JAKARTA, MENARA62.COM – Sisir penderita tuberculosis (TB) baru, Kementerian Kesehatan targetkan 1 juta skrining TB pada 2019 ini. Diharapkan warga yang memiliki potensi terkena TB seperti penderita HIV/AIDS, penderita kanker dan penyakit katastropik lainnya untuk mengikuti skrining ini.
“Mereka yang hidup berdekatan dengan penderita TB juga sebaiknya ikut skrining,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Wiendra, Waworuntu, Selasa (19/3/2019).
Diakui pemerintah telah melakukan berbagai upaya pemberantasan penyakit tuberculosis. Tetapi hingga kini, Indonesia belum berhasil mencapai eliminasi TB.
Hingga akhir 2017 diperkirakan masih ada sekitar 842 ribu penduduk Indonesia yang menderita TB yang tersebar hampir di semua wilayah. Sebagian penderita malah sudah pada atahapan MDR TB atau kebal obat yang proses pengobatannya lebih rumit dan lama.
Ia mengatakan eliminasi TB memang tidak mudah. Karena kesadaran masyarakat untuk melakukan skrining TB masih rendah. Bahkan mereka yang sudah ditetapkan sebagai penderita TB.
“Malu berobat pada akhirnya putus ditengah jalan dan berubah menjadi TB MDR. Itu banyak terjadi,” kata Wiendra.
Padahal TB adalah jenis penyakit yang bisa diobati dan disembuhkan. Melalui tata laksana pengobatan yang benar, seorang penderita TB bisa dinyatakan sembuh total. Obat-obatan untuk penderita TB saat ini juga bisa diperoleh di Puskesmas dan rumah sakit secara gratis.
Pengobatan yang baik lanjutnya tidak hanya akan menyembuhkan penderita. Tetapi sekaligus juga memutus rantai penularan TB. Sebab TB adalah jenis penyakit yang mudah menular yakni melalui percikan dahak saat penderita batuk.
Karena itu Wiendra meminta masyarakat yang mengalami gejala TB seperti batuk berkepanjangan, berat badan menurun, berkeringat dingin dimalam hari, agar segera memeriksakan diri di puskesmas terdekat. Penemuan kasus TB lebih awal akan memungkinkan penderita lebih cepat sembuh dan menghindari penularan.
Wiendra juga mengingatkan agar para penderita kanker dan HIV/AIDS melakukan skrining TB. Karena penyakit-penyakit tersebut berpotensi menimbulkan gangguan ikutan berupa TB.
Dalam rangka memperingati hari TB sedunia tahun 2019, Kemenkes lanjutnya menargetkan skrining TB terhadap 1 juta penduduk. Skrining TB bisa dilakukan di puskesmas maupun rumah sakit yang ada.
“360 rumah sakit dan klinik sudah dibuka untuk layanan TB. Selain itu ada 2.304 puskesmas satelit yang melayani TB,” lanjutnya.
Ia mempersilahkan masyarakat yang berisiko terhadap penyakit TB melakukan program 1 juta skrining TB di rumah sakit atau puskesmas yang ditunjuk.
Sementara itu Ulil, seorang mantan penderita TB mengajak masyarakat untuk waspada terhadap TB. Karena semua orang pada dasarnya memiliki potensi terkena penyakit TB.
“Jangan malu untuk berobat. Sebab kalau malu, TB akan semakin parah dan bisa berakibat fatal berupa kematian,” katanya.
Ulil sendiri menderita TB sejak usia 10 tahun. TB biasa hingga TB sensitive obat dan TB MDR sudah pernah dialami. Proses pengobatan yang panjang membuat Ulil memiliki tekad kuat untuk berbagi semangat kepada penderita TB lainnya.
“Berobat teratur, ikuti apa kata dokter akan membuat kita sembuh dari TB. Saya dan dua anak saya sudah dinyatakan sembuh TB,” tandas Ulil