31.1 C
Jakarta

Merayakan 111 Tahun Polychromos, Faber Castell Gelar Pameran Seni

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM– Merayakan 111 tahun Polychromos, Faber Castell gelar pameran seni di store Faber-Castell Plaza Senayan, Jakarta. Pameran yang berlangsung 29 Juni hingga 13 Juli 2019 tersebut menghadirkan 3 seniman muda berbakat yakni Adrie Basuki, Anto Nugroho dan Angga Yuniar Santoso.

Mengambil tema Dreams, pameran lukisan yang dibuka resmi oleh Managing Director PT Faber Castell International Indonesia Yandramin Halim tersebut berupaya untuk menyampaikan pesan bahwa seni bisa dilakukan oleh siapapun, art for all.

“Saya ingin pameran ini menjadi inspirasi bagi siapa saja untuk memulai berkarya dalam bidang seni, tak melulu seorang seniman. Saya ingin semua orang bisa bermimpi, kemudian menuangkan dalam karya seni, bereksperimen tentang mimpinya melalui goresan seni,” kata Yandramin, Sabtu (29/6/2019).

Managing Director PT Faber Castell International Indonesia Yandramin Halim
Managing Director PT Faber Castell International Indonesia Yandramin Halim

Menurut Yandramin, berkesenian tak selamanya berlatar belakang finansiil. Ada hal-hal yang bisa diperoleh dari seni rasa rileks, imajinatif dan kreatif. Hal-hal tersebut perlu digali lebih lanjut untuk pembangunan Indonesia.

Dalam pameran tersebut, Faber Castell menonjolkan produk Polychromos Faber Castell. Produk pensil warna tersebut diakui Yandramin adalah produk tertua yang dimiliki oleh Faber Castell. Produk ini pertama diluncurkan pada tahun 1908 dan hingga saat ini, memasuki usia tahun ke -111, Polychromos masih abadi.

Para seniman tidak hanya menggunakan Polychromos secara konvensional. Mereka bahkan melakukan berbagai eksperimen untuk menghasilkan karya lukisan yang sangat bagus dan kreatif.

“Ada yang mencoba mencampurkan sejumlah warna, ada juga yang menumbuknya untuk mendapatkan hasil berbeda,” lanjut Yandramin.

Awal diluncurkan, produk pensil warna ini baru memiliki 36 pilihan warna. Seiring waktu, Polychromos terus dikembangkan hingga saat ini tercatat menjadi 120 warna. Tak hanya untuk melukis diatas kertas, tetapi bisa juga digunakan untuk melukis di atas kanvas bahkan kayu.

“Para seniman yang kami tampilkan pada pameran kali ini ada yang menggunakan kertas sebagai media, ada yang pakai kanvas da nada juga yang pakai kayu. Kreativitas mereka menunjukkan bahwa Polychromos menjadi produk pensil warna yang tak lekang oleh zaman dan bisa digunakan untuk media apa saja,” jelas Yandramin.

Pensil warna Polychromos lanjut Yandramin memiliki sejumlah kelebihan. Selain kelembutan goresan dan kekayaan warnanya, produk ini juga memiliki ketahanan terhadap cahaya, lightfastness. Itu sebabnya, karya lukisan yang dibuat dengan Polychromos tetap menampilkan warna yang hidup dan cerah walau sudah melewati masa puluhan tahun.

Karena berbagai kelebihan tersebut, Polychromos selalu menjadi pilihan dan sahabat setia para seniman dalam menuangkan ide, imajinasi dan ekspresi emosi dalam bentuk goresan warna ke berbagai media.

“Ploychromos menjadi keharusan jika kita ingin mengabadikan imajinasi dan ekspresi emosi kita dalam bentuk goresan warna,” tukas Yandramin.

Eksperimen murah dan mudah

Menurut Yandramin melukis adalah cara bereksperimen yang murah dan mudah, bisa dilakukan oleh siapa saja. Bahkan mereka yang sudah berusia tua, sudah bekerja, dan memiliki kesibukan dikantor.

Ia mencontohkan bagaimana tren masyarakat di Jerman yang mulai belajar melukis saat sudah usia dewasa bahkan lansia. Mereka rela mengambil cuti kerja hanya untuk belajar di akademi seni lukis.

“Saya berpikir anak-anak milenial bisa memanfaatkan seni lukis untuk bereksperimen. Mereka tak perlu harus membeli tiket pesawat, atau harus cuti kerja untuk bereksperimen,” tambahnya.

faber castell
Goresan tangan seniman Angga Yuniar disaksikan Managing Director PT Faber Castell International Indonesia Yandramin Halim menandai pembukaan pameran seni di Plaza Senayan

Yandramin berpesan dalam menekuni seni lukis, janganlah terobsesi pada hasil, agar selama membuat karya seni tidak takut untuk mengesplorasi. Sebab pada hakekatnya tidak ada seni yang jelek. Seni adalah soal rasa yang mampu dieksploitasi dari diri pelukisnya sendiri.

Senada juga dikemukakan Adrie Basuki. Illustrator & fashion designer. Ia menemukan kebebasan untuk mengespresikan rasa melalui seni lukis.

“Saya mulai kegiatan melukis setelah 13 tahun bekerja kantoran. Tepatnya tahun 2015 lalu. Setiap hari saya menghabiskan waktu rata-rata 1 jam untuk melukis, terutama saya lakukan sepulang kantor,” katanya.

Ia sendiri tidak belajar khusus untuk melukis. Keahliannya menggambar wajah perempuan diperoleh melalui youtube dan channel tutorial lainnya.

“Eksperimen warna menjadikan pengalaman yang menyenangkan ketika menggabungkan beberapa warna menjadi warna yang baru. Dan itu benar-benar membuat melukis adalah kegiatan yang menyenangkan,” tambahnya.

Anto Nugroho, seorang pegiat seni rupa juga memiliki perjalanan dan pengalaman yang sama. Ia tidak secara khusus belajar melukis. Kepiawiannya melukis diatas kanvas diperoleh melalui pembelajaran yang banyak bertebaran di youtube.

“Di dunia, tidak ada sesuatu yang tidak bisa kita lakukan. Kuncinya adalah kita mau. Karenanya bermimpilah apa saja, lalu kerjakan mimpi kita dengan sungguh-sungguh,” jelasnya.

Sementara itu Brand Manager PT Faber Castell International Indonesia Fransiska Remila mengatakan hal yang unik dari pameran seni kali ini adalah bahwa semua karya yang ditampilkan menggunakan Polychromos Faber castell. Tidak hanya di atas medium kertas, tetapi juga kanvas dan kayu. Hal yang selama ini tidak terpikirkan oleh kebanyakan orang tentang pensil warna.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!