Amazon ngambek tidak jadi bangun kantor induk di New York. Amazon marah pada politisi: mereka harus belajar dasar-dasar matematika.
Hari valentine kemarin ditandai dengan perceraian. Antara Amazon dan kota New York.
Walikota New York, Bill de Blasio, memang mati-matian berjuang. Agar Amazon mau pindah ke New York. Perusahaan terbesar di dunia, katanya, harus berkantor di kota terbesar di jagad raya.
Apalagi Amazon akan investasi sekitar Rp 40 triliun. Akan menciptakan 25.000 lapangan kerja. Bukan kelas buruh. Tapi jenis pekerjaan yang gajinya tinggi. Rata-rata Rp 2,5 miliar setahun.
Gubernur New York, Andrew Cuomo juga keburu senang. Sampai-sampai ia guyon begini: kalau Amazon jadi bangun induk usaha di New York, nama saya akan saya ganti menjadi Amazon Cuomo!
Semula Amazon memang tertarik. Lalu bertanya kepada sang walikota: dapat insentif apa. Begitulah Amerika. Pengusaha besar jadi raja. Beda dengan planit lain. Kita ngemis-ngemis untuk dapat ijin. Atau nyogok-nyogok. Punya tanah luas saja jadi persoalan. Padahal tanah itu diperoleh dengan legal.
Di sana pemda yang ngemis-ngemis ke investor. Sang walikota menyadari: pengusaha selalu tertarik pada pajak yang rendah. Bahkan gratis. Maka Amazon diiming-imingi pembebasan pajak. Senilai Rp 45 triliun.
Lokasi proyek pun sudah dipilih: di distrik Queen. Long Island, New York. Yang ditunggu tinggal persetujuan DPRD. Pembebasan pajak sebesar itu, harus dibawa ke parlemen kota.
Para politisi keberatan. Pembebasan pajak itu berlebihan. Tokoh muda seperti Alexandria Ocasio berang. Umurnya baru 28 tahun. Dia anggota baru DPR. Dari dapil Queen. Dari partai Demokrat. Dari sayap yang paling kiri.
Pun saat menjadi caleg dia masih bekerja sebagai pelayan bar. Meski dia sarjana ekonomi dari Boston University. Ocasio mengecam: perusahaan sudah begitu besar. Masih juga rakus.
“Uang Rp 45 triliun itu kan sudah bisa dipakai menciptakan lapangan kerja. Lewat perbaikan kereta bawah tanah. Atau merekrut guru sebanyak-banyaknya,” ujar Ocasio.
Konstituen Ocasio juga keberatan. Sewa rumah bisa ikut naik. Menyusahkan orang kecil. Yang tidak punya rumah. Yang tidak bisa bekerja di Amazon. Maka begitu mendengar Amazon membatalkan proyek itu, Ocasio merayakannya.
“Kita sudah bisa mengalahkan perusahaan besar yang rakus,” ujar Ocasio.
Pernyataan seperti itulah. Dan sikap seperti itulah. Yang bikin kecewa para investor. Atau yang pro investasi. “Seolah pemda memberikan uang kontan USD 3 miliar pada Amazon,” ujar Andrew Ross Sarkin, kolumnis pro investasi. “Padahal uang itu kan tidak ada,” tambahnya.
Kalau Amazon batal investasi, misalnya, apakah ada dana itu. Untuk perbaikan kereta bawah tanah itu. “Para politisi itu harus belajar dasar-dasar matematika,” ujar Sarkin.
Walikota sendiri kecewa pada Amazon. Yang begitu cepat ngambek. Yang tidak cukup sabar untuk bicara dengan politisi. Tapi memang begitulah kejiwaan orang kaya. Merasa tidak butuh apa pun dan siapa pun. Merasa orang lainlah yang membutuhkannya. Dengan enteng Amazon membuat pengumuman, Kamis lalu. Tidak jadi bangun kantor induk di Queen. Selesai.
Persoalan yang mirip juga terjadi di Wisconsin. Perusahaan terbesar Taiwan berjanji investasi besar-besaran: Foxonn. Yang di Taiwan dikenal dengan nama Honghai. Pemasok terbesar komponen iPhone. Pabrik nya luar biasa besar: di Shenzhen, Tiongkok.
Rencana Foxonn itu sungguh menyenangkan Presiden Trump. Bahkan diklaim sebagai bukti kesuksesannya sebagai presiden baru. Berhasil menarik investasi. Berhasil menciptakan lapangan kerja. Ada 100.000 lowongan. Apalagi itu di Wisconsin. Di negara bagian yang lagi terpukul berat. Oleh perang dagangnya dengan Tiongkok. Itu negara bagian penghasil pertanian. Yang tidak bisa lagi ekspor kedelai.
Begitu senangnya Trump pada Foxonn. Sampai-sampai ia sendiri yang meletakkan batu pertama. Setahun yang lalu. Dengan pujian setinggi langit. Untuk Tery Gou. Bos besar Honghai.
Tiba-tiba saja Foxonn membatalkan investasinya. Sebesar USD 4,5 miliar itu. Atau sekitar Rp 60 triliun. Lebih besar dari yang direncanakan Amazon di New York. Urusan pembebasan pajak, tidak seperti yang dijanjikan. Pembebasannya juga dipersoalan para politisi lokal. Juga oleh ketidakmenentuan situasi.
Trump marah mendengar itu. Tery Gou, dipanggil ke Gedung Putih. Diminta tetap melanjutkannya. Foxonn mengiyakan. Tapi yang akan dibangun kecil-kecilan saja. Entah kapan.
Kalau jadi.
Penulis: Dahlan Iskan