangerang Selatan, bagaimanapun ini merupakan keteledoran dalam memberikan akses pendidikan yang layak untuk siswa.

Dengan itu kami mengajukan beberapa rekomendasi sistem pendidikan yang layak untuk siswa-siswi di kota Tangerang selatan:

  1. Membangun Trust: Prioritaskan pembangunan rasa aman, kepercayaan (trust), dan kepemilikan (belonging) di antara siswa dan staf. Guru harus diakui sebagai pendamping psikososial, bukan sekadar pengajar.
  2. Sekolah gagal memiliki sistem epistemologis yang valid (early warning system) untuk mengetahui dan mengidentifikasi adanya potensi kekerasan, depresi, atau bullying di antara siswa secara proaktif
  3. Sekolah menanamkan nilai-nilai anti-kekerasan, inklusivitas, dan toleransi sebagai nilai hidup bersama (etika komunitas) yang harus dipertanggungjawabkan bersama
  4. Penting untuk menyediakan lingkungan yang positif, tempat siswa dapat memiliki pengalaman keterhubungan sosial dan menumbuhkan norma perilaku prososial yang direfleksikan melalui interaksi dan kegiatan langsung, serta melibatkan orangtua.
- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!