27.9 C
Jakarta

Pengajian Ahad Pagi Gajahan: Dr. Suyanto Ajak Jamaah Pahami Makna Musibah dan Siklus Kehidupan

Baca Juga:

SOLO, MENARA62.COM – Pengajian Ahad Pagi Gajahan kembali digelar dengan menghadirkan Dr. Suyanto, Wakil Rektor UMPKU Surakarta sekaligus Ketua Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) PDM Kota Surakarta, Ahad (28/12). Dalam pengajian tersebut, Dr. Suyanto mengajak jamaah untuk memahami makna siklus kehidupan dan musibah dalam perspektif Islam, serta menumbuhkan sikap ikhlas dan kesiapan mental dalam menghadapi ujian hidup.

Pengajian yang disampaikan dengan bahasa Jawa ini menekankan bahwa kehidupan manusia berjalan dalam sebuah siklus perubahan yang tidak bisa dihindari. Menurut Dr. Suyanto, tidak ada kondisi yang bersifat tetap. Waktu terus bergulir, usia bertambah, dan situasi hidup dapat berubah sewaktu-waktu. Kesadaran akan siklus ini penting agar manusia tidak larut dalam kesombongan saat berada di atas, maupun terpuruk ketika menghadapi kesulitan.

Dalam pemaparannya, ia menyinggung fenomena perubahan bentuk musibah yang terjadi di tengah masyarakat. Jika pada masa lalu banjir identik dengan luapan air, kini masyarakat dihadapkan pada banjir kayu dan lumpur. Perubahan ini menjadi cerminan dinamika kehidupan sekaligus peringatan agar manusia semakin mawas diri dan memperbaiki cara hidupnya.

Dr. Suyanto juga mengajak jamaah memaknai pergantian tahun, baik Masehi maupun Islam, sebagai momentum muhasabah. Pergantian waktu, menurutnya, bukan sekadar seremonial, tetapi kesempatan untuk merenungkan perjalanan hidup di dunia sekaligus menyiapkan bekal untuk akhirat. Ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat agar kehidupan berjalan selaras dan penuh keberkahan.

Lebih lanjut, ia menjelaskan makna musibah dalam Islam yang memiliki tiga dimensi utama. Pertama, musibah sebagai ujian keimanan. Allah menguji hamba-Nya untuk melihat kesabaran, keteguhan iman, dan keluasan ilmu dalam menyikapi cobaan. Ujian ini menjadi sarana pendewasaan bagi orang beriman.

Kedua, musibah dapat menjadi azab atau hukuman akibat kemaksiatan dan ketidaktaatan manusia kepada Allah. Dalam konteks ini, musibah berfungsi sebagai peringatan agar manusia segera kembali ke jalan yang benar dan meninggalkan perilaku menyimpang. Ketiga, musibah juga dapat menjadi penggugur dosa. Penderitaan yang dihadapi dengan sabar dan ikhlas diyakini mampu menghapus dosa-dosa serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Menguatkan pesannya, Dr. Suyanto mengutip sejumlah ayat Al-Qur’an, di antaranya Surah Al-Hasyr ayat 18 yang mengajak orang beriman untuk bertakwa dan memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok, Surah Al-Ankabut ayat 2–3 tentang kepastian ujian bagi orang beriman, serta Surah Asy-Syuurah ayat 30 yang menegaskan bahwa musibah yang menimpa manusia tidak lepas dari perbuatan tangan mereka sendiri.

Ia juga menyinggung contoh kegagalan manusia dalam menghadapi ujian kekayaan, seperti praktik korupsi yang dilakukan sebagian pejabat. Hal tersebut dibandingkan dengan keteguhan orang-orang yang hidup sederhana namun tetap menjaga iman dan kesabaran. Menurutnya, ujian tidak selalu hadir dalam bentuk kesulitan, tetapi juga dalam bentuk kelapangan dan kekuasaan.

Menutup pengajian, Dr. Suyanto mengajak jamaah untuk membangun sikap ikhlas dan kesiapan mental dalam menghadapi berbagai musibah. Ia menegaskan bahwa musibah bukan semata-mata untuk disesali, tetapi harus dijadikan sarana introspeksi diri, memperbaiki amal, dan mendekatkan diri kepada Allah.

Pengajian Ahad Pagi Gajahan ini menjadi pengingat bahwa hidup adalah rangkaian ujian yang terus berputar. Dengan iman, kesabaran, dan keseimbangan antara dunia dan akhirat, setiap musibah dapat menjadi jalan menuju perbaikan diri serta kebaikan hidup di dunia dan akhirat. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!