JAKARTA, MENARA62.COM — Pengkajian Ramadan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang digelar pada Ahad-Selasa (12-14/5/2019) di kampus ITB Ahmad Dahlan, Tangerang Selatan, berjalan lancar dan meriah. Kemeriahan tersebut terpancar dari semangat peserta yang datang dari berbagai daerah di bawah Pimpinan Wilayah dan Daerah Muhammadiyah pada saat materi pertama disampaikan oleh Zulkifli Hasan, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Ahad malam tadi (12/5/2019) di lantai lima ITB Ahmad Dahlan.
Sebelum menyampaikan materi yang dibawanya, Zulkifli sempat menyampaikan kebingungannya sebab, Ia mau berbicara sebagai politikus yang pada saat itu juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) atau sebagai Ketua MPR RI. Namun, ia sampaikan bahwa ia berbicara sebagai politikus saja pada malam itu sebab, tema pada malam itu adalah “Islam dan Demokrasi untuk Persatuan dan Kedaulatan Bangsa.”
“Saya bingung, saya mau berbicara tentang Wasathiah atau politik malam ini, sebab saya sebagai ketua MPR dan juga Ketua Umum PAN. ya sudah, saya berbicara politik saja, sebab sudah ada Prof. Dadang nanti yang akan berbicara Washatiah,” bukanya.
Di atas podium itu, Zulkifli menyampaikan situasi politik saat ini termasuk makna pemenang dan kemenangan menurutnya. Pemenang, yakni presiden dan wakili presiden menurutnya adalah mereka yang mampu merajut kembali persatuan-persatuan dan perbedaan yang terjadi di negeri ini.
“Bagi saya, pemenang yang sebenarnya adalah, dia yang mampu mempersatukan, yang bisa menjahit kembali bendera merah putih, dan merajut kembali perbedaan-perbedaan yang terjadi di negeri ini. Itulah menurut kami sebagai Ketua MPR yang disebut pemenang,” ucapnya.
Zul melanjutkan, bahwa dalam politik yang terjadi saat ini kita harus sepakat untuk tidak sepakat. Boleh saja tidak sepakat asal tetap menjaga perbedaan-perbedaan itu. “Perbedaan itu sesuatu yang biasa dalam demokrasi. Jangan sampai perbebedaan itu menjadikan kita jauh dari silaturahmi,” lanjutnya.
Selain menyapaikan tentang makna pemenang menurutnya, Zul juga menyampaikan tentang bolehnya masyarakat memyampaikan aspirasinya. Ia mengatakan bahwa penyampaian aspirasi itu sudah diatur dalam undang-undang.
“Setiap masyarakat boleh menyampaikan aspirasinya asal jangan makar. Itu sudah diatur dalam undang-undang,” ucapnya.
Sebelum menutup pembicaraannya malam itu, Zul memesan pada kita, boleh berbeda asal tetap saling menjaga dan saling silaturahmi, “Boleh berbeda, tapi silaturahmi harus berjalan terus,” tutupnya.