JAKARTA – Jika boleh memilih, Arnita Rodelina Turnip ingin menempuh pendidikan tingginya tanpa harus bergantung pada bantuan siapapun termasuk beasiswa dari Pemda. Sebab sejatinya, mahasiswi asal Simalungun, Sumatera Utara tersebut tidak ingin direpotkan dengan berbagai urusan administrasi menyangkut persyaratan mendapatkan beasiswa.
Tetapi apa daya, keinginan untuk menempuh pendidikan tingginya tak mendapatkan dukungan finansiil. Kedua orangtuanya yang hanya petani di desa Bangun Raya, Kecamatan Raya Kahean, Kabupaten Simalungun, tentu tidak memiliki banyak uang untuk membiayai kuliah termasuk biaya hidup dan lainnya.
Saat Pemda Simalungun membuka kesempatan untuk mendaftar menjadi mahasiswa IPB melalui program Beasiswa Utusan Daerah (BUD), Arnita dengan suka cita mengikirimkan lamarannya dan Alhamdulillah diterima.
Terhitung tahun 2015, gadis 21 tahun yang pernah menjuarai olimpiade sains saat SMA tersebut, menjadi salah satu penerima beasisa BUD Simalungun senilai Rp 20 juta per semester di IPB dengan rincian Rp 11 juta untuk dana Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Rp 9 juta untuk biaya hidup. Maka ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk kuliah di Fakultas Kehutanan IPB, salah satu Perguruan Tinggi Negeri terbaik di negeri ini.
Sayangnya, mimpi untuk mengenyam pendidikan di IPB harus kandas, ketika semester dua, tepatnya September 2016, Arnita tidak lagi tercatat sebagai salah satu penerima beasiswa BUD Pemkab Simalungun. Pemberitahuan pemutusan program beasiswa BUD melalui surat Dinas Pendidikan Pemkab Simalungun kepada pihak IPB tersebut kemudian dibawa oleh Ibunda Arnita, Ny Lisnawati ke Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Utara, yang kemudian berbuntut dipanggilnya Kepala Dinas Pendidikan Simalungun.
Ya, lima semester tanpa membayar biaya kuliah, tentu menjadi beban bagi Arnita. Biaya tertunggak mencapai Rp 55 juta dan harus dilunasi tentu bukan nilai sedikit bagi Arnita. Akibatnya, Arnita sempat mengalami depresi, tak lagi memiliki biaya untuk hidup di Kota Bogor.
Beruntung saat menghadapi masalah seperti itu, Arnita difasilitasi untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta. Di kampus tersebut, Arnita tidak perlu lagi dipusingkan dengan biaya kuliah dan biaya hidupnya. Karena semua kebutuhan pendidikannya ditanggung oleh Muhammadiyah melalui program beasiswa Lazismu.
Terkait difasilitasinya Arnita untuk menempuh pendidikan di UHAMKA, Wakil Rektor IV UHAMKA Zamah Sari pun angkat bicara.
“Kami melihat Arnita adalah representasi dari wajah dan jati diri anak bangsa yang gigih, cerdas dan kreatif. Ia membutuhkan kawah candradimuka untuk terus berkembang menjadi seorang yang berkarakter, cerdas dan kompetitif,” jelas Zamah Sari.
Karena itulah, UHAMKA mengambil inisiatif memberikan fasilitas bagi Arnita untuk melanjutkan pendidikan tingginya di UHAMKA. Dalam konteks ini, UHAMKA melihat, memahami dan kemudian mengambil langkah terkait nasib seorang anak bangsa yang berprestasi, berbakat dan telah menunjukkan kegigihannya untuk terus mengasah dan mempertajam kualitas diri. Apapun agamanya, apapun etnik dan sukunya, sudah selayaknya negara, dan kekuatan civil society seperti Muhammadiyah melalui UHAMKA, memberi ruang dan support bagi tumbuh-kembangnya SDM seperti Arnita.
Bagi UHAMKA, yang kemudian memberi kesempatan bagi Arnita untuk kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, ini adalah cara Muhammadiyah berdakwah di dunia pendidikan secara inklusif. Ini juga menjadi bagian dari cara Muhammadiyah untuk menghargai nilai-nilai kemanusiaan universal dimana setiap orang berhak atas pendidikan.
“Arnita, di mata orang banyak mungkin hanya seorang anak Simalungun, yang karena faktor tertentu tidak bisa melanjutkan kuliahnya di salah satu Perguruan Tinggi Negeri terbaik di Republik ini karena beasiswa tidak atau belum bisa dicairkan,” tukas Zamahsari.
Zamah Sari mengingatkan founding father republik ini sudah menggariskan bahwa salah satu tujuan negara ini didirikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Itu artinya, setiap anak bangsa, tanpa melihat suku, etnik, bahasa dan agama yang dianut, harus diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yg beriman dan bertaqwa, berkarakter, berpengetahuan dan terampil. Inilah juga langkah strategis yg harus menjadi concern seluruh elemen bangsa, agar Indonesia terus bergerak ke depan menjadi negara yang berdaya saing yang tinggi di atas panggung dunia internasional.
Di negeri ini, Arnita tidak seorang diri. Ada banyak Arnita-Arnita lain dari berbagai pelosok daerah yang memiliki nasib hampir serupa, tak bisa mengenyam pendidikan tinggi karena keterbatasan finansiil. Karena iu dibutuhkan kepedulian semua pihak untuk bersama-sama membantu dan menyemalatkan lebih banyak lagi pendidikan arnita-arnita lainnya.
Di tangan Arnita-Arnita inilah nasib masa depan Indonesia tertitipkan. Membantu dan mendukung Arnita artinya membantu dan mendukung Indonesia untuk siap memasuki bonus demografi, siap mengakselerasikan diri dalam persaingan Revolusi Industri 4.0, serta siap untuk menjadi salah satu negara Adidaya pada saat Indonesia emas tahun 2045 nanti. Pada tahun 2045, anak bangsa seusia Arnita inilah yg akan memimpin bangsa ini ke depan.