Ojo Dumeh, salah satu filosofi Jawa untuk saling menghargai orang lain, tidak berperilaku seenaknya. Cocok rasanya dengan kondisi saat ini. Orang bicara seenak udelnya sendiri.
Wah, pastilah Pendopo Ojo Dumeh ingin mengadopsi filosofi ini. Dari foto-fotonya yang masuk ke ponselku, terlihat luar biasa dan bikin penasaran. Jadi tempat rehat yang menyenangkan tentunya. Ojo Dumeh…
Jadilah kemarin siang, Senin (11/2/2019) memantapkan rencana mengunjungi tempat itu. Setelah rapat persiapan 62 Degrees Cafe’ di Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan di kawasan Cirendeu, Tangerang Selatan, dibawah hujan yang mereda, berangkatlah ke Bandung bersama Tim Jelajah Wisata Menara62.
Dengan mobil imut warna merah kepunyaan Malik, salah satu Tim Jelajah Wisata Menara62, kami berempat berangkat sekitar pukul 14.30. Sayang, Malik malah tidak bisa ikut karena diminta bertemu dengan seorang mantan menteri.
Eng ing enggg… alhamdulillah jalan tol macet sekali. Pembangunan simpang Cikampek dan JORR, membuat kendaraan merayap disana lebih dari satu jam. Capek, tentu saja… Kesal ya sedikit aja, karena bayangan Pendopo Ojo Dumeh amat menggoda…
Ah sudalah, gak usah komentar soal pembangunan jalan itu, toh pembangunan itu dibiayai dengan uang rakyat. Nantinya juga bakal dimanfaatkan rakyat. Hanya sedih saja, kok ada pemimpin yang bilang kalau bukan pendukung presiden gak boleh lewat jalan tol itu, nah lho… Yo weslah…
Al hasil, baru mencapai pintu tol Pasteur, Bandung, sekitar pukul 21.00. Dari pintu tol itu, mobil pun berbelok kekiri kearah Lembang.
Sekitar 30 menit kemudian, jejeran pagar bantalan sepor pun sudah terlihat. Inilah perwajahan Pondok Ojo Dumeh… Cihuii… Nyampe juga. Gerbang pintu kayu itupun dibuka…. Pandangan langsung menatap rumah joglo dengan ukiran khas Jepara. Aroma kayu bercampur udara segar nan dingin, segera menyergap kulit.
Wudihhh… dinginnya, makin dingin karena lupa bawa jaket… Yo weslah… Pasti di dalam bangunan kayu itu lebih hangat.
Tempat tidur
Memasuki pondok yang dijadikan kamar, suasana Jawa kuno makin kental. Tempat tidur ukiran kayu, dengan peyangga kayu, terasa amat klasik. Belum lagi melihat motif lantai lama yang menggoda suasana. Namun yang lebih penting lagi untuk suasana Lembang yang dingin, suhu udara di dalam ruang ini lebih hangat dibandingkan diluar.
Tampaknya bakal tidur nyenyak malam ini. Udara nyaman, susana tenang dan menggoda pikiran untuk menulis barang satu dua halaman. Atau menyelesaikan buku yang tinggal satu bab lagi untuk dibaca sebelum tertidur.
Wah, yang pasti malam ini, Tim Jelajah Wisata Menara62 dapat menghilangkan penat. Terbayar sudah, kelelahan menembus kemacetan di jalan tol dari Jakarta menuju Bandung. Sudah malam, jelajah akan dilakukan besok pagi. Sehingga foto lebih segar dan bersemangat.