“Menulis adalah cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa, suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana.” Seno Gumira Ajidarma
Direktur Waskita Karya Realty, Ir. Tukijo, M.M., mengamini pendapat begawan sastra itu. Namun, dalam sebuah perusahaan, bagi pria paruh baya kelahiran Sukoharjo ini, menulis juga bisa menjadi salah satu cara untuk membangun corporate culture.
Nama Tukijo di kalangan umum mungkin belum terlalu familiar. Tapi, bagi kalangan orang yang bergelut di dunia konstruksi dan property, sudah tidak asing lagi. Dengan sepak terjangnya di Waskita Karya selama 35 tahun, memang tidak mengherankan jika dirinya cukup dikenal di kalangan para pengusaha di bidang properti, konstruksi, dan juga developer. Belum lagi selama di perusahaan plat merah itu, ia telah menduduki berbagai posisi strategis perusahaan -hingga akhirnya pada tahun 2016 lalu dilantik menjadi Direktur Utama, Waskita Realty- anak perusahaan dari Waskita Karya.
Sejak dilantik menjadi Dirut Waskita Realty, Tukijo banyak melakukan berbagai macam gebrakan. Ia bisa dikatakan cukup radikal dalam mengubah perusahaan. Mulai dari membangun brand baru, mengubah logo perusahaan, tagline, seragam perusahaan, tata ruang kantor, dan bahkan juga membangun budaya perusahaan (corporate culture) baru.
Bagi siapa saja yang pernah ke kantor Waskita Karya Realty di bilangan Cawang, di Gedung Waskita Karya Lt.2 sebelum tahun 2016 dan setelah tahun 2016, akan merasakan bertapa jauh berbeda. Interior kantor yang dulunya terkesan kumuh, berubah menjadi rapi, wangi, dan menunjukkan kesan modern. Begitu pun style seragam para karyawan tampak lebih elegan dan kekinian. Tidak hanya itu, attitude para karyawan pun juga ada perubahaan yang cukup signifikan ke arah positif. Itu tidak lain adalah buah dari kerja Tukijo setelah menjabat sebagai Dirut Waskita Realty.
Grand design dari semua yang dilakukan oleh Tukijo untuk merombak perusahaan yang dinakhodainya itu, semua terangkum dalam buku berjudul “Tukijo Leadership; Bakat Kepemimpinan Otentik dari Sukoharjo”. Tukijo sengaja membuat buku itu tidak lain digunakan sebagai media untuk membangun corporate culture.
Di Waskita Karya kebetulan memang belum ada budaya membuat buku. Tukijo menjadi pionirnya. Adapun proses pembuatannya ia menggandeng penulis profesional, Rochmad Widodo, yang telah banyak berpengalaman membantu para tokoh untuk menulis buku, seperti; Jusuf Kalla, Nur Mahmudi Isma’il, Nasir Djamil, Benny K Harman, Henry Yosodhiningrat, dan lain sebagainya. Sekaligus menggandeng Pusat Profil dan Biografi Indonesia sebagai penerbit yang telah banyak menerbitkan buku-buku tokoh nasional.
Buku perdananya itu setelah didiskusikan dengan penulis akhirnya disetujui dengan tajuk kepemimpinan. Diharapkan pada awal kepemimpinannya itu, para karyawan Waskita Realty memahami langkah-langkah kebijakan yang ditetapkan oleh Tukijo, sekaligus memuat berbagai macam latar belakang dari setiap kebijakan-kebijakannya, yang kerapkali cukup radikal, namun terbukti efektif dan efisien dalam menaikkan laba perusahaan.
Sejatinya, Tukijo mengakui bahwasanya tidak belajar tentang ilmu kepemimpinan. Namun, secara alamiah ia belajar dari pengalaman-pengalaman selama di Waskita Karya. Artinya, dia memang memiliki bakat kepemimpinan yang otentik. Di dalam bukunya, penulis juga turut menjabarkan hal itu secara ilmiah, bagaimana proses jiwa kepemimpinan seseorang terbentuk.
Salah satu poin yang menarik, selain di dalam buku menjabarkan berbagai hal tentang kepemimpinan, juga membahas seputar generasi millenial. Di Waskita Realty karyawannya kebetulan saat ini banyak sekali dari generasi millenial. Namun dengan kepiawaiannya, Tukijo berhasil menciptakan harmonisasi antarkaryawan dan dirinya sebagai Dirut, hingga tidak mengakibatkan gab generasi.
Banyak sekali sisi lain kepemimpinan Tukijo yang menarik, terutama dalam membangun corporate culture perusahaan yang dinakhodainya, dibongkar secara terbuka di dalam buku ini, sehingga menarik untuk dibaca siapa saja, meski bukan bagian dari perusahaan Waskita Karya. Pada mulanya buku ini hanya untuk kalangan karyawan perusahaan Waskita Realty. Namun, menimbang isi buku yang cukup inspiratif dan bisa diambil manfaatnya bagi siapa saja, Tukijo akhirnya memutuskan akan mendistribusikannya ke berbagai toko buku di Indonesia.
Tukijo juga berencana akan membuat buku lagi lanjutan dari buku ini. Jika saat ini bertajuk tentang kepemimpinan, selanjutnya akan membahas mengenai marketing, manajemen, dan lain sebagainya. Menurutnya, setidaknya ia ingin membuat buku hingga 10 judul. Namun, semua itu dibuat bukan karena tujuan tertentu, misalnya karena ingin mencalonkan diri menjadi pejabat eksekutif, atau sebagainya. Berbeda dengan tokoh kebanyakan yang biasanya membuat buku untuk tujuan jabatan, Tukijo membuat buku alasannya cukup sederhana, karena ingin mendokumentasikan apa yang pernah dilakukannya, sehingga kelak bisa dibaca oleh anak cucunya. Kalau pun bisa dibaca oleh orang lain, atau generasi muda, dan mendapatkan manfaat, itu menjadi bonus tersendiri baginya. Artinya, buku itu membawa manfaat bagi orang lain, dan tentu ia sangat bersyukur. (Rochmad Widodo)