27.3 C
Jakarta

Gubernur Anies Ajak Masyarakat Kembangkan Seni Batik

Baca Juga:

JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang sudah diakui dunia. Karena itu, sewajarnya banga Indonesia terus mengembangkan tradisi dan budaya batik agar manfaatnya bisa dinikmati oleh banyak orang.

“Sebagai sebuah warisan budaya, kita tidak sebatas melestarikan, tetapi harus mengembangkan. Karena melestarikan berarti akan menjadi bagian dari masa lalu,” jelas Anies saat membuka resmi Pameran Narasi, Mitos & Legenda Indonesia dalam Batik Lilin Dingin di Museum Basoeki Abdullah, Jumat (27/7). Pameran yang digagas oleh Komunitas 22 Ibu tersebut akan berlangsung hingga 4 Agustus 2018.

Menurut Gubernur, awalnya batik adalah kain. Tetapi pada perkembangan selanjutnya, batik dibuat untuk dijadikan pakaian atau baju. Ini sebenarnya merupakan pelanggaran pakem atau tradisi. Tetapi pelanggaran tersebut belakangan justeru membuat batik makin dicintai masyarakat.

“Orang sangat bangga mengenakan batik. Ya, batik yang sudah dikreasikan tidak sekedar menjadi kain tetapi juga baju dan bentuk-bentuk lainnya,” lanjut Gubernur.

Karena itu, Anies memberikan apresiasi tinggi terhadap Komunitas 22 Ibu yang sudah melakukan pengembangan seni batik sedemikian rupa dan mengabadikannya dalam karya seni lukis.

Lebih lanjut Anies mengingatkan bahwa batik adalah warisan budaya adiluhung bangsa Indonesia yang wajib kita jaga dan lestarikan sebagai salah satu jati diri bangsa Indonesia. Batik telah diakui sebagai salah satu warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non bendawi  (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO sejak tanggal 2 Oktober tahun 2009, maka batik telah diakui dunia sebagai milik Indonesia.

“Kerajinan batik adalah salah satu identitas dan kebanggaan bangsa Indonesia,” tukas Gubernur.

Oleh karena itu, kata Gubernur, sebagai pemilik identitas tersebut sudah seharusnya masyarakat mengetahui seluk beluk dari kerajinan batik itu sendiri sebagai perwujudan konkrit dari usaha pelestarian batik adalah dengan belajar dan memahami kebudayaan membatik. Dalam perkembangannya, teknik dan materi membatik berkembang.

Salah satu teknik membatik diperkenalkan dan dikembangkan oleh perupa dari Komunitas 22 Ibu, yakni teknik membatik dengan lilin dingin, yakni menggunakan bubur biji asam jawa sebagai perintang warna.

Komunitas ini dikatakan Kepala Museum Basoeki Abdullah Maeva Salmah, memamerkan lukisan dengan tehnik Batik Lilin dingin. Merujuk kepada lokasi pameran yang mengambil tempat di Museum Basoeki Abdullah, maka tema pameran yang diambil adalah salah satu jenis atau kategori dari lukisan-lukisan Basoeki Abdullah, yaitu Drama, Mitos, dan Spiritual.

“Pemilihan kategori diatas bermaksud menggambarkan pemikiran Basoeki Abdullah yang penuh dengan sikap-sikap religius, serta spirit lokal dengan pembawaan yang romantis,” jelas Maeva.

Dalam kategori ini sejumlah tema dapat dimasukan, seperti cerita pewayangan, dunia religi, cerita rakyat, dunia mitos, maupun hal-hal yang terkait dengan tema-tema yang bersifat naratif, seperti karya lukisan Nyi Roro Kidul, Jaka Tarub, Dewi Sri, dan lainnya. Kategori ini menandai rangkaian pemikiran Basoeki Abdullah yang tak bisa lepas dari peran sosialnya sebagai anggota masyarakat.

Angkat karya seni Indonesia

Basoeki Abdullah merupakan salah satu pelukis maestro yang dimiliki Indonesia, dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis. Karya-karyanya menghiasi istana negara dan kepresidenan Indonesia, karyanya juga koleksi oleh para kolektor dari berbagai penjuru dunia.

Basoeki Abdullah terkenal sebagai seorang pelukis potret, terutama melukis wanita-wanita cantik, keluarga kerajaan dan kepala negara, yang cenderung mempercantik atau memperindah seseorang ketimbang wajah aslinya. Selain sebagai pelukis potret yang ulung, Basoeki Abdullah pun diketahui gemar melukis pemandangan alam, fauna, flora, tema-tema perjuangan, pembangunan dan sebagainya.

Kegiatan ini diadakan bertujuan untuk semakin memperkenalkan tehnik Batik lilin dingin kepada masyarakat.

Ketua Pelaksana acara ini Ayoeningsih Dyah Woelandhary, dosen dari Universitas Paramadina, menegaskan bahwa kegiatan ini disisi lain juga untuk mengenang dan menghormati hasil karya salah satu maestro lukis Indonesia yang luar biasa. Karya batik yang akan dipamerkan adalah karya 44 perupa dari Komunitas 22 Ibu yang berdomisili di Bandung dan Jakarta, yang terdiri dari Perempuan Pendidik Seni Indonesia, serta Guru dan Dosen lain dari Lintas PT di Indonesia.

Pameran Cerita dan Mitos Indonesia Dalam Batik Lilin Dingin juga bertujuan untuk mengangkat karya seni rupa yang digagas dari cerita mitos dan legenda dari Indonesia yang berisi pesan moral dan kebaikan. Terlebih lagi generasi muda sekarang ini dapat dikatakan terasing dari cerita dan legenda tersebut. Melalui pameran ini para generasi muda diharapkan dapat mengenal kembali sekaligus melestarikan kekayaan sastra Indonesia tersebut.

Dalam proses persiapan pameran Kurator Dr. Nuning Damayanti., Dipl.Art, dosen dari Fakultas Seni Rupa ITB, telah menetapkan 10 cerita dari Indonesia yang mengusung moral dan kebaikan bagi pembentukan karakter generasi bangsa. Adapun 10 cerita tersebut terdiri atas 5 cerita mitos dan 5 cerita legenda. Oleh karena itu setiap 1 cerita digarap olahan visualnya oleh 5 perempuan perupa berdasarkan urutan cerita, dan merepresentasikan narasi visualnya di atas wastra berukuran 40 cm x 115-120 cm.

Pameran ini merupakan salah satu pameran kerjasama Museum Basoeki Abdullah yang diselenggarakan dengan komunitas-komunitas di Museum Basoeki Abdullah. Pada tahun ini Museum Basoeki Abdullah membuka diri lebih luas kepada masyarakat dalam bentuk dibukanya ruang publik di area Gedung II.

Masyarakat khususnya generasi muda dapat memanfaatkan area tersebut untuk berpameran maupun menyelenggarakan lokakarya. Dibukanya ruang untuk publik ini merupakan bentuk dari kehadiran negara secara langsung ke tengah-tengah masyarakat, khususnya dalam bidang seni rupa.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!