Harus diakui, tidak mudah mengumpulkan orang untuk memenuhi stadion Gelora Bung Karno, seperti yang dilakukan oleh pendukung pasangan calon presiden Prabowo Subianto – Sandiaga Uno.
Esensi kampanye, adalah untuk merebut simpati dan memperkuat dukungan untuk pemilu. Seperti yang ditampilkan dalam kampanye di Stadion Gelora Bung Karno, pada kampanye untuk Indonesia lebih baik, massa menampilkan keinginan untuk adanya wajah baru dalam kepemimpinan nasional. Keinginan yang kuat itu, diwujudkan dalam aksi untuk hadir di stadion sebelum waktu shalat subuh tiba.
Pendukung dan simpatisan telah berdatangan sejak Sabtu (6/4/2019) malam ke Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta. Mereka rela bersusah payah, untuk bisa hadir di stadion itu, untuk mengikuti kampanye akbar calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang digelar pada Ahad (7/4/2019)Â pagi.
Ada pendukung yang sejak sehari sebelumnya sudah mengingap di hotel yang ada di sekitar Senayan, Jakarta. Ada yang datang dari jauh, dari luar kota dan begitu tiba, langsung ke stadion. Ada yang sejak sehari sebelumnya sudah tiba di stadion.
Satu hal yang patut diacungi jempol, massa menampilkan akhlak yang baik. Mereka tidak nyampah. Mereka tidak merusak fasilitas umum, dan mereka tidak memaki ataupun mencaci. Di wajahnya yang tampak adalah kegembiraan.
Sejak sebelum pukul 2 dini hari pada Ahad, massa sudah mulai banyak terlihat berdatangan. Mereka telah memadati lokasi untuk mengikuti rangkaian acara yang digelar sejak pukul 03.00 WIB.
Stadion dengan kapasitas tempat duduk 88.083 tersebut dipenuhi oleh para pendukung. Bukan hanya tempat duduk, para pendukung juga memenuhi lapangan hijau stadion sepakbola terbesar ke-8 di Asia tersebut. Di hadapan mereka, terdapat panggung utama.
Logistik
Tampaknya, dukungan Ummat Islam, yang diperlihatkan dengan gerakan shalat subuh berjemaah, memang menggetarkan banyak pihak. Kebangkitan Muslim, bisa dilihat dari bagaimana mereka bergerak di dini hari untuk bermunajat pada penguasa semesta alam, Allah SWT, agar Indonesia maju, dipimpin pemimpin yang cerdas dan penuh keberanian.
Sementara untuk urusan logistik, relawan tampaknya semakin terlatih dan terbiasa menanganinya. Beragam komunitas relawan, bergerak, bergabung, saling bahu membahu, dan saling berlomba dalam berbuat kebaikan, menyiapkan logistik dengan dana patungan yang mereka kumpulkan sendiri.
Antara melansir, Pusat Informasi Relawan Persaudaraan Alumni 212 mencatat sebanyak 110 komunitas menyediakan makanan dan minuman gratis bagi para peserta kampanye akbar tersebut. Komunitas yang menyediakan logistik tersebut memenuhi 110 tenda dari 160 tenda yang ada di sekitar Stadion Usama GBK, tempat kampanye Akbar berlangsung.
Kampanye akbar Prabowo-Sandi kali ini bernuansa religi. Kampanye yang dimulai pukul 03.00 WIB ini diawali dengan shalat Tahajud berjamaah dan dilanjutkan dengan shalat Subuh berjamaah.
Sebanyak 26 truk dengan kapasitas 8.000 liter dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan berwudlu. Truk-truk tangki air tersebut tersebar di 26 titik, kata Cahyadi, Koordinator Perusahaan Penyedia Air yang ditunjuk Tim Kampanye Prabowo-Sandi.
Tampak hadir dalam salat berjamaah ini Prabowo Subianto, dan calon wakilnya Sandiaga Uno, Zulkifli Hasan, sejumlah ulama besar dan tokoh Islam lainnya, termasuk pedangdut Roma Irama.
Selain salat berjamaah, juga dilantunkan zikir dan doa bersama, solawat badar, dan solawat nabi bergema di stadion Gelora Bung Karno sebelum kampanye akbar berlangsung pukul 07.30 WIB.
Silih berganti zikir, doa dan solawat dilantunkan, termasuk orasi yang disampaikan oleh sejumlah tokoh agama mulai dari Habib Syekh Bin Abdulqodir Assegaf (dzikir), KH Syuqron Makmun (tausiah), Habib Hanif (orasi).
Hadir juga Ustadz Bakhtiar Nasir yang menyampaikan orasi dan doanya untuk pasangan Prabowo-Sandi.
Religi
Suasana religi dalam kampanye menarik pendukung untuk ikutserta. Asep bersama istrinya Nurlaila, rela menempuh perjalanan selama satu jam menggunakan sepeda motor dari Tangerang Selatan menuju GBK untuk menghadiri kampanye akbar Prabowo-Sandi.
Menurutnya, datang ke GBK perlu perjuangan, berangkat setelah subuh, membawa anak usia dua tahun, perjalanan macet dan harus bersabar mencari parkir kendaraan.
“Kampanye nuansa religi ini bagus, menyentuh, original, bukan dibuat-buat inilah yang membuat massa tertarik datang, karena menyentuh hati,” kata Asep.
Asep mengatakan dirinya datang murni atas keinginan sendiri, tidak ada paksaan ataupun iming-iming uang (massa bayaran) seperti yang dikatakan banyak orang.
“Motivasi kita hadir untuk Indonesia lebih baik,” kata Asep.
Para pendukung yang bergelombang datang tersebut sempat membuat macet jalanan yang mengarah ke Gelora Bung Karno pada Ahad pagi. Jalan Jenderal Sudirman, Bendungan Hilir, Gatot Subroto, Pejompongan, Persimpangan SLipi-Palmerah, hingga Jalan Tentara Pelajar.